Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
Triiiinggggggg!!
Bel pulang akhirnya berbunyi. Alfi dengan cepat berjalan menuju kelas Anka. Mengajaknya pulang bersama, dan makan es krim seperti sedia kala. Bilang Alffi tidak tau diri. Tapi jujur Alfi tidak bisa jika harus benar-benar berpisah.
"Anka, maaf. Ayo kita kaya biasanya," ucap Alfi sembari berjalan menuju kelas Anka.
Ketika sampai di depan kelas itu, matanya langsung menatap Anka, yang kebetulan baru saja hendak keluar kelas.
"An," panggil laki-laki itu.
"Ngapain lo?" sinis Kanaya.
"Ayo pulang bareng. Kita makan es krim," ucap Alfi.
"Masih tau malu nggak sih lo?" tanya Amara sewot.
"An," ucap Alfi tidak mempedulikan ucapan Kanaya dan Amara tadi.
"Sorry, tapi gue udah ada janji mau nonton bareng mereka," ucap Anka tersenyum seadanya.
"Yaudah, sore kita sepedaan bareng, ya?" tawar Alfi.
"Gue baru pulang malem kayanya,"
"Jangan cape-cape An," ucap Alfi.
"Nggak cape kok. Cuma nonton doang, kan?" ucap Anka.
"Okedeh, kalo gitu malemnya call ya?"
"Mau langsung tidur. Akhir tahun gue mau tidur sore, soalnya belakangan ini udah tidur malem buat nungguin kabar orang," ucap Anka. Iya, dia menyindir. Iya, setelah hari itu Anka masih sering tidur dan bangun di atas meja belajar. Katakan saja Anka bodoh. Tapi Anka waktu itu benar-benar masih mengharapkan hubungan keduanya bisa membaik.
"Mamam tuh," ucap Raya ketawa.
"Yaudah ayo An," ajak Amara membawa perempuan itu pergi terlebih dahulu.
Kanaya, manusia yang selalu menyusul ketika ada masalah, kali ini kembali ikut berjalan belakangan.
"Gue kecewa ya sama lo Al," ucap Kanaya memulai.
"Mana yang bilang suka Anka?" tanya Kanaya.
"Mana yang katanya suka sama temen gue?" tanya Kanaya lagi.
"Gue Nay," jawab Alfi menunduk.
"Oh masa? Bukannya lo yang tega ninggalin Anka waktu pulang sekolah? Bukannya lo yang udah janji sama ibun, tapi malah makan bakso aci sama Andira? Bukannya lo yang ngatain Anka murahan? Bukannya lo yang main ngusir Anka, disaat dia mikir lo kenapa-kenapa?" cecar Kanaya.
"Maaf Nay, maaf. Gue akuin gue bego. Gue akuin gue tolol. Gue akuin... gue nyia-nyiain orang super baik di depan mata gue sendiri," ucap Alfi.
"Alfi.. Kalo aja maaf lo, sumpah serapahan lo tadi bisa nyembuhin luka Anka, bisa nyatuin harapan Anka yang udah patah, gue maafin. Tapi coba, bisa nggak? Lo tega anjing. Jahat. Baru tau gue ada spesies manusia kaya lo. Buruknya lagi, sahabat gue yang kena," ucap Kanaya.
"Nay, gue kaya gini juga karena gue cemburu sama dia. Salah?" tanya Alfi.
"Wah.. masih nanya? Lo kalo cemburu nanya baik-baik sama dia mah nggak salah. Tapi lo kan kaga anjing. Lo malah ngehindar, nggak ngasih tau kesalahan dia apa. Eh, salah deng, itu bukan kesalahan Anka. Minimal nih ya, minimal banget. Lo tuh kalo ada orang ngomong, terus posisinya lo nguping, dengerin sampe habis. Bukan setengah-setengah kaya gitu. Lo jadi pekerja di tempat yang hobinya nyidukin orang udah dipecat duluan kali, ngasih info setengah-setengah," ucap Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...