14. Depraved behavior

388 66 3
                                    

Maaf jika ada typo, pencet bintang sama komen yya!

Sekarang Renjun dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, biasa ia memesan bus karena uangnya juga lumayan lebih untuk membayar bus.

Renjun menikmati setiap pemandangan yang ia lewati selama berada di dalam bus.

Tenang, itu yang Renjun rasakan.

Rasanya ia sudah terbiasa dengan semua kegiatan yang mungkin berubah tidak seperti dulu?

Tanpa keluarga.

Wajar saja Renjun sudah dewasa, menurutnya hidup seperti ini juga bisa melatih dirinya di masa depan nanti.

Apa-apa sendiri, hanya diberi dukungan oleh teman-teman terdekatnya.

Renjun merasa bersyukur juga masih ada orang baik yang dekat dengannya.

Layaknya semua orang-orang itu membuatnya merasa sepertu batu besar yang ada di laut untuk selalu berdiri tegak tanpa terjatuh atau pindah sedikitpun.

Mengingat kalau ia sudah besar pun Renjun terpikirkan soal ulang tahunnya yang mendadak besok tiba.

Renjun baru ingat.

Renjun tidak perlu hadiah, Renjun hanya ingin mendatangi makam kedua orang tuanya, mendapat ucapan dari orang terdekatnya, teman-temannya, dan... kakaknya.

Jika benar kakaknya juga mengucapkan selamat kepadanya Renjun mungkin merasa hidupnya kembali berwarna walaupun sesederhana itu keinginannya.

Karena tahun kemarin Renjun tidak diberi ucapan olehnya.

Renjun tersenyum melihat foto dirinya dengan sang kakak waktu kecil ketika merayakan ulang tahunnya dulu. Terlihat menggemaskan.

Dari kakaknya yang belepotan dibagian hidung oleh krim cake buatan mamanya dengan dirinya yang belepotan di seluruh wajahnya oleh cokelat pemberian sang kakak.

Renjun suka sekali dengan cokelat dulu, karena keenakkan rasa cokelat membuatnya rakus saat makan. Itu membuat wajahnya belepotan.

"Lucu sekali." Gumamnya.

Tak lama kemudian ia sampai di tempat kerja, Renjun turun lalu segera menyapa pemilik toko.

"Eh Renjun?"

"Hallo bu, bisa kan saya kerja? Maaf agak terlambat tadi ada urusan hehe."

Pemilik toko itu hanya mengelus surai cokelat lelaki yang berada di depannya ini.

"Maaf ya nak Ren, ibu nggak bisa lanjutin kamu buat kerja di sini." Mata Renjun membola, kenapa? Apa ada yang salah dengannya?

"T-tapi kenapa bu? Apa karena saya telat berangkat? Atau ada kesalahan lain?"

"Tidak nak, kamu tahukan ibu ini sudah tua ibu juga nggak ada yg bisa diminta bantuan buat nerusin toko ini ibu cuma mau nikmatin masa tua ibu, ibu nggak bisa nerusin ini lagi. Kamu nggak ada salah apa-apa kok justru ibu senang keberadaan kamu itu ngebuat toko ibu jadi rame karena nyaman dan bersih."

"Ee gimana kalau saya aja bu yang nerusin? Maaf lancang... soalnya saya sudah betah kerja di sini dan nggak tahu lagi harus cari kerja di mana."

"Gapapa nggak usah nak, toko ini juga mau ibu jual kalau kamu mau nyari kerjaan di cafe dekat minimarket itu menerima lamaran pekerjaan kamu bisa ngelamar pekerjaan di situ, nak." Ucapnya sembari menunjuk cafe dekat mininarket itu.

"Apa benar bu?"

"Iya benar." Ibu Lee itu tersenyum lembut.

"Ah kalau begitu saya pamit ya bu, makasih sudah menerima saya kerja di sini selama lebih dari 1 tahun." Ibu Lee hanya mengangguk lalu memeluk Renjun.

He Cares The Most || DoyRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang