Kini mereka berjalan-jalan menikmati pemandangan malam yang penuh makanan juga hiburan. Namun, berbeda dengan gadis itu yang bermuka masam menatap ketiga remaja yang mendiaminya. Jika dirinya tahu akan begini lebih baik melanjutkan pekerjaannya.
Gia akhirnya mengalihkan pandangannya melihat stan makanan yang berjejer, hal itu membuatnya sedikit lapar. Namun, ia tidak ingin mengganggu pembicaraan ketiga remaja itu juga kalau pergi tiba-tiba bukannya makin membuat kacau. Alhasil dia hanya menahan laparnya dengan melirik orang-orang yang bermain game.
"Kita ke sana yuk!" ajak Kia dengan menunjuk penjual eskrim.
Gia juga mengikuti arah tunjuk gadis itu, namun ia tidak tertarik. Buat apa makan yang begituan nanti malah menambah penyakit makan yang manis-manis ditambah makannya dimalam hari.
Gia hanya bergeming saat kedua remaja itu pergi, namun hanya Irza yang berada disampingnya. Ia melirik sekilas saat lelaki itu diam menatap Kia.
"Lo suka sama Kia bukan," celetuk Gia dengan terkekeh geli.
Dia dapat melihat lelaki itu terkesiap dengan penuturannya. Ia berjalan pelan mengikuti kedua remaja yang sudah berjarak jauh.
Irza menggaruk tengkuknya bertanya, "Bagaimana Lo bisa tahu?"
Gia hanya menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya, semua orang juga dapat mengetahui gelagat lelaki itu saat bersama dengan Kia. Lelaki itu terlihat antusias jika bersama dengan Kia bahkan perlakuannya terhadap gadis itu sangatlah berbeda dibandingkan kepadanya yang padahal lebih tua.
"Perlakuan Lo kepadanya ketara banget kalau lo tanya semua orang disini juga pasti tahu," cibir Gia dengan memutar matanya.
"Mana ada!" seru Irza dengan menatap sinis.
"Kan! Baru aja dibilangin padahal gue lebih tua dari Lo pada. Lalu Lo nggak ada sopan-santun kepada gue, sedangkan perlakuan Lo sama Kia kalem lemah lembut," sindir Gia dengan menyeringai.
"Karena Lo itu setan! Jadi gue nggak perlu hormati ko!" seru Irza dengan berlari sebelum kena amukan gadis itu.
Gia mendengus kesal punya doi tapi orangnya tidak peka, punya teman cewek dibawah umur orangnya tidak peka dan tidak merasa bersalah lalu punya teman cowok dibawah umur kelakuannya kayak setan tidak beradab. Akhirnya dia hanya punya Vita yang teman sekaligus adik terbaiknya, namun sekarang ia berada dimana disaat sedang dibutuhkan.
Akhirnya dia sudah sampai di tempat para ketiga remaja itu makan eskrim. Ia hanya bisa meringis ngeri karena seperti merasakan ngilu di giginya. Ia hanya duduk menatap ketiga remaja yang asik makan eskrim.
Alhasil yang hanya bisa dilakukannya hanyalah memainkan handphonenya. Ia membuka aplikasi chatting untuk menelepon seseorang untuk menemaninya.
"Halo."
"Vitamin Lo ada dimana?"
"Anjir! Masih aja Lo jahil. Panggil nama gue yang bener."
"Iya, Vita. Jadi sekarang Lo ada dimana?"
"Gue ... eh kok suara kita kayak dekat seperti bukan teleponan."
Gia berhenti bicara lalu menatap sekeliling ternyata orang yang diteleponnya berada di stan samping. Ia mematikan panggilan teleponnya lalu berjalan pelan agar tidak ketahuan.
"Loh? Kok dimatiin. Aneh banget Gia," ucap Vita dengan menatap layar ponselnya.
Dor!
"EH! COPOT!" pekik Vita dengan mata melotot tajam.
Gia tergelak dengan memegang perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa. Ia mengelap air matanya yang sudah berkeringat karena tertawa terbahak-bahak, sedangkan sang korban menatapnya setajam silet.
![](https://img.wattpad.com/cover/284544564-288-k140424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Ciencia FicciónGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...