21

4 1 0
                                    

Perhatian:

Diharapkan untuk membaca bagian Disclaimer and Warning terlebih dahulu ^^

***

Ankara menatap dirinya dari arah pantulan kaca. Setelah gladi resik kemarin, Anka dan teman-teman perwakilan lomba dari kelas sembilan sembilan, diminta untuk menunggu hasilnya. Viola, Anka, dan Kanaya lolos. Hal itu membuat karya lukisan Viola dipajang, serta Anka dan Kanaya, tampil membawakan tari Nirmala.

Flashback On

"Amaraa, next time dicoba lagi yaa?? Plis don't be sad, we are in here for you right now," ucap Kanaya kemarin sore.

"Eh jangan bikin gue nangis dong.. Kan kemaren waktu daftar juga maunya cuma ikut-ikutan doang tanpa niat," jawab Amara.

"Tapi lo waktu bikin puisinya sangat bersemangat yaa, sampe nanya ke gue bener nggak gini, bagus nggak gitu, aneh nggak sih kalo kaya gini, lebay nggak, udah sesuai belum," ucap Anka.

"Ya tapii kan itu nggak maksimal, makanya hasilnya juga nggak keren kaya kalian," jawab Amara.

"Amaaraa, lo hasilnya keren kokk. Buktinya yaa, kemaren pas lo baca, banyak yang kasih tepuk tangan," sahut Viola.

"Tau loo, walaupun nggak dipilih sama juri, tapi lo kan dapet apresiasi paling wah diantara peserta lain. Dan lo harusnya bangga, karena nggak semua peserta dapet apresiasi serame itu," timpal Raya.

"Tapi ya.. jujur, gara-gara dapet apresiasi lebih itu gue jadi berharap, tapi akhirnya jatoh byur, anying nyesek banget gue dah," ucap Amara pada akhirnya, mengeluarkan semua unek-unek perempuan itu.

"Udah mana waktunya dalam sehari yakh? Jiakh, kesian amat nasipmu nak, nak," jawab Kanaya bercanda.

"Tau anjir gregetan gue," ucap Amara meremas rok birunya.

Lalu perempuan itu berdiri dari tempat duduknya, mengusap air mata yang jatuh di pelupuk matanya, dan menoleh ke arah Anka dan Kanaya berada.

"Heh ini mah mau nggak mau, lo pada kudu wajib harus menang ya, gamau tau gue. Tim yang nyanyi udah kalah, Viola besok lukisannya doang yang dipajang, gue udah kalah, sisa lo berdua nih,"

"Nah iya tuhh, gue jadi supporter teriak-teriakan nggak papa dah, nggak masalah," sahut Raya.

"Gue juga mauuu!! Sekalipun disuruh keliling bawa bendera tulisan sembilan-sembilan ge ayo waee" timpal Viola.

Flashback Off

Anka dan Kanaya tertawa. Mereka kini duduk bersebelahan menatap kaca salon penyewa aksesoris tari. Saling mengangguk, karena kebetulan apa yang mereka pikirkan sama.

"Gue sih udah siap," ucap Kanaya.

"Iya sama sih, gue juga udah siap," jawab Anka.

"Okedeh An, Nay, ayo kita foto dulu," ucap Caca dari tempat duduk tamu.

Dini dan juga Cika sudah berada disana pula bersama dengan Cakra dan Raka—wakil ketua koordinator kelas sembilan-sembilan. Raka ini yang mengurus tim nyanyi, juga karakternya cukup kalem di kelas. Jadi jarang sekali keberadaan laki-laki itu muncul.

"Cakra ataupun Raka, tolong fotoin yaa?" ucap Cika memberikan puppy eyes.

"Sok imut," celetuk Raka.

"Loh, biasa aja dong?? Lo kalem-kalem mulutnya lemes juga," ucap Cika sedikit emosi.

"Yaudah, mana kamera?" tanya Raka.

"Kamera apa?" tanya kelima orang bersamaan.

"Kamera hp gue ada," jawab Dini.

Vermeiden [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang