"Kak, antar Mei ke rumah sakit ya!" pinta Mei ketika Rey baru saja pulang kerja.
Menatap istrinya dengan penuh tanda tanya, sebelum ia melayangkan pertanyaan, Mei sudah berkata "Sepertinya sudah waktunya, kak. Sebentar lagi dia akan datang, menemui kita"
Menelan saliva, Rey berusaha tenang. Mendekat ke arah Mei yang tengah meringis kesakitan dan berusaha memapahnya.
"Tas keperluan ada di dalam lemari kak, bisa minta tolong diambilkan. Biar Mei masuk ke dalam mobil sendirian." kata Mei seolah tahu keraguan yang menyelimuti hati suaminya.
Berjalan pelan meninggalkan Rey yang masuk ke kamar, Mei meringis kala kontraksi pelan- pelan datang.
Setelah mengambil segala keperluan, Rey segera menuju mobil dan pergi ke rumah sakit.
*****
"Dia menyakitimu Mei." kata Rey begitu melihat Mei yang terus menerus meringis menahan kontraksi. Di atas ranjang rumah sakit, Mei menahan sakitnya dengan mencengkeram pinggir ranjang.
"Tidak kak, ini tidak menyakitkan. Lagipula ini hanya sementara, sebentar juga hilang." Mei berusaha menenangkan suaminya yang mulai ketakutan.
"Tapi dari tadi kamu meringis. Kamu berbohong jika itu tidak sakit."
"Tidak apa kak. Ini tak seberapa sakit, dia hanya ingin segera melihat ayah dan ibunya. Pasti dia akan senang melihat betapa ganteng ayahnya. Mei yakin, dia akan seganteng kakak." Mei masih saja mencoba mengajak bercanda.
"Kak." panggil Mei yang berada di atas ranjang. Bangkit dan duduk, ia menepuk ranjang di sebelahnya.
"Duduklah disini. Mei ingin kakak di samping Mei sekarang."
Rey mengambil nafas dalam sebelum mendekat ke arah Mei dan duduk di sampingnya. Melihat hal itu, Mei menggelendot manja.
"Kak, aku menyayangimu. Ahhh.." kata Mei mengaduh ketika kontraksi tiba- tiba menghebat.
"Mei, dia terus menyakitimu." kata Rey berusaha mengusap pundak sang istri.
"Kakak tidak boleh bilang begitu. Dia bisa mendengarnya." protes Mei yang masih saja meringis kesakitan dan tiba- tiba mencengkeram tangan Rey erat.
Rey tahu, Mei begitu kesakitan tapi masih berusaha tenang agar ia tidak semakin gelisah.
"Operasi saja ya Mei. Biar cepat selesainya. Kakak tidak tega melihatmu kesakitan. Bagaimana bisa dia keluar dari lubang sekecil itu tanpa menyakitimu?"
Mei terkekeh mendengar pertanyaan suaminya.
"Kak, tenanglah. Mei ingin menikmati setiap prosesnya. Asal kakak disini, Mei kuat menghadapinya." digenggam tangan Rey agar suaminya kembali tenang.
Tak beberapa lama, Ray datang sendirian, melihat kebersamaan adik dengan istrinya ia sedikit bernafas lega.
"Bisa ya mau melahirkan masih mesra- mesraan?" kata Ray mengulas senyum bahagia.
"Kenapa? Kak Ray cemburu?"
Ray terkekeh mendengar pertanyaan Mei.
"Iya, cemburu. Rey jadi jarang main ke rumah, nempel kamu mulu."
Mei tersenyum mendengar jawaban kak Ray dan menggenggam tangan Rey lebih erat. Tak beberapa lama, sesuatu yang basah keluar, terlihat seperti air. Makin lama makin banyak.
"Sepertinya Mei sudah pecah ketuban, aku panggil suster dulu." kata Ray berlalu pergi.
Berusaha tenang, Rey menyuruh Mei untuk beristirahat di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di atas luka(Seri Ketiga Buah Kebencian Untuk Ayah) ; Sudah Terbit
Romance'Tak mudah bagiku memberi cinta di saat hidupku diguyur kebencian. Bagaimana bisa aku mencintainya sedang aku tak pernah dicintai? Aku bahkan tak tahu harus bagaimana memperlakukannya karena aku tak pernah merasakan itu semua. Aku tak mau menjadi se...