Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
Alfi berdiam diri dalam pikirannya. Sebuah fakta bahwa ada sebuah perasaan tumbuh saat ini, membuatnya hampir jarang bicara. Bahkan Shaka, teman sebangkunya, berdecak kesal karena Alfi tidak mau juga diajak bermain game online bersama.
"Nggak cape mikir terus?" tanya Shaka akhirnya.
"Shak, lo tau kan, gue temenan sama Anka dari sd?" tanya Alfi.
"Yaa," jawab Shaka mengangguk. Dirinya memang sudah berteman dengan Alfi dua tahun belakangan ini.
Shaka tau Anka. Shaka tau, bagaimana kedekatan mereka berdua, sejak kapan mereka seperti ini, dimana mereka saling kenal, semuanya. Alfi tidak pernah absen menceritakan soal Anka pada dirinya.
"Lo juga tau kan, gue baru sedeket ini dua tahun terakhir?" tanya Alfi lagi.
"Iyaa,"
"Tapi gue baru ngerasa, kalo gue suka sama dia. Kira-kira dia ngerasain hal yang sama kaya gue nggak ya?"
"Kenapa nggak nanya?"
"Ya masa tiba-tiba nanya sih? Ada gue jelasin dulu dong, kenapa gue tiba-tiba nanya gitu ke dia?" tanya Alfi.
"Oh, berarti, lo mau tau, dia suka juga apa enggak sama lo, tapi lo nggak mau, kalo dia tau lo suka sama dia?" tanya Shaka ribet.
"Kurang lebih gitu,"
"Kenapa nggak lo telusuri?" tanya Shaka.
"Telusuri gimana?"
"Mungkin bisa, dari ngeliat gimana dia kalo sama lo, terus temen-temen Anka gimana reaksinya, kalo lo sama Anka."
"Emang bisa?" tanya Alfi.
"Kan diawal gue udah bilang, mungkin bisa..." jawab Shaka berdecak kesal.
"Lagian kenapa baru mikirnya sekarang, deh? Dari kemarin kemana aja? Padahal kemarin lo bilang, nggak mau nyusahin nyokap lo," ucap Shaka menaikan salah satu alisnya.
"Gue baru ngerasainnya sekarang Shak,"
"Ya.. Gue kalo diposisi lo gitu, sih. Telusuri dulu." ucap Shaka.
"Kalo ternyata enggak suka?"
"Yaudah, terserah lo."
"Terserah gimana?"
"Mau lanjut jadi temen, atau menjauh."
"Kenapa menjauh?"
"Emang lo kuat, jadi sekedar temen sama orang yang lo suka?"
"Terus, kenapa lanjut jadi temen?"
"Berarti pemikiran lo realistis. Kalo sesungguhnya, nggak semua perasaan harus ada balasannya." jawab Shaka.
"Oh, jadi maksud lo, orang yang milih menjauh tadi, nggak realistis?"
"Bisa jadi? Gue nggak bilang gitu loh. Lo sendiri yang ambil kesimpulan."
"Tapi kalo terus temenan, istilahnya kaya, gue nggak ngasih Anka kepastian nggak sih?"
"Kenapa gitu? Emang dia berharap sama lo?"
"Nggak tau," jawab Alfi geleng-geleng.
"Yaudah, gue juga nggak tau." jawab Shaka.
"Shak, kalo lo diposisi gue, gimana?"
"Terus lanjut jadi temen dia. Karena ya.. gue suka sama dia. Tujuan gue terus lanjut, supaya gue bisa jadi orang pertama, yang bantuin dia kalo dia lagi ada masalah. Dan, ada kemungkinan, gue bisa jadi orang pertama yang dia cari, kalo dia ada masalah." jelas Shaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...