Gia berjalan di koridor sekolah ogah-ogahan dengan menutup mulutnya sedari tadi dia menahan kantuk. Hari ini dia tidak menemukan Algi dikamar nya padahal dirinya ingin mengajak lelaki itu pergi bersama, alasannya karena ia ingin Algi yang menyetir mobilnya.
Saat berjalan tanpa sengaja menyenggol lengan orang yang membuat kertas-kertas berserakan. Gia seketika menjadi bugar dan tidak mengantuk lagi. Ia segera berjongkok membantu orang itu.
Gadis itu sekilas dapat melihat kertas itu berhubungan dengan kasus yang mereka cari. Ia memang tidak bisa mencurinya, namun ia dapat mengingatnya dalam sekilas membaca.
"Ini, Pak. Maaf tadi saya mengantuk jadi nggak sadar ada orang," ucap Gia dengan menyodorkan beberapa kertas.
Orang yang sepertinya guru baru itu terkejut dan segera mengambil kertas itu. Ia meletakkannya dibawah tumpukan kertas-kertas yang lain.
Namun, Gia tertegun melihat tatto berwarna merah di lengan guru itu sepertinya orang ini yang sering dibilang oleh Algi dkk.
"Makasih, Nak. Kalau begitu bapak pergi dulu."
Gia hanya mengangguk kemudian menatap kepergian guru itu. Ia menyeringai memegang kancing bajunya.
∆∆∆
Gadis itu berjalan menuju mejanya yang sudah ada Algi dengan Kia yang sepertinya asyik berdiskusi. Ia datang bahkan mereka pun tidak sadar dengan keberadaannya.
"Algi, apa Lo yakin kak Gia itu sudah menganggap lo sebagai adik? Lalu apa dia tetap curiga tentang identitas kita?" tanya Kia.
"Nggak tahu, namun urusan keluarga dengan kasus ini beda," jawab Algi dengan mengangkat bahunya.
"Namun, identitas kita itu juga termasuk keluarga dan tujuan kita sebenarnya. Bahkan kita sudah kenal 2 tahun nggak pernah tahu identitas masing-masing," ucap Kia dengan raut wajah khawatir.
Gia menatap sinis kedua remaja ini karena sudah ia kira mereka tidak semudah itu percaya dengannya. Namun, ia juga bukan orang yang semudah itu percaya dengan orang lain dan perlu menemukan identitas orang itu sebelum bisa diajaknya sebagai rekan. Ia sudah mengetahui identitas Kia dengan Irza lalu Algi kita lihat saja nanti.
"Kalian berani banget ngomongin dibelakang, kalau dihadapan orangnya berani nggak," cibir Gia dengan muka dingin.
Algi dan Kia nampaknya terkesiap dengan keberadaannya. Namun, ia akui persentase kewaspadaan mereka memang tinggi yang berarti mereka tidak akan pernah diperdaya orang lain. Mereka memang memiliki kesamaan yang cocok untuk bekerja sama.
"Eh, Kak Gia apa kabar?" tanya Kia dengan cengengesan.
Gia memutar matanya mencibir, "Dasar Lo bocil bermulut manis."
"Misi dulu ya ... gue mau taruh tas," lanjut Gia dengan tersenyum tipis.
Gia meletakkan tasnya lalu pergi menuju meja Kia dengan sekali duduk ia sudah tepar tidur. Kali ini ia tidak peduli dengan tatapan teman sekelasnya.
Sang guru sudah memasuki kelas lalu Gia masih saja bermimpi indah dalam tidurnya. Ia bahkan tidak mendengar beberapa kali guru memanggil namanya.
"GIANA MAYLEEN!"
Gia terperanjat hingga berdiri dengan matanya yang memerah karena kantuk. Ia dapat melihat sang guru menatapnya tajam.
"Kenapa kamu tidur dikelas? Ini masih pagi Gia dan kamu baru beberapa minggu pindah sekolah sudah berani melanggar peraturan. Sekarang kamu berdiri didepan papan tulis hingga mapel ibu habis."
Gia menghela nafas panjang lalu berdiri didepan papan tulis. Ia pastikan sekarang dirinya menjadi bahan gosip murid-murid. Sudah cukup lama dirinya tidak dihukum oleh guru dan itu 8 atau 9 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Ciencia FicciónGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...