Algi menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak memperdulikan makian pengguna jalan bahkan Kia juga berteriak saat lelaki itu membalap mobil lain.
"Algi! Anjing! Pelan-pelan! Ini sudah lewat batas kecepatan mengendarai mobil!" seru Kia dengan berpegangan pada jok mobil.
Irza tertawa puas melihat sang pacar yang marah-marah membuatnya semakin imut. Ia juga berpegangan pada jok mobil, namun tidak ada protes sedikitpun karena balapan merupakan makanan sehari-harinya saat SMA.
Saat sampai Algi menunggu kedua sahabatnya keluar dengan mengunci mobilnya. Ia segera berlari meninggalkan sejoli yang berteriak kepadanya.
"ALGI! TUNGGU WOY!" teriak Irza tanpa tahu malu.
"HEY! KALIAN JANGAN LARI-LARI CAPEK GUE NGEJARNYA!" teriak Kia dengan melambaikan tangannya sebagai tanda menyerah. Entah dari kapan gadis itu menjadi orang yang tidak tahu malu, mungkin saja ini pengaruh berteman juga berhubungan orang yang tidak tahu malu.
Algi tidak memperdulikan ia terus berlari saat sampai ia menatap sekeliling dengan antusias. Namun, semakin ia mencari tidak ada keberadaan gadis itu.
Tiba-tiba sebuah tangan menutup matanya lalu mengecup pipinya. Ia terkejut dengan menepis lalu mencengkram erat dengan orang itu.
"Huh? Bisa bela diri ternyata."
Orang itu adalah Gia gadis yang selalu ia tunggu berbulan-bulan. Ia menatap dari atas sampai kebawah lalu memeluk erat.
"Algi kangen kakak," bisik Algi dengan tersenyum lebar.
Gia melepaskan pelukan Algi dari tubuhnya, ia memberikan senyuman manis untuk lelaki itu. Ia juga memberikan senyuman kepada kedua remaja yang berada dibelakang Algi.
"Kalian semua apa kabar?" tanya Gia dengan tersenyum tipis.
"Menurut Lo?" cibir Irza dengan memutar matanya.
"Cih! Baru pulang dimarahin ngajak berantem?!" seloroh Gia dengan berkacak pinggang.
"Ampun Nyai!" seru Irza dengan mempertemukan kedua tangannya.
Setelah mengucapkan kata itu mereka semua tertawa. Gia menatap Algi dengan tatapan misterius dan mulai mengepalkan tangannya. Ia melihat Algi berbincang dengan Kia. Lelaki itu bilangnya sedang kangen dengannya, tetapi malah berbincang dengan Kia. Apa mungkin surat itu tidak sampai atau Algi menyukai gadis itu.
"Gia! Makasih loh karena Lo gue jadian sama Kia. Kalau bukan karena dukungan juga nasehat Lo mungkin gue sudah menyerah," ucap Irza dengan menepuk pundak Gia.
Gia menepis tangan lelaki itu dari pundaknya lalu menyeret kopernya. Ia meletakkan koper itu kedalam mobil bagian belakang.
"Lama nggak bertemu wajah Kak Gia makin bersih, putih dan yang pastinya glowing. Apa kakak melakukannya ehem ... agar Algi menyukainya?" ucap Kia yang mengeraskan volume suaranya.
"Ehem! Nggak ini sudah kewajiban untuk merawat tubuh. Lalu gue dari dulu selalu perawatan dari atas sampai bawah. Dulu hanya karena stress pikirkan kasus juga pekerjaan," jelas Gia dengan tersenyum canggung.
Algi tersenyum tipis dengan mengacak rambut Gia. Hal itu bukan hanya rambut, namun hatinya juga ikut teracak.
"Ayo masuk, Kak!" ajak Algi dengan tersenyum manis.
Gia tersadar dari lamunannya berkata, "Iya."
∆∆∆
Mereka hanya diam menuju perjalanan pulang. Kali ini Irza yang menyetir itu karena permintaan dari Kia, gadis itu hanya tidak ingin kejadian kebut-kebutan seperti tadi. Tapi Kia tidak tahu saja kalau sang pacar suka balapan tiap pagi alias kejar waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Science FictionGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...