Kini mereka berada disebuah rumah mewah berwarna putih yang menjadi tempat para murid-murid yang dinyatakan hilang. Mereka memang bertemu dengan keluarganya masing-masing, namun kesadarannya seolah seperti boneka hidup yang dikendalikan.
Gia tersenyum lebar melihat orang-orang yang bahagia bisa bertemu dengan keluarga mereka masing-masing. Akhirnya tugasnya sudah selesai dan dapat kembali mengurus perusahannya.
Gadis itu ingin melangkah pergi, namun sorakan ramai memanggil namanya. Ia dapat melihat senyuman manis menuju kepadanya.
"Kak Gia, gue sebagai perwakilan mereka mengucapkan terima kasih karena sudah berperan besar membantu menyelesaikan kasus ini," ucap Irza dengan tersenyum tulus.
Gia hanya mengangguk menatap orang-orang, ia melakukan ini juga karena keinginannya dan perintah ayahnya. Namun, siapa sangka kasus ini sudah kriminal jadi dia harus menyelesaikannya sekaligus.
"Nggak papa, lagipula ini membantu pihak keamanan untuk memberantas kejahatan jadi apa salahnya," ucap Gia dengan tersenyum tipis.
Kia dengan kakaknya tersenyum lebar menghadap kepadanya. Kakaknya Kia menjulurkan tangannya sebagai bentuk terima kasih sekaligus apresiasi kepadanya gadis itu.
"Sebelumnya kita belum berkenalan nama saya Erdani Ranendra panggil saja Dani. Saya benar-benar berterima kasih karena sudah membantu pihak kepolisian menyelesaikan kasus ini juga menjaga adik saya selama disekolah," ucap Dani.
"Ah iya! Nggak papa. Lagipula adik anda sangat orang yang kompeten dalam kepemimpinan. Saya pastikan dia akan sukses lagipula kasus ini selesai juga berkata adik anda," ucap Gia dengan tersenyum tipis.
"Kalau gitu kami pergi dulu, Kak," pamit Kia dengan tersenyum lebar.
Gia mengangguk lalu melihat kondisi korban penculikan yang jiwanya sangat kosong. Namun, sepertinya kali ini belum selesai pasti karena keadaan korban masih belum stabil.
"Semuanya mohon perhatiannya! Bagi yang keluarganya menjadi korban segera dibawa ke psikolog atau psikiater mungkin saja ini kondisi sedang tidak baik-baik saja. Juga kalau perlu bekerja sama dengan para ilmuwan karena ini menyangkut reaksi virus yang disuntikkan pada korban," perintah Gia dengan muka datar.
Para keluarga korban seketika menjadi ricuh setelah mendengar kabar ini. Namun, ini sudah seharusnya dikatakan olehnya karena saat ini tidak ada vaksin atau pengobatan yang bisa memulihkan korban. Jadi lebih baik untuk semua pihak bekerja sama.
Saat didalam kericuhan seseorang memeluk Gia erat dengan wajah berseri-seri. Ia terkesiap dengan detak jantungnya yang berubah menjadi tidak normal. Ia menatap adik tirinya yang sangatlah menawan berbeda dengan sifatnya yang polos, pendiam, penakut dan manja diwaktu tertentu.
"Makasih," ucap Algi dengan nada tulus.
Gia terdiam namun juga mengelus kepala Algi dengan lembut. Ia melihat remaja yang dilihatnya emosi beberapa hari ini berubah menjadi manja.
Dari kejauhan ia dapat melihat keluarganya berjalan menghampiri mereka. Ayah dan Rini segara memeluk mereka dengan erat akhirnya semuanya telah berakhir.
"Kamu tidak perlu bekerja keras lagi Gia," ucap Bagas dengan tersenyum tipis.
Gia menatap wajah ayahnya dengan muka sendu, ia hanya mengangguk tidak berkata apapun. Kali ini dia berbuat hal yang benar dalam bertindak.
∆∆∆
Sekarang sudah seminggu yang lalu semenjak kejadian terbongkarnya kasus besar. Setelah kejadian itu sekolah juga turut mengganti nama menjadi SMA Asterio yang didanai oleh beberapa perusahaan besar yang mengetahui perihal ini. Sekolah ini tetap tidak memungut biaya hanya sumbangan sukarela, namun berubah menjadi sekolah swasta tidak lagi negeri walaupun begitu mereka tetap menggunakan seragam putih abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Ciencia FicciónGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...