Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
Triiiinggggggg!!
Bunyi bel istirahat berbunyi. Baik Anka maupun Kanaya mengeluarkan buku dari rak mejanya. Mulai fokus membaca sampai suara Amara memecahkan keheningan antara keduanya.
"Ini kalian mau baca aja? Nggak laper?"
"Enggaak Amaraa, tadi kan makanannya udah buanyaak bangeet," jawab Kanaya.
"Oalaah masih kenyang ternyataa,"
"Iyaa ituu, masih kenyaang hehehe," jawab Anka menunjukkan deretan giginya.
"Yaudah kalo gituu.. Emang paling bener si ya itu yaa, anteng dulu di kelas biar nggak pusing," ucap Amara.
"Nahh itu dia," jawab Kanaya menyetujui.
"Yaudaah, gue sama duo curut kantin dulu yaa? Kalian kalo pusing lagi kepalanya call aja," ucap Amara.
"Iyasiaap," jawab Anka dan Kanaya bersamaan.
Jika ditanya siapa duo curut yang dimaksud Amara, itu adalah Viola dan Raya. Keduanya masih di toilet, sehingga Amara mempunyai dua opsi agar tetap ke kantin bersama mereka berdua. Antara harus menunggu keduanya di depan kelas, atau segera mendatangi kamar mandi. Namun ketika Amara baru saja keluar kelas, muncul sosok Karel dan teman-temannya. Mereka masih menggunakan seragam olahraga, dan rambut semuanya masih terlihat sedikit basah.
"Halo neng Amara, sendirian aja nih?" sapa Haidar.
"Engga kang, ini lagi sama nenek." jawab Amara tersenyum.
"Hah, dimana?" kali ini Karel yang bertanya.
"Neneknya?" tanya Amara balik.
"Iyaa,"
"Ini, di samping gue. Emang nggak semua orang bisa liat sih," jawab Amara masih tersenyum.
Haidar bergidik ngeri. Laki-laki itu tersenyum kaku, "Yaudah deh, kalo gitu gue duluan yaa," ucapnya, lalu pergi begitu saja.
"Gue juga deh ya," sahut Varrel. Menyisakan Karel, Alfi, dan juga Shaka.
Ketika tiga orang itu tetap berada di tempat selama kurang lebih dua menit, Amara tertawa puas. Trik yang diberi tahu oleh teman roleplaynya ini ternyata bermanfaat juga di real life.
"Pinter ngibulin orang ya lo sist," jawab Shaka tersenyum tipis.
"Hahaha, orang yang percaya aja bego," jawab Amara masih tertawa.
"Heh lo bertiga!!" panggil Haidar dari arah sebrang. Karel, Alfi, dan Shaka seretak menoleh ke jalan dekat kantin itu. Membuat Amara langsung mengubah mimik wajahnya menjadi serius seperti Haidar masih berada di sini.
"Sini buruu, kaga takut digondelin neneknya Amara??" tanya Haidar dari arah sebrang.
"Hahaha Haidar begooo," teriak Alfi menyusul.
Membuat Anka dan Kanaya sedikit berdiri, guna melihat apa yang terjadi di luar sana.
"Lo kepo nggak?" tanya Kanaya.
"Kepo apa?"
"Kepo kenapa lo bisa jalan sama Alfi kemarin?"
"Alesannya gitu?"
"Iya.."
"Kalo nggak salah sih, katanya mau liat-liat perkembangan teknologin di dalam bidang kendaraan umum gitu Nay di Jakrta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...