Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
Spill: siapin tisu sebelum beneran banjir :"
***
Anka duduk di depan kelasnya. Menyiapkan hati dan juga emosi agar tetap stabil seperti perkiraan sebelumnya. Ditemani Kanaya dan juga Amara yang sejak tadi masih setia menunggu jawaban apa yang akan Anka berikan untuk Alfi nanti.
"Gue mau mengakui sebuah kesalahan, bukan mau ditembak," ucap Anka terkekeh geli.
"An, lo mau lanjut apa berhenti?" tanya Amara.
"Gue nggak tau," jawab Anka tersenyum.
Ingatannya kini berputar ketika satu jam yang lalu, Adnan menceritakan pertengakaran antara mereka dengan Alfi hari itu. Hari dimana Anka melihat Alfi terluka, namun bukan sebuah sapaan yang perempuan itu dapatkan.
Flashback On
"Maaf banget ya An, itu gue yang nonjok Alfi. Maaf karena gue terlalu masukin ke hati omongan dia. Harusnya gue ngerti kalo dia lagi ada di puncak emosinya. Maaf juga, karena kemungkinan kalo gue nggak nonjok dia, lo berdua udah baikan, bukannya makin rumit kaya gini,"
"Emang dia ngomong apa sampe lo kelepasan?" tanya Kanaya.
"Oh iya, Shaka tadi udah ngomong, cuma kepotong. Kita keburu nyamperin nenek lampir," tambahnya.
Bukannya langsung menjawab, Adnan melirik terlebih dahulu ke arah teman-temannya.
"Menurut gue jangan ada yang ditutupin. Sekalian aja semuanya kebongkar," ucap Raya.
"Iya. Baik itu hal yang nggak enak didenger ataupun bukan, keluarin aja. Nggak ada salahnya juga, kan?" tambah Viola.
"Yaudah Nan, omongin aja sekalian," ucap Haidar memberi keputusan.
"Alfi.."
"Ngerendahin lo An," ucap Adnan sedikit ragu.
"Ngerendahin gimana anjing??" tanya Kanaya sewot.
"Tahan dulu, dia belum selesai ngomong," ucap Amara menenangkan.
"Dia bilang lo murahan, karena dengan mudahnya ngasih harapan ke semua cowo," ucap Adnan.
Flashback Off
Drttt!!!
Dering telepon membuat Anka berhenti melamun, dan membuat Amara juga Kanaya yang menatap perempuan itu saling memandang satu sama lain, seolah mengatakan, siapa?
"Azka," ucap Anka mengerti gerakan dua sahabatnya itu.
"Oalah.. Angkat aja, kita pake earphone," ucap Amara memberikan sepasang earphone kepada Kanaya.
"Nggak perlu seribet itu. Kalo mau dengerin nggak papa, tapi nggak gue load speaker," ucap Anka. Keduanya mengangguk, dan tidak jadi menggunakan earphone.
"Halo," suara dari arah seberang.
"Iya halo. Kenapa Az?" tanya Anka memulai.
"Gue tau lo lagi galau sekarang,"
"Terus?"
"Sekarang ke kantin, ya? Minta takoyaki ceban," ucap Azka dari arah seberang.
"Hah? Lo minta gue beliin?" tanya Anka.
"Nggak. Udah sana ke tukang takoyaki. Tapi pas beli bilang Anka beli takoyaki sepuluh ribu ya bu," ucap Azka lagi.
"Ini lo ceritanya ngasih traktiran ke gue?" tanya Anka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...