Perhatian:
Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^
***
Anka tampil. Dia dan beberapa temannya berdiri di tengah lapangan, tepatnya di bawah tangga. Sementara di depan kelima perempuan itu, ada para guru, kepala sekolah, jejeran juri, dan para ketua serta wakil ketua koordinator, yang bertugas memberi arahan secara tersirat. Salah satu dari bangku itu, diisi oleh Alfi, Shaka, Cakra, dan juga Raka.
Seperti janji Cakra, laki-laki itu menunjukkan deretan giginya, juga melakukan beberapa gerakan kecil guna menjadi gerakan yel-yel. Hal ini dilakukan pula selama tim nari kelas sembilan-sembilan tampil. Menahan malu karena Raka tak berhenti tertawa dan memberi banyak godaan.
"Rak lo nggak mau kaya Cakra?" tanya Shaka.
"Nggak ah, gila. Harga diri gue mau taro dimana?" jawab Raka dengan melemparkan pertanyaan baru.
"Rak, Rak, kata gue sih lo aneh. Mengutamakan harga diri dibanding mendukung teman. Lo liat deh si Cakra, biasanya juga tampilan dia kaya mau makan orang, sekarang jadi happy neomu kyowo, hahahaha," sahut Alfi sambil tertawa.
"Tau lo, Rak. Coba gue tanya, kemarin anak tim nyanyi lo kasih support dan effort nggak? Kaya yaa, yuk kalian semangat yaa, yuk ini gue kasih makanan buat kalian istirahat dulu," ucap Shaka.
"Nggak. Ngapain? Ogah," jawab Raka.
"Rak lo kalo ngomong jangan bikin orang emosi sehari bisa nggak?" ucap Cakra tiba-tiba.
"Mang aku ngapain si kaak?"
Cakra mendengus, "Diem."
Ini si Caca pokoknya harus tanggung jawab sampe gue dikenal dengan cowo happy neomu kyowo kaya yang Alfi bilang tadi. Harga diri gue dimanaa anjinggg?? Batin Cakra meraung.
Prokprokprok!!!!
Suara tepuk tangan dari berbagai arah meramai, ketika tari Nirmala itu selesai ditampilkan. Anka yang berdiri paling depan dengan senyum yang ia usahakan seanggun mungkin. Matanya menatap ke arah tiang tepat di samping wajah Alfi, membuat laki-laki itu salah tingkah.
"Lo salting?" tanya Shaka tiba-tiba.
"Orang Anka tiba-tiba menjadikan gue sebagai titik utama, yakali nggak salting," jawab Alfi.
"Tapi bro, gue perhatiin dia bukan ngeliatin lo," sahut Raka.
"Lah terus liatin apaan?? Samping gue nggak ada orang lagi," jawab Alfi masih merasa diperhatikan.
"Bodoh, dia liatin tiang di samping lo," ujar Cakra membuat Shaka dan Raka tertawa puas.
"Kata siapa anjir? Coba sini ge lo," jawab Alfi.
"Coba aja, lo geser dikit sampe bener-bener ada di depan tiang. Gue tebak ntar gantian dia yang salah tingkah," ucap Cakra.
Alfi menggerutu dulu. Tapi setelahnya, laki-laki itu menengadahkan kepalanya ke arah kanan sedikit. Tepat! Anka mengubah titik pusatnya ke arah lain, dengan sebuah senyum yang terlihat sedikit berubah dari sebelumnya.
"Nah kaaan, hahahahaha, najis kepedean duluan diaa," ucap Raka tertawa kencang.
Oke, sekarang catet. Raka ini bukan laki-laki kalem seperti yang dikatakan beberapa jam lalu. Dia dilabeli dengan laki-laki lemes yang hobinya ngajak berantem.
Shaka hanya tersenyum sembari menepuk pundak laki-laki itu.
"Secara nggak langsung dia salting," bisiknya semakin membuat telinga Alfi memerah. Iya, Alfi tau bagaimana reaksi Anka tadi. Ucapan Cakra sebelum ia melakukan tindakanpun, terlintas begitu saja, berkeliling di kepala Alfi terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vermeiden [END]
Teen FictionTernyata persahabatan antara laki-laki dan perempuan, memang sesusah itu ya? Atau hanya perasaan Anka saja? Alfi. Sosok yang berteman dengan Anka sejak duduk di bangku sekolah dasar, selalu berhasil membuatnya merasa bersyukur atas banyak hal di dun...