Pagi cerah matahari sudah menyingsing seiring waktu berjalan dengan cepat. Gadis dengan menyelimuti seluruh anggota tubuhnya tanda-tanda dia membutuhkan kehangatan.
Gadis itu tidak ada tanda-tanda bahwa dia ingin bangun dari mimpi indahnya. Namun, sampai seseorang bangun dengan menyiramnya pakai air.
"HEH! BANGUN! JANGAN TIDUR SAJA! SEKARANG AMBIL SAPU DAN PEL LALU BERSIHKAN SELURUH RUMAH HINGGA BERSIH!" teriak Rini dengan berkacak pinggang.
Gia segera berlari dengan mengambil sapu lalu membersihkan seluruh area yang terkontaminasi oleh debu dan kotoran lainnya. Ia menundukkan kepalanya disaat ibu tirinya menatapnya dengan tatapan tajam.
"DASAR TIDAK BECUS! LIHAT LANTAI INI MASIH KOTOR!" teriak Rini dengan menarik keras rambutnya.
Rini membawa dirinya lalu melemparnya kedalam kolam yang dalam, ia yang belum siap membuatnya tidak bisa bergerak dan kehabisan nafas.
Gia membuka matanya dengan napas tidak beraturan ternyata tadi hanya bunga tidurnya. Ia menghela nafas lega setidaknya tadi bukan kejadian nyata. Namun, sepertinya dia harus menyewa mata-mata untuk nyonya baru keluarga Asterio selama bersama ayahnya.
"Huh … ternyata hanya mimpi buruk," gumam Gia dengan menundukkan wajahnya.
"Mimpi buruk apaan?"
Gia terperanjat hingga hampir saja melemparkan alarm miliknya kalau bukan karena sebuah tangan yang menahannya. Ia menatap ternyata hanya ayahnya dan dua orang asing.
"Kepo deh, ayah ngapain ke kamar Gia? Mana sembarangan nggak izin ini kamar anak gadis ayah," tanya Gia dengan menatap sinis.
Gia menghela nafas syukur saat mereka masuk dirinya hanya tidur bukan berganti baju, jika tidak ia akan pastikan mereka tidak akan selamat dari tendangannya. Ia menatap mereka yang sudah rapi sepertinya akan pergi namun kenapa malah ke kamarnya.
"Kamu siap-siap hari ini kami akan pergi bulan madu," jawab Bagas dengan cengengesan.
"Hah? Kalau mau bulan madu berdua aja ngapain ajak-ajak orang. Nggak-nggak Gia nggak mau ikut," sanggah Gia dengan menatap tajam.
Bagas tertawa terbahak-bahak diiringi oleh Rini juga putranya. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikir putrinya, bagaimana mungkin dirinya membawa anak dalam bulan madunya.
Gia hanya menatap ayahnya dengan bingung, ia pikir sepertinya ayahnya sudah gila sekarang. Apa mungkin ayahnya sudah terkena guna-guna dari wanita busuk itu.
Gadis itu mendekati sang ayah dengan muka dingin kemudian mengambil air yang berada disampingnya lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. Setelah itu dia menyiram sang ayah dengan sekali siraman hingga ayahnya berhenti tertawa.
"Sepertinya ayah sudah tidak kerasukan lagi," batin Gia.
Gia tersenyum dengan menatap ayahnya, tetapi ayahnya malah menatapnya datar. Ia menatap heran bukannya dia sudah menyiram dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an, tetapi kenapa masih bergeming. Jangan bilang ini jin yang kuat!
"Hey, Dad! Ayo sadar jangan sampai terlena dengan jin sudah cukup sifat ayah yang kesetanan," seru Gia dengan mengguncang-guncang tubuh ayahnya.
Gia terus-menerus mengguncang tubuh ayahnya. Namun, yang didapatkannya adalah tepisan tangan dari ayahnya.
"Ayah nggak kerasukan! Durhaka ya kamu sudah berani siram ayah!" geram Bagas dengan mengelap wajahnya yang basah.
"Ya maaf, Yah. Habisnya tertawa sendiri sih," ucap Gia dengan watados.
Bagas menepuk jidatnya memang benar gen dirinya, kalau sikