Gia menatap sosok lelaki yang memiliki mata menenangkan juga wajah yang cukup tampan dan dewasa untuk anak yang seusianya. Ia juga tidak menyangka orang yang ditemuinya semalam akan menjadi adik tirinya. Ia tidak bisa menerima hal ini rasanya seperti ada batu yang menghantam kepalanya.
"Ayah nggak bercanda bukan," ucap Gia dengan tertawa kecil.
"Buat apa bercanda dihari pernikahan ayah sendiri."
Gadis itu terhenti dengan menatap ayahnya dengan perlahan-lahan, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa ayahnya sedang berbohong. Ia menatap remaja lelaki yang akan menjadi adik tirinya, sepertinya remaja itu tidak mengetahui tentang hal ini juga dirinya.
"Apa kamu kenal dengan adik baru?"
Gia hanya diam lalu mendudukkan dirinya di kursi milik ayahnya. Hal itu menjadi tontonan ramai para tamu yang menghadiri pernikahan dari pengusaha terkaya dalam bidang industri.
"Menurut ayah gimana?" tanya Gia dengan muka datar.
Gia menatap ayahnya dengan tenang, sepertinya ayahnya itu tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. Ayah Gia hanya menghela nafas panjang karena putrinya benar-benar kepribadian yang tidak bisa ditebak dengan mudah.
"Ayah, nyerah! Kini kenalkan adik kamu namanya Algieba Asterio. Lalu Algi kenalkan ini kakak kamu namanya Gianira Asterio."
Lelaki itu maju ragu-ragu terlihat dari menundukkan kepalanya. Ia menyeringai kecil setelah mengetahui tingkah laku remaja ini.
"Ini orang yang akan menjadi adik Gia? lemah," cibir Gia dengan terkekeh geli.
Gia dapat melihat dari ekspresinya kalau Algi yang akan menjadi adik tirinya itu, sepertinya ketakutan dengan dirinya. Ia menatap dingin karena orang yang sangat tidak disukainya yaitu lemah, seperti orang yang dihadapannya sekarang.
"Gia! Kenapa kamu bilang seperti itu ke adik kamu?!"
Gia menutup telinganya yang berdengung akibat teriakkan dari sang ayah. Namun, dia tidak menyesali perkataannya karena dunia ini keras jika tidak licik juga kejam bagaimana bisa hidup.
"Oh Daddy, apa yang Gia ucapkan itu memang kebenarannya. Ayah seharusnya tahu bukan bagaimana kejamnya dunia bisnis," ungkap Gia dengan terkekeh geli.
Ayahnya terdiam sepertinya sudah memahami maksud dari putri kesayangannya ini. Ia tersenyum sebenarnya dia hanya berbicara dengan acak, tetapi kalau urusan bisnis kejam itu tidak bisa dipungkiri.
"Kamu benar, mulai sekarang kamu akan membantu kami untuk mendidik adikmu."
Gia tertegun menatap ayahnya, kenapa ucapan asalnya malah membuat dirinya menjadi sial. Entah kenapa semenjak dirinya bertemu dengan remaja ini dirinya menjadi tidak tenang.
"Ayah … Gia nggak mau lagipula aku mau ngurusin perusahaan," tolak Gia dengan tegas.
Alasannya kesini memang untuk mengurus perusahaannya di cabang Indonesia, bukan hanya untuk santai maupun liburan. Ia menatap kedua beranak itu dengan tenang, tetapi terlihat sedang mengintimidasi lawannya.
"Yah … Algi nggak perlu dirawat segitunya. Algi bisa hidup mandiri," ucap Algi dengan menundukkan kepalanya.
"Lihat orangnya aja nggak mau, lagipula anak cowok itu harus mandiri nggak boleh manja. Gia saat lulus SMA di umur 18 tahun aja sudah buka usaha bisnis sendiri. Lah dia umur berapa mana cowok pula," sahut Gia dengan melirik kecil Algi.
Para tamu berbisik-bisik membicarakan putri tunggal keluarga Asterio sepertinya ini akan menjadi berita yang hangat, begitu juga dengan para wartawan yang hadir. Gia membalikkan tubuhnya dengan mengintimidasi lawannya secara tidak langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Science FictionGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...