23. Pertemuan kebencian🕯️

704 79 0
                                    

"Begini ... menurut kalian gue itu orangnya gimana?" tanya Gia dengan ragu-ragu.

Akhirnya mereka tertegun mendengar pertanyaan Gia yang terdengar agak berbeda seperti biasanya. Terutama Vita yang menatapnya aneh karena baru kali ini Gia ingin mendengarkan tentang dirinya dari orang lain, biasanya saja luar biasa cuek.

"Hah? Itu aja? Gue kira apaan," ucap Irza dengan tertawa terbahak-bahak.

"Memangnya ada apa, Kak?" tanya Kia dengan mengerutkan keningnya.

"Apa ada masalah yang ganggu pikiran kakak?" tanya Algi dengan raut khawatir.

Gia mendengus kesal menjawab, "Nggak ada apa-apa, gue hanya ingin tahu. Cepat jawab!"

"Kakak itu orang yang baik tapi tutupin kebaikannya dengan sikap ketus. Lalu kakak orang yang bekerja keras tanpa memperhatikan kesehatan juga keselamatan," ucap Algi dengan tersenyum manis.

"Udah gitu doang," ucap Gia dengan mengerutkan keningnya.

"Kakak juga cantik dan terlihat imut di usia kepala dua," ucap Algi dengan tersenyum.

"Anjir! Bawa-bawa umur ya Lo!" seru Gia dengan menatap tajam.

"Hahaha, Gia sensitif tuh tentang umur," celetuk Dama dengan tertawa terbahak-bahak.

Berbeda dengan isi hatinya yang sedang terbang melayang mendengar entah karena terpaksa atau benar-benar sanjungan untuknya. Memang pada dasarnya laki-laki yang harus bertindak masa harus dirinya, nanti malah dianggap murahan. Ia juga memprediksi jika dia mengejar Algi terlebih dahulu nanti dianggap tante-tante girang dan murahan karena adik tiri saja dikejar.

"Lo itu orang yang peka disaat yang lain tidak mengetahui gue suka sama siapa hanya Lo yang dapat menebaknya," ucap Irza dengan mengangkat bahunya.

Gia mendekat kearah Irza berbisik, "Itu karena Lo berteman sama orang yang nggak peka juga doi Lo memang nggak peka atau sengaja tidak peduli."

"Iya juga ya, jadi nyesel gue suka sama orang yang nggak peka," sahut Irza dengan berbisik.

"Maka dari itu Lo harus sekuat tenaga ngejar tuh cewek. Buat dia mengerti perasaan Lo karena kalau Lo berlama-lama mungkin saja nanti keduluan orang lain," bisik Gia dengan menyeringai.

Irza menatap Gia dengan menyeringai
memang orang pengertian pikirnya. Namun, Gia tersenyum misterius karena ini justru menguntungkan dirinya juga Irza. Karena jika Irza mendapatkan gadis itu maka dirinya bisa menenangkan suasana Algi untuk mendapatkan lelaki itu. Kejam namun itu sudahlah hal yang biasa, karena dirinya sama-sama mengejar bukan merebut selama mereka belum bersama tidak ada yang salah.

"Sudah-sudah kalian bicara apaan sih. Giliran gue, Gia itu orang yang tidak sombong walaupun dia anak orang kaya tidak pernah sedikitpun menghina orang lain. Gia kepada pegawainya pun ramah walaupun mukanya saat di kantor kayak triplek setidaknya diluar kantor nggak. Bahkan jika perusahaan memenangkan atau mendapatkan sesuatu Gia sering mentraktir di restoran," ucap Dama dengan tersenyum tulus karena yang diucapkannya itu memang kebenarannya.

Gia hanya tersenyum simpul dia melakukan itu karena didunia ini tidak hanya uang yang dibutuhkan. Didunia ini juga perlu namanya bersosialisasi karena saat kita lagi susah pasti jika kita punya kenalan setidaknya bisa meminta bantuan.

"Gia itu orangnya terlihat kuat namun sebenarnya dia orang yang rapuh dan memiliki masa lalu yang kelam. Ia juga orang yang mandiri, pekerjaan keras, baik dan pemimpin yang bijak juga tegas. Bahkan saking baiknya dia akan melakukan apapun untuk menolong orang lain juga tidak ragu-ragu mengeluarkan uang banyak. Ia juga tipe memperhatikan orang yang disayanginya bahkan tidak peduli jika orang itu tidak mengetahui tentangnya. Gia merupakan sahabat sekaligus kakak bagi gue karena disaat gue susah hanya dia yang selalu ada," ucap Vita dengan mata berkaca-kaca.

SFBC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang