Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
"Udahan lo?" tanya Kanaya.
"Sudaaah. Memang ada apa gerangan, sahabat?" tanya Anka balik.
"Hah? Ada apa? Masih nanya lo?" tanya Kanaya sewot.
"Kanayaaa, plis banget.. Gue paham maksud baik lo. Tapi Alfi juga butuh orang buat nemenin dia. Ditinggal orang yang paling lo sayang di dunia ini, nggak gampang. Apalagi posisinya kita udah dikasih amanah sama nyokapnya."
"Iya gue tauu. Tapi emang lo nggak papa?"
"Lo liat selama ini gue fine fine aja kann? Gue sayang banget sama dia,"
"Gaya lo sayang-sayang. Masih smp gausah bilang sayang-sayangan lo bego," celetuk Amara, yang sudah tau permasalahan Anka.
"Ntra kejebak adek abang zone, gue ketawa paling kenceng An," sahut Raya.
"Udah kenapa sih? Selama Anka tau apa yang harus dia lakuin, dan dia tau batasannya, gue dukung. Niat Anka baik. Dia mau nemenin Alfi dimasa-masa dia yang susah kaya gini. Lo pada kalo bokap meninggal, terus gada yang mau dengerin keluh kesah lo gimana? Bisa ancur masa depan lo pada. Anka cuma mau Alfi nggak jadi cowo brengsek ko," jawab Viola.
Perempuan yang satu ini memang sudah berkali-kali mengganti pasangan.
"Tapi si Alfi secara tidak langsung udah brengsek ke Anka lah," jawab Amara tidak terima.
"Alfi bisa dibilang brengsek, kalo dia tau Anka suka sama dia. Tapi Alfi nggak bisa dibilang brengsek kalo dia gatau, Anka suka sama dia." Jawab Viola lagi.
"Sekarang gue mau kalian stop, minta Anka berhenti ada disisi Alfi. Termasuk lo, Kanaya."
"Iya oke," jawab Kanaya mengalah.
"Tapi An, kalo Alfi ngelakuin hal-hal diluar nalar, bilang gue. Gue siap jadi garda terdepan lo, kalo seaktu-waktu Alfi nyakitin lo. Oke?" ucap Kanaya.
"Oke. Thanks u bestiee," jawab Anka tersenyum lebar.
"Yaaaa,"
Istirahat berlangsung cukup lama. Kelima perempuan itu memilih bakso dan es teh sebagai peneman istirahatnya. Catat, sehubung kelas mereka dekat kantin, jadi istirahatnya lama.
(Baca: jamkos=istirahat)
Tringggggg!!!
Bel berbunyi. Waktu istirahat yang sebenarnya tiba. Seluruh siswa dari kelas delapan dan sembilan keluar memenuhi sekolah. Kantin yang sebelumnya sepi, kini menjadi ramai seperti pasar ikan. Anka dan Kanaya, dua perempuan ini memegangi perutnya yang sudah sangat kenyang. Mereka berjalan menuju perpustakaan. Marathon baca serial Bumi karya Tere Liye. Siapa yang setuju kalau karya-karya Tere Liye super duper wow? Kaya.. Wah, bisa banget kepikiran alur cerita seperti itu.
"Lo kalo minjem buku Bumi duluan, masa gue baca seri duanya si? Nggak beraturan, lah." ucap Kanaya.
"Yaudah, lo baca yang Hujan duluu."
"Emang genre Hujan apa?"
"Romace kayanya," jawab Anka.
"Lo udah pernah baca?"
"Belum, baru baca sinopsisnya."
"Yaudah, lo baca Hujan duluan." ucap Kanaya nyengir kuda.
"Bu, ini yang judulnya Bumi sisa satu?" tanya Anka, kepada ibu Darmawati—ibu perpustakaan.
"Iya An, udah banyak dipinjem orang lain." Jawab bu Darma.
"Yahhh, rata-rata minjemnya kapan ya, bu?"
"Dua hari yang lalu tuuu, pada rame minjem Bumi-nya Tere Liye. Kenapa sekarang deh, hebohnya? Bukannya udah lama ya, rilisnya?" tanya bu Darma.
