Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
Siap-siap ketemu ending manteman ^^
***
"Guys guys," panggil Amara.
"Kenapa tuh?" sahut Kanaya.
"Kita kan sebentar lagi UAS tuh yaa, gimana kalo selesai ujian kita jalan-jalan ke Kota Tua? Buat refreshing sekaligus jadi kaya acara karena Viola juara tiga di bidang lukisan, Anka Kanaya juara satu dibidang tari," ajak Amara.
"Boleh aja sih Ra, kalo gue mah," jawab Kanaya.
"Tapi, kita ajak circlenya Karel juga.." ucap Amara cengengesan.
"Lah ngapain anjir? Kurang gitu berlima doang?" tanya Raya.
"Nggak kurang.. Tapi, gue tuh nggak boleh jauh-jauh sama bonyok kalo nggak sama orang itu," ucap Amara memajukkan bibirnya. Cemberut.
"Haduh, jadian aje dah lo berdua," sahut Viola.
"Amara juga maunya gitu kok. Ya nggak, Ra?" jawab Anka cengengesan.
"Sotoy lo, mentang-mentang diledekin kemaren sama Haidar dan kawan-kawan," jawab Amara masih dengan wajahnya yang ditekuk.
"Ye, dia diledekin tapi nggak ngerasa ye. Lo tuh, mengakui kalo Karel cowo lo," sahut Kanaya.
"Lagi denial ngga sih, si Amara ini?" tanya Viola.
"Denial apa lagi? Nggak ngerti gue,"
"Aaaaaa Ankaaaa, ini gue lagi mode gengsi mengiyakan tapi kenyataannya gue menelan ludah gue sendiri, paham nggak siih?" tanya Amara uring-uringan.
"Ya enggaklah, orang lo nggak cerita," sahut Raya sebal sendiri.
"Ih waktu itu gue bilang ke Anka kalo gue nggak bakalan kejebak friendzone gitu yekan sama si Karel.. Eh kemarin pulang sekolah si Karel bilang kalo dia suka sama gue anjir.. Terus gue kaya shock dan berujung gue menghindar dari dia. Tapi sekarang, gue jadi linglung karena belum aja ada dua puluh empat jam gue nggak kontakan sama dia rasanya mau nangis.. Sepi banget gitu nggak ada yang bawelin gue," ucap Amara panjang lebar.
"Oalaaahh, paham guee, hahahaha," jawab keempatnya bersamaan.
"Apa-apaan lo berempat pada kompak kecuali gue?" tanya Amara heran.
"Bener kan lo, denial. Menyangkal kalo lo kejebak friendzone, padahal nyatanya lo beneran kejebak friendzone," ucap Viola.
"Maksudnya gimana? Gue nggak paham," ucap Anka dan Kanaya bersamaan.
"Lo nanya maksudnya gimana, tapi tadi ikutan bilang paham, gimana konsepnya deh?" tanya Raya.
"Gue ngerti masalahnya, cuma nggak paham denial itu apa," jawab Anka.
"Nah, gue juga sama. Baru denger kata denial, karena sebelumnya gue cuma tau ada kata Daniel," sahut Kanaya.
"Daniel itu nama, denial itu istilah," jawab Viola.
"Nah itu apa artinya? Karena gue juga nggak tau," tanya Amara.
"Ya itu tadi. Semacam memutar balikkan fakta, boong, gitu-gitu deh," jawab Viola.
"Oooh, paham-paham," jawab Anka.
"Yaudah sih Ra, kalo lo ngerasa gitu, secara tidak langsung artinya lo juga suka sama dia," jawab Kanaya.
"Nah itu. Dan jawaban paling tepat sementara ini menurut gue.. dilarang gengsi," ucap Anka, diangguki ketiga temannya, pertanda mereka juga setuju.
"Ya kalo lo emang belum bisa lebih dari temen, jawab seramah mungkin. Karena kita nggak tau nantinya kalian gimana. Bisa jadi masih sama-sama saling membutuhkan, karena dasarnya kita makhluk sosial yang perlu bantuan orang lain juga. Tapi ketika lo balas perasaan itu mentah-mentah, ya kita taulah jadinya kurang lebih gimana," jawab Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...