12

3 1 0
                                    

Perhatian:

Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^

***

Triiiinggggggg!!!

Bel masuk berbunyi. Amara berjalan menuju bangku Anka dan Kanaya. Mengambil produk yang kemarin sudah mereka kerjakan. Lalu kembali melanjutkan langkahnya ke arah bangku seberang. Menagih uang untuk membiayai bahan-bahan dari produk itu.

"Nih udah jadi. Duit duit duit," ucap Amara menyodorkan produk itu kepada Farhan, Arif, dan Keano.

"Maksud lo?" tanya Keano.

"Ya bayar. Produknya udah jadi," ucap Amara lagi.

"Lo gila? Kita belom ngapa-ngapain udah jadi aja produknya? Beli lo ya?" tuduh Keano.

"Seenak jidat lo kalo ngomong. Gue, Kanaya, sama Anka, udah ngerjain kemarin. Kalian bertiga kalo nggak mau patungan, yaudah, nama kalian gue kasih tanda nggak ngerjain apa-apa." ucap Amara.

"Hah? Nggak adil, lah." jawab Keano.

"Nggak adil darimananya? Kalian tinggal bayar, nggak ngeluarin motor, nggak keluar uang buat bayar bensin, nggak harus mikir mau buat apa, nggak muter-muter beli bahan. Tinggal nih, duitnya. Gitu masih nggak adil?" cecer Amara.

"Udahlah No, bener juga kata Amara. Nggak adil darimananya? Emang berapa patungannya?" tanya Farhan.

"Nah, tuh Farhan pinter. Lagian patungannya cuma sepuluh ribu, tiga orang. Liat kan, nih hasil produknya kece badai membahana." ucap Amara.

"Jadi kita bertiga bayar sepuluh ribu?" tanya Arif.

"Iyaaa," jawab Amara.

"Yaudah nih," jawab Arif dan juga Farhan.

"Heh apa-apan sih lo berdua? Ini kita nggak kerja, loh? Bisa aja cuma akal-akalan mereka doang," ucap Keano menahan dua temannya itu.

"Ya kalo lo bayar, itu artinya lo kerja. Kenapa sih ngeribetin diri sendiri banget jadi orang?" tanya Amara emosi.

Keano tidak menggubris. Laki-laki itu datang menghampiri meja Kanaya dan juga Anka. Keduanya sama-sama terlelap dalam bacaan buku Tere Liye.

"Nggak terima komentar. Lo dikasih yang gampang, ngomel. Dikasih yang ribet, gamau ngerjain." ucap Kanaya.

"Gue nggak ngomong sama lo. Anka, bisa jawab nggak lo?" tanya Keano.

"Lo nggak mau bayar?" tanya Anka.

"Iyalah. Nggak fair!" serunya.

"Oke, yaudah, silahkan lo buat produk lo sendiri. Amara, sini produknya. Gue udah ganti nama kelompok." ucap Anka.

Ia mengambil kertas, yang memang sudah ia tulis ketika mendengar Amara adu mulut dengan cowo itu. Bertulis lima nama anggota.

"Farhan Arif udah bayar?" tanya Anka kepada Amara, ketika perempuan itu hendak mengambil produk kelompoknya dari tangan Amara.

"Udah," jawab Amara.

"Oke, gue kumpulin sekarang. Makasih kerjasamanya," ucap Anka kepada Amara, Kanaya, Farhan, dan juga Arif.

"Terus gue gimana?" tanya Keano.

"Buat kelompok sendiri." jawab Anka.

Setelah itu, perempuan ini keluar kelas. Berjalan menuju ruang guru, untuk mengumpulkan produk kelompoknya. Manusia emang sukanya yang ribet, ya?

Toktoktok!!!

Anka mengetuk pintu ruang guru, lalu membukanya secara perlahan. Mengucapkan salam, dan berjalan menuju meja bu Gina. Seorang guru prakarya yang masih sangat muda.

Vermeiden [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang