30. Rencana licik🕯️

719 78 1
                                    

"Maksud Ayah apa? Siapa itu kakek tua? Lalu apa Gia pernah melihatnya?" cecar Gia dengan raut wajah penasaran.

"Santai, Bos! Kakek tua itu bisa dibilang kakek kamu karena beliau itu bisa dibilang seperti anak gaul bokap dari ayah. Jelas saja kamu nggak pernah ketemu karena kakek sama nenek kamu meninggal sebelum kamu lahir," jawab Bagas dengan tersenyum tipis.

"Lalu kakek kamu itu dulunya seorang ilmuwan seperti ayah Algi. Namun, kakek kamu itu menggeluti dalam penelitian virus jenis pertahanan salah satunya racun. Gia sepertinya kamu menuruni bakat kakek tua," lanjut Bagas dengan mengacak rambut putrinya. Disaat begini dia merasa melihat sifat papa juga mama diwaktu masih hidup.

Dinda menatap sang putri dengan tersenyum manis. Lalu ia mendorong Bagas hingga hampir terjatuh yang membuat pria itu menggerutu dibuatnya.

"Ayah kamu juga akrab dengan Ayah Algi, bahkan kakek kamu juga sahabatan sama kakek Algi. Jadi kalian bisa dibilang generasi ilmuwan dan sahabat. Kamu dulu juga sangat kecil sangat memanjakan Algi sebagai adik manik, tetapi Bunda tidak menyangka akhirnya malah jadi berjodoh," ucap Dinda dengan tersenyum simpul.

Gia mengerutkan keningnya mendengar penuturan dari sang Bunda. Ia menatap sang ayah untuk meminta penjelasan, namun malah diberikan tatapan tajam yang membuatnya terkejut. Apa kesalahan yang dilakukan olehnya (?)

"Gini Gia ... sebenarnya kamu sudah kenal dengan Algi juga Rini dari kecil karena kita tinggal bertetangga. Lalu saat umur Algi 7 tahun mereka pindah setelah itu tidak bertemu lagi hingga 11 tahun kemudian," jelas Bagas dengan menggaruk tengkuknya.

Gia kembali menatap Algi dengan tatapan tidak percaya. Lelaki yang ia sukai sekarang merupakan bocah laki-laki yang selalu mengekori dirinya, juga bocah yang selama ini dia manjakan. Namun, yang membuatnya tidak percaya bocah itu sudah tumbuh menjadi lelaki yang tampan juga pintar.

"Kak ... maaf awalnya Algi hanya ingin kakak mengingatnya sendiri tanpa diberitahu, ternyata malah tahu dari Bunda," sesal Algi dengan tersenyum canggung.

Gia mengangkat jarinya dengan menggerakkannya untuk memberi isyarat memanggil. Ia terlalu malas berbicara untuk sekarang karena tenaganya belum pulih.

Gia menarik tangan Algi hingga lelaki itu terduduk di atas kasur. Ia menatap dari atas sampai kebawah lalu mencubit pipi Algi dengan pelan. Semua terkejut mereka kira gadis itu akan marah, terutama Vita yang mendukung Gia untuk marah kepada remaja itu.

"Ternyata Algi kecil sudah besar, gue nggak nyangka orang yang selama ini gue lindungi ternyata berada disekitar," ucap Gia dengan mengelus pipi lelaki itu.

Gia tidak menyangka dulu yang hanyalah kakak-adik sekarang berubah menjadi percintaan. Namun, pada dasarnya ia sekarang adalah saudara tiri.

"Ehem, lalu kalian disini mau ngapain?" tanya Gia dengan menunjuk orang yang sedari tadi hanya diam.

"Nona Gia saya meminta maaf atas kecerobohan adik saya hingga membuat anda dengan ... pacar anda terluka. Namun, setelah ini pihak kepolisian akan memastikan keamanan anda karena mungkin saja mereka masih mengejar," ucap Dani dengan menundukkan badannya kemudian berdiri tegak.

"Ehm ... itu gue berterima kasih kalau kalian nggak menolong mungkin kami tidak akan selamat," ucap Irza dengan menggaruk tengkuknya.

"Kak Gia dan Algi ... saya minta maaf karena kecerobohan tanpa membuat strategi matang hingga membuat kalian terlalu," sesal Kia dengan menundukkan wajahnya.

Gia mengangkat bahunya berkata, "Nggak papa, tadi gue hanya emosi sekaligus khawatir. Jika pergi sendirian gue nggak akan pernah khawatir dan menahan diri saat menyerang musuh."

SFBC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang