Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
Anka turun dari motor. Ia berjalan dari parkiran motor, sampai ke dalam sekolah. Beginilah hari-harinya. Berangkat pagi, jalan sendiri, melamun, memikirkan tentang banyak hal.
"Weiiii sendirian ajaa," seru Azka. Teman sekolah Anka sejak duduk di taman kanak-kanak. Sudah hampir sepuluh tahun pertemanan mereka berjalan. Karena selama sepuluh tahun itu, mereka berada dalam satu lingkup pendidikan yang sama.
"Ya biasanya juga sendiri, Ka," jawab Anka.
"Tapi kemarin ada yang pulang berdua tuh. Siapa ya?" sindir Azka.
Azka. Seorang laki-laki setelah Alfi, yang bisa dibilang sangat akrab dengannya. Sisa hanya sebatas membicarakan tugas, atau hal-hal yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
"Banyak kali yang pulang berdua," jawab Anka santai. Tidak terlalu menanggapi ucapan Azka.
"Yeh pura-pura dia,"
"Mang napa? Gasuka?" tanya Anka tertawa setelahnya.
"Udah maju satu langkah, ya?' tanya Azka.
"Enggak, masih sama kaya sebelumya."
"What the fuck mennn??"
"Biasa aja dong, ngga usah ngegas. Kasar amat," jawab Anka cemberut.
Jujur Anka agak risih kalau ada yang bicara cukup kasar seperti Azka barusan.
"Iya maaf. Gue keceplosan," jawab Azka.
"Iya maaf, sama maaf ya beda loh,"
"Yaudah, Anka.. Maaf yaa, serius, gue tadi keceplosan." Jawab Azka memberikan senyum terbaiknya.
"Iya,"
"Tapi seriuan deh, An???"
"Ya serius. Ngapain juga bercanda," jawab Anka.
"Dia tau nggak sih, kalo lo suka dia?" tanya Azka.
"Gue nggak tau. Silahkan bertanya pada orangnya,"
"Emang boleh?'" anya Azka.
"Jangan, hehe," jawab Anka nyengir.
"Ah lo mah hobi banget mendem perasaan. Inget loh An, kalian udah kelas tiga smp. Bukan waktunya lagi ngurusin begituan," ucap Azka.
"Iya, gue tau."
"Jangan lupa sama mimpi lo." Pesan Adzka
"Lo juga," jawab Anka.
"Lah, gue mah jomblo, single, nggak lagi pusing mikirin yang lain-lain. Lo tuh yang perlu diawasin," jawab Azka.
"Diawasin apa? Emang gue ngapain selama ini?"
"Diawasin, jangan sampe lo jadi cewe cengeng," jawab Azka.
"Ya enggak.." jawab Ankara sedikit ragu.
"Yah kan ragu.." jawab Azka.
"Ih, nggak lo, nggak temen-temen gue, bilangnya soal gituan semua."
"Because we're know, how u so like him. Dan yang namanya suka, dikasih deket aja pasti ada harapan yang tumbuh. Ya walaupun sebantah-bantahnya lo, tapi gue rasa, lo pasti pernah kan berharap?" tanya Azka.
Anka diam. Selama dua tahun, baru kali ini mereka banyak membicarakan kedekatan dirinya dengan Alfi.
"Cuma ngasi tau An, berharap sama orang itu nggak baik." ucap Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...