✨Jangan lupa vote dan comment✨
***
"Na?" Jeno berjongkok di depan sofa ruang tengah dan berbisik lirih pada Jaemin yang tidur lelap di atas sofa.
"Pindah yuk? Jangan tidur disini. Dingin." Bisik Jeno.
"Hhhnngg..." Jaemin mengeliat dan mendengus pelan sebelum kemudian membalikkan tubuhnya menghadap punggung sofa, memunggungi Jeno dan kembali tidur.
"Hhhaaaah..." Jeno mengela nafasnya dan perlahan berdiri sembari memegang pinggangnya yang sakit.
Ruang tengah sudah gelap, dan Jaemin tertidur di sofa dengan cup yoghurt strawberry kosong tercecer di atas meja. Jeno mengernyitkan dahinya melihat 4 cup kecil yoghurt strawberry habis dimakan Jaemin. Tadi Jeno buru-buru ke mini market dan membeli empat cup yoghurt, dan Jaemin menghabiskan semuanya. Yoghurt rasa strawberry yang paling Jaemin benci.
Jeno menggaruk kepalanya dan berjalan ke kamar utama yang juga gelap hanya untuk diam di depan pintu, melihat siluet Renjun yang tidur dengan nyenyak berbungkuskan selimut. Renjun bahkan belum sempat pakai pakaian yang benar. Sepulang Jeno dari minimarket, Renjun sudah tidur. Kata Jaemin, Renjun sangat mengantuk dan lelah menunggu Jeno jadi ingin tidur dulu.
Jeno lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jaemin di ruang tengah dan Renjun di kamar utama, sementara Jeno sejak tadi hanya mondar-mandir memikirkan bagaimana memindahkan Jaemin ke kamar utama. Jeno biasanya bisa dengan mudah menggendong Jaemin, tapi dengan keadaan punggungnya yang cidera ㅡ
Sepertinya tetap harus dicoba.
Jeno bergegas kembali ke ruang tengah dan berjongkok menghadap punggung Jaemin yang tidur. Dengan perlahan Jeno menepuk bahu Jaemin.
"Na.. Bangun yuk? Tidurnya di kamar saja." Bisik Jeno dengan sangat berhati-hati. Jaemin tidak bergeming dan terus saja tidur dengan nyenyak. Jeno menghela nafasnya dan berdiri dengan perlahan lalu membungkuk, bersiap menggendong Jaemin.
"Aaakkhh." Jeno langsung merintih kesakitan dan memegangi pinggangnya yang berdenyut nyeri. Jeno menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan, kemudian berdiri tegak. Jeno menyerah, biarlah Jaemin tidur di ruang tengah. Jeno tidak akan sanggup mengangkat Jaemin. Pinggangnya bisa betulan patah.
"Maaf ya Na..." Bisik Jeno yang kemudian berjalan tertatih ke kamar utama sembari memegangi pinggangnya untuk mengambilkan selimut Jaemin. Malam ini biarlah Jaemin tidur di sofa ruang tengah.
***
Hendery menundukkan kepalanya dan diam, namun ia tahu sejak tadi Johnny terus memandang tajam ke arahnya dan Ten terdengar menghela nafas berat berkali-kali. Tapi tidak ada satupun yang berbicara sejak Hendery pulang dan kedua orang tuanya sudah duduk menunggu Hendery di ruang tengah.
"Tidak ada yang mau Dery katakan?" Tanya Johnny dengan suara berat yang tenang namun membuat Hendery merasa terintimidasi.
"Maㅡmaafkan Dery, Dad." Bisik Hendery masih menundukkan kepalanya dengan kedua tangan mengepal diatas paha.
"Astaga..."
Hendery dapat mendengar bisikan Mommynya yang terdengar sangat kecewa. Hendery yakin orang tua Yangyang sudah menghubungi orang tua Hendery terlebih dahulu.
"Dery minta maaf untuk apa?" Suara berat Johnny semakin terdengar dingin, namun tetap tenang.
"Maafㅡ" Bisik Hendery lirih.
Kali ini Hendery mendengar helaan nafas Daddynya yang berat. Lalu kemudian semua kembali hening untuk beberapa saat.
"Daddy sejujurnya sangat kecewa padamu, Der. Terlebih berita ini Daddy dengar dari orang lain, bukan Dery sendiri yang bilang." Johnny. Hendery menggigit bibirnya dan semakin menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPECTING [NORENMIN|NOMINREN | HENXIAOYANG]
Fanfiction✨Sequel of UNEXPECTED✨ [Kisah Jeno, Jaemin dan Renjun setelah berumah tangga, juga kisah Hendery, Dejun dan Yangyang yang ingin berumah tangga] . . . ㅡJaemin pernah berkata bahwa cerita romansa di dunia nyata tidak akan berhenti hanya setelah para...