12. Melancarkan aksi 🕯️

999 89 0
                                    

Saat di kantor Gia menatap kertas yang diberikan oleh Kia. Alamat itu bertuliskan disebuah apartemen mewah yang sepertinya dibeli oleh Irza.

Gadis itu memijat pelipisnya baru kali ini dia kalah oleh orang licik rasanya sangat menghina harga dirinya. Ia tidak akan membiarkan para penjahat itu pergi lagi.

"Sudahlah kalau dipikir-pikir ini sudah direncanakan dan ada seseorang yang kuat menopang dibelakang. Kali ini sepertinya gue harus hati-hati dan jangan sampai penyamaran terbongkar," gumam Gia dengan menghela nafas panjang.

Gia bangkit dari kursinya beberapa bulan ini dia harus bekerja keras. Ia berjalan tidak lupa mengunci ruangannya dengan keamanan yang level tinggi. Ia tidak ingin ada pengkhianat dan masuk kedalam ruangannya sesuka hati, berjaga-jaga itu wajar bukan.

Suara langkah kaki membuatnya berhati-hati juga mempersiapkan kuda-kuda. Ia memegang tangan yang memegang pundaknya lalu membantingnya.

"Bu! Ini saya Dama!"

Gia mengangkat alisnya ternyata hanya Dama ia kira seorang penyusup. Ia memijat pelipisnya entah kenapa perasaannya menjadi lebih waspada. Ia hanya saja berfirasat kalau sekolah itu bukan sekolah pada umumnya dan mungkin ada kejadian besar.

"Maaf saya kira kamu penjahat," ucap Gia dengan membantu Dama berdiri.

"Yaelah, Bu. Disini mana ada penjahat," sahut Dama dengan memutar matanya.

"Gia! Lo nggak papa?" tanya Vita dengan memegang pundak Gia.

"Nggak papa. Gue pergi dulu," pamit Gia dengan tersenyum simpul.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ


Gia memasuki rumahnya dengan berjalan perlahan-lahan. Namun, ia dikejutkan dengan orang yang muncul tiba-tiba di keadaan gelap.

"GILA LO! NGAPAIN BERDIRI DITEMPAT YANG GELAP?!" teriak Gia dengan menatap tajam.

Algi melotot kemudian menutup mulutnya kakaknya karena ini sudah malam bisa saja mengganggu tetangga. Ia membisikkan kata yang membuat Gia menjadi tenang.

"Lo juga buat gue kaget, kalau bukan karena Lo kayak hantu gue nggak akan teriak," kilah Gia dengan memutar matanya.

"Alasan bilang aja takut," ledek Algi dengan tertawa kecil.

Gia menggeram kesal dengan menatap tajam berkata, "Kok Lo makin kesini makin nyebelin, ya?"

Gia bergegas masuk meninggalkan Algi dengan senyuman manisnya. Gia tidak mengetahui bahwa Algi bukan seperti biasanya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ


Gia menggerutu dengan mengerjakan pekerjaan kantornya yang masih belum sepenuhnya selesai. Ia pulang tetapi pekerjaan masih menumpuk padahal ini baru satu hari belum satu bulan.

Gadis itu menarik rambutnya jika begini dia bisa stress lama-kelamaan. Ia mengambil kertas lalu membaca alamat apartemen itu.

Gia segera menyalakan komputer khusus dirinya melakukan peretasan informasi. Ia sering melakukan ini kepada orang yang dianggapnya mencurigakan, bahkan semua pegawai dikantornya juga ikut dia retas.

Gia mengotak-atik beberapa kode dan segera ia mendapatkan informasi tentang Kia. Ia sedikit terkejut ternyata orang itu bukan orang sembarangan.

Gia menyeringai menatap layar komputernya berkata, "Ouw, kamu ketahuan! Ternyata dia berada dalam pihak yang sama."

Gia mengambil handphone barunya lalu mengetik sebuah nomor. Ia menyeringai sembari menunggu orang itu menjawab teleponnya.

"Halo."

SFBC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang