Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
Disini kayanya akan jadi puncak komedi paling keren menurut Shaka sama temen-temennya :)
***
Shaka berjalan menghampiri Alfi. Hampir setengah dari laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang Karel katakan tadi. Alfi, jalan sama perempuan lain selain Anka? Wah, tertinggal berapa berita dirinya semenjak dua hari setelah acara sekolah?
Hari ini, ada sikap baru yang Alfi tunjukkan pada dirinya. Tidak mengerjakan tugas, di dua mata pelajaran sekaligus. Padahal Alfi adalah seseorang dengan kebiasaan paling keren diantara teman-temannya. Mengerjakan tugas lebih awal, jauh sebelum waktunya mengumpulkan.
Ditambah lagi, emosinya ingin menerkam Alfi saat ini, sangat besar. Shaka tidak suka dibohongi. Tapi tadi, sepertinya ia lolos dari kebohongan yang tengah Alfi lakukan.
Flashback on
"Lo kemaren langsung pulang apa gimana, habis bel bunyi?" tanya Shaka.
"Iyaa, langsung pulang. Gue capekk banget," jawab Alfi.
"Berarti lupa kalo udah janji mau jemput Anka?" tanya Shaka lagi.
Ada kurang lebih satu menit Alfi terdiam. Laki-laki itu belum memberikan jawaban sampai teguran untuk dirinya dari bu Ama, berhasil menyadarkan lamunannya.
"Ikut saya ke ruang guru. Ada beberapa hal yang perlu saya tanyakan," ucap bu Ama.
"Baik bu," jawab Alfi.
"Gue ke ruang guru dulu," ucap Alfi kepada Shaka.
"Ya. Gue catet, lo utang jawaban sama gue," balas Shaka.
Flashback off
Kesimpulan gue sekarang, lo diem karena lo lagi nyari alesan, Alfi Eilandia. Batin Shaka hampir mendengus kesal.
Sesampainya Shaka di kelas, ia langsung duduk di tempatnya, yang bersebalahan dengan Alfi. Laki-laki itu sudah berada di sana sembari bermain game online.
"Kalo lo lupa, lo masih punya utang sama gue," ucap Shaka memulai pembicaraan.
"Utang apa?" tanya Alfi, sedikit menoleh ke arah temannya itu.
"Tadi gue nanya, lo kemaren lupa jemput Anka sampe anaknya nunggu sendirian di depan gerbang?" tanya Shaka.
"Iyaa Shaak. Duh gimana ya, kemaren tuh gue bener-bener kecapean. Bahkan tugas aja tadi baru gue kerjain, kan?" ucap Alfi.
"Hhh," hanya seringai itu yang keluar dari mulut Shaka.
"Kenapa?"
"Ini bukan lo. Gue kenal sama manusia yang punya nama panjang Alfi Eilandia bukan sehari dua hari. Hampir tiga tahun lo jadi chairmate gue. Ditambah lagi, sebelumnya kita satu tahun duduk di Taman Kanak-kanak bareng," ucap Shaka.
"Ya terus?"
"Enam tahun gue nggak ketemu sama lo, terus masuk smp kita akhirnya jadi temen sebangku, gue ngerasain banget gimana lo ngetreat Anka, bahkan disaat lo belum bilang lo punya perasaan sama perempuan itu. Terus, soal lo yang nggak ngerjain tugas, itu bukan lo banget Al. Gue selalu liat kok, setiap guru ngasih tugas lo pasti selalu gercep ngerjain. Tapi sekarang?"
"Emang gue nggak berhak ngerasain cape, Shak? Hampir seminggu gue ngurusin tugas, tanggung jawab sebagai ketua koordinator acara,ngurusin perasaan juga? Gue cape. Gue cuma mau ada ruang kebebasan sedikit. Cuma mau ada angin sejuk yang ngilangin semua pikiran di otak gue," jawab Alfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...