Gia menatap mereka dengan mengangkat alisnya, kini mereka berada diruang keluarga dengan penuh keheningan. Gadis itu kebingungan bukannya acara ulang tahunnya sudah selesai. Namun, kenapa para remaja ini tidak pulang ke rumah masing-masing.
"Kalian ... ngapain masih disini?" tanya Gia dengan mengangkat alisnya.
"Oh, itu ada yang ingin kami omongin dengan Lo," jawab Irza dengan mengangkat bahunya.
Gia mengangkat alisnya lalu mengambil cookies yang berada di atas meja. Ia sekarang sedang tidak mood untuk membahas apapun. Hari ini adalah hari yang membuatnya cukup sedih.
"Untuk sekarang jangan bahas tentang bisnis dulu, terutama ... " Gia melirik kesamping nya yang mengkode bahwa ayahnya sedang mendengarkannya.
"Kalian mau ngomongin apa?" tanya Bagas dengan mengangkat alisnya.
"Tadi masalah kerja kelompok, Yah," jawab Algi dengan tersenyum tipis.
Gia menatap sinis kepada Algi ternyata lelaki itu pintar berakting juga. Ia jadi tidak bisa mempercayai mana perkataan jujur juga perkataan bohong Algi. Lelaki itu penuh misterius dari sifat dan tingkahnya.
"Sudah nggak ada lagi bukan? Kalau begitu gue mau pergi dan jangan ganggu waktu gue," ketus Gia dengan menatap sinis.
Gia pergi beriringan dengan yang lain juga pergi pulang ke rumah masing-masing. Hari ini cukup membuatnya senang sekaligus sedih.
∆∆∆
Gia sedang berjalan menyusuri lapangan upacara menuju kelasnya. Sebenarnya ini cukup membuat lebih banyak waktu namun apa salahnya untuk menikmati udara sebelum berpikir.
Gadis itu awalnya berjalan dengan santai, tetapi seiring berjalannya waktu ia merasa dibelakangnya seperti ada yang mengikutinya. Saat ingin berlari sebuah tangan membekap mulutnya. Ia melawan tetapi seseorang menariknya kebelakang.
Gia menggeram kesal lalu mengeluarkan tenaga dan membanting orang-orang itu. Jangan salah gini-gini dia juga jago beladiri dan adu jotos.
Gia menyeringai menatap para remaja yang membuatnya kesal. Padahal hari ini dia ingin menikmati udara pagi sebelum sore kerja lagi. Namun, hal itu sia-sia karena 3 remaja didepannya.
Algi merintih pelan dengan memegang pantatnya yang sakit karena menyentuh lantai yang dingin. Ia padahal ingin berbicara dengan kakaknya namun ada guru makanya melakukan hal tadi.
"Kak Gia telat tahu ini sudah bel masukkan," celetuk Algi dengan muka masam.
Algi berpikir setiap dia ingin bertemu pasti ada kejadian badannya menjadi sasaran empuk kakaknya, seperti sekarang ia terkena bantingan Gia. Ia segera menarik tangan kakaknya bersembunyi dibalik dinding dengan membekap mulut Gia.
Gia melotot tajam saat mulutnya dibekap. Ia segera menepis tangan Algi dari mulutnya. Lalu menghirup udara berkali-kali, memang tidak tahu apa dirinya sudah tidak bisa bernapas.
"Kalian mau ngomongin apa?" tanya Gia dengan menatap sinis.
"Untuk kali ini kita bolos dulu ya, Kak. Kali ini kita ada urusan penting yang dibahas," harap Algi dengan mata berbinar.
Gia tertegun saat lelaki itu menatapnya dengan mata berbinar. Ia mengalihkan pandangannya dengan meneguk air liur dengan susah. Kali ini sifat apa lagi yang ditunjukkan oleh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Science-FictionGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...