"Saya pribadi tertarik marathon seriesnya sih, buu. Sama inii, saya baru mau suka baca novel. Nah, pas iseng-iseng nanya temen, genre novel apa yang bagus, katanya fantasi. Terus dikasih rekomendasi, novel Tere Liye yang ini." jelas Kanaya panjang lebar.
"Kalo kamu, An?"
"Karena semua karya Tere Liye saya suka. Cuma baru sempet mau baca yang series Bumi itu,"
"Berarti Hujan udah baca, dong?"
"Belum sii yang ituu, hehehe,"
"Yaudah, baca Hujan dulu aja. Bagus kok ceritanya. Tentang Lail sama Maryam. Genrenya masuk di fantasi sama romace," saran bu Darma.
"Oalaah, yaudah bu, saya pinjem yang Hujan yaah," ucap Anka.
"Aaaaa Anka?!!!" teriak Kanaya.
"Apa?"
"Makasihhh!!" serunya.
"Apasih? Orang gue juga tertarik ke Hujan," jawab Ankara.
"Heleh,"
"Anka novel Hujan, Kanaya novel Bumi ya bu.." ucap Anka.
"Iya, An.." jawab bu Darma.
Bu Darmawati adalah ibu perpustakaan yang mengenal Anka sejak duduk di kelas tujuh. Anka ii memang memiliki hobi membaca. Sempat mencoba menulis berkali-kali, tapi selalu buntu di tengah jalan. Maka dari itu, ia masih mau banyak membaca karya-karya orang lain. Jadi, akrabnya bu Darma kepada An, karena beliau udah hapal betul, Ankara yang hobi meminjam buku seminggu satu buku, atau bahkan lebih dari satu.
"Makasih buu," ucap Anka, lalu keluar perpustakaan bersama Kanaya.
"Selama gue berteman sama orang, baru kali ini hobi temen gue jadi hobi gue juga." ucap Kanaya selama perjalanan menuju kelas.
"Siapa?"
"Ya elolah, aneh."
"Oohh, baca?"
"Yash. Gue tebak, kedepannya lo akan jadi orang yang memotivasi banyak orang."
"Aamiin ya Nay," jawab Anka sembari berjalan.
Jujur jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat lega mendengar pernyataan Kanaya tadi. Yah, semoga saja.
"An, gue mau nanya deh." Ucap Kanaya tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Kenapa lo suka baca? Kenapa lo suka Alfi? Dan, kalo disuruh pilih, mending baca atau Alfi?"
"Suka baca karena asik. Terus, kalo baca, u can open minded, dan pikiran atau pemahaman lo lebih luas. Soal kenapa suka Alfi, gue gatau. Pernah mikir juga sih, kenapa suka Alfi. Kalo orang kan bilangnya dia manis. Dan yah, gue setuju. Alfi ganteng? Ya emang kenyataannya begitu. Jadi ya... gue nggak tau, kenapa gue suka dia. Kalo disuruh pilih, lagi-lagi gue nggak tau. Kenapa? Dari buku gue bisa ngerasain pikiran gue terbuka, dan ada rasa bersyukur kao tokohnya ngalamin masalah apa, tapi beruntungnya gue nggak ngerasain apa yang tokohnya rasain. Kalo sama Alfi, gue bener-bener bisa ngerasain itu secara langsung. Ibaratnya kalo buku, mempengaruhinya dalam bentuk tulisan, sementara kalo sama Alfi, gue bisa ngerasain langsung." jelas Anka panjang lebar.
"Pantes...."
"Apa?"
"Lo keren," ucap Kanaya akhirnya.
"Makasih. Tapi semua orang bisa keren dengan caranya masing-masing."
"Yeah,"
"Gue tunggu lo ngomong ke diri lo sendiri, kalo lo keren." Ucap Ankara pada akhirnya.
Lantas keduanya berakhir dengan tenggelam pada bukunya masing-masing.
***
yang suka anime cunggg
yang suka baca juga cunggg
hehe, sampai ketemuu tanggal 14 Januari manteman <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...