1

26 3 0
                                    

Perhatian:

Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^

***

Tahun ajaran baru dimulai. Itu artinya, ada lembaran baru yang akan terisi banyak kata juga kalimat, dimana jika semua itu disatukan, bisa memuat satu cerita istimewa. Ankara. Seorang perempuan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama, yang selalu berusaha menyunggingkan senyumnya ketika bertemu banyak orang. Ditahun ini, dirinya akan menjadi bagian dari pejuang SMA Negeri.

"Ankaaa!!!!!!" seru beberapa orang, yang dapat ditebak tengah mencuci mata dari bawah pohon. Mereka semua adalah teman-teman Anka sejak dua tahun lalu. Berpisah ketika kelas dua SMP, karena ketentuan sekolah meminta seluruh siswa diacak. Tapi untungnya, di kelas tiga ini, mereka dipertemukan kembali.

"Heyoooo Ankaaa!!! Akhirnya setelah setahun jadi tetangga, kita sekelas lagiiii!!" ujar Kanaya, teman sebangku Anka ketika duduk di bangku kelas satu SMP.

"Heyooo all!! Aaaaaa, kalian segitu kangennya yaa sama guee??" tanya Anka. Catat, Anka anak yang super pede.

"Gue lebih ke bersyukur sih, An. Secara lo tau sendiri, kelas dua kita jadi tetangga aja, gue masih setia nyamperin lo buat ke kantin bareng. Yaaaa, paham lah gemana," jawab Kanaya.

"Basi. Bilang aja lo nggak punya temen selain Anka," jawab Amara.

"Hahahaha. Amara mulutnya harus disekolahin biar nggak nyakitin," jawab Raya.

"Setuju banget, woiii. Liat aja Kanaya. Gue rasa anaknya langsung kena mental," jawab Viola.

"Amara titisan anjing apa gimana sih? Lo kalo punya masalah sama gue bilang," ucap Kanaya.

"Tapi gue rasa, omongan Amara ada benernya juga. Lo pada mikir nggak sih—"

"Kampret lo, An. Gue bersyukur lo malah kaya setan," potong Kanaya.

"Yaaa... Kalo gue setan, lo apa?" tanya Anka.

"Setan juga lah anjenggg," jawab Viola memotong.

"Hahahahahaha,"

"Kanaya kena mental breakdance is comming...." ucap Amara.

"Hati-hati sepatu Kanaya menempel di wajah kalian, sahabat.." sahut Raya.

"Perasaan gue ternistakan mulu deh ya..." gumam Kanaya.

"Sabar ya, Nay. Ini baru opening. Next time gue yakin di circle ini akan ternistakan semua." ucap Amara menghembuskan napas. Cape ketawa.

"Gue pendukung lo sebagai manusia yang ternistakan," ucap Kanaya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Setan lo," sahut Amara menyunggingkan senyum.

Perempuan mengedipkan matanya berkali-kali. Tak sengaja melihat sosok Alfi—laki-laki yang dikenal super tampan seantreo sekolah.

"Si Alfi makin kesini makin ganteng ye," celetuknya.

"Pacarnya pasti bahagia ya sama dia," sahut Viola.

"Halah, kaya tau aja aslinya gimana" sahut Raya.

Kanaya melirik Anka di sampingnya. Mengerti akan keadaan itu, ia memegangi perutnya, dan berdiri dari tempat duduk itu.

"Gue kebelet, nih. An, temenin kamar mandi yuk," ajak Kanaya.

"Gue tebak beser?" tanya Raya.

"Lebih berat. Naber gue," Jawab Kanaya.

"Anka please cepet taro tas lo, abis tu temenin Kanaya kamar mandi!!!" ucap Amara heboh.

"Ye tai lu," sahut Kanaya.

Vermeiden [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang