Melepas Masa Lalu

65 2 0
                                    


Rey terpaku di sisi ranjang, menatap hamparan pepohonan yang tertutup tanaman sulur yang berada jauh di depan sana. Suara burung berkicau saling bersahutan. Sinar matahari menimpa wajahnya, menimbulkan sensasi hangat. Ia mengembuskan napas panjang setelah menghirup dalam-dalam. Berjalan menuju jendela, Rey memegang teralis yang berada di depannya.

Pandangannya menerawang jauh begitu juga pikirannya. Setelah kejadian kemarin di bukit tungku wiru, Rey kembali memikirkan ucapan sang kakak bahwasanya, ia benar-benar belum melepaskan masa lalu yang selama ini menjeratnya. Ia selalu mengatakan bahwa telah memaafkan ayahnya, tetapi kenyataan tidak demikian. Terus-menerus menjadikan luka dari sang ayah juga takdir sebagai penyebab segala lara. Menggenggam bara yang justru menyakiti diri sendiri dan bukannya melepaskan.

Suara pintu terbuka, Mei memperhatikan suaminya yang masih bergeming. Meletakkan sarapan di nakas, ia memeluk penuh kerinduan pada sosok yang sudah beberapa hari tak ada di sampingnya.

"Kak, apa kamu tak merindukanku?" Mei memutar tubuh Rey dan mengusap pipi sembari melukiskan rasa rindu dalam sebuah senyuman. "Kumohon. Kakak jangan pernah berpikiran yang tidak-tidak. Mei menyayangimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu."

Rey terpaku sesaat sebelum menyelami kesungguhan Mei. Mengusap pipi sang istri yang sudah basah oleh air mata, Rey bertanya, "Apakah kamu sungguh masih mencintaiku meski aku belum bisa menyayangi Arkha?"

Mei mengangguk, meyakinkan suaminya yang terlihat pucat. "Aku tidak akan menuntut Kakak untuk menyayangi Arkha, karena aku yang menginginkannya, tetapi kumohon hiduplah demi aku." Mei mengeratkan dekapan dan terisak dalam pelukan sang suami. "Aku menyayangimu, Kak. Hiduplah demi Mei. Kumohon," pinta Mei mengiba.

Rey tertegun, tidak tahu harus bagaimana. Di saat ia benar-benar sudah lelah dan merasa tak berharga, satu per satu tangan meraih juga membesarkan hati. Menyuruh untuk bertahan dan hidup dengan melepaskan masa lalu yang membelenggu. Rey mendekap sang istri dan berkata, "Baiklah. Aku terus hidup, tetapi jangan paksa aku untuk mencintai Arkha."

Mei mengangguk dan mengusap air mata sebelum tersenyum saat menatap wajah sang suami. Tangannya membelai pipi Rey yang dingin. "Makan dulu, yuk. Mei suap." Melepaskan pelukan, Mei menuntun sang suami ke ranjang dan menyuap seperti anak kecil.

"Kenapa kamu di sini dan meninggalkan Arkha?"

Mei tersenyum. Ia yakin meski mulut sang suami mengatakan benci, ada nurani yang selalu menanyakan tentang kabar sang putra. "Kupikir, jika Kakak membenci Arkha. Itu berarti tidak akan menanyakannya atau pun mengkhawatirkannya. Namun, sepertinya ada cinta yang diam-diam tumbuh di hati Kakak."

Rey tertegun mendengar penuturan sang istri dan memikirkan ulang apa yang sebenarnya ada dalam benaknya. Mengapa ia menjadi peduli pada putranya? Apa karena dia lelaki dan akan berakhir sama dengan kisahnya? Ntahlah, ia tidak tahu jalan pikirannya sendiri.

"Aku hanya bertanya dan tidak ada niat untuk memperdulikannya."

Mei tersenyum dan mengambil bubur yang dibawanya tadi. "Arkha baru saja tidur, tenang saja." Mei menyendok bubur dan bersiap menyuap ketika Rey berkata, "Aku tidak mau makan bubur."

Ini pertama kali Rey menolak. Biasanya dia akan menerima tanpa melayangkan protes dan hal ini membuat Mei tersenyum sebelum kembali meletakkan di nakas. "Apa Kakak kangen masakan Kak Ray?"

"Iya."

Mei paham akan keinginan sang suami dan memegang tangannya. "Aku tahu Kakak akan mengatakannya, jadi Kak Ray sudah memasak. Makan bersama, yuk," ajak Mei sembari menarik tangan sang suami.

Masih dengan ekspresi datar, Rey menuruti permintaan sang istri. Keluar dari kamar yang sudah beberapa hari menjadi tempat persembunyian. Lari dari kehidupan dan menenggelamkan diri dalam balutan luka. Begitu keluar, Eza yang baru saja membaca surat kabar langsung melipat dan berdiri seolah menyambut kedatangan superstar.

Cinta di atas luka(Seri Ketiga Buah Kebencian Untuk Ayah) ; Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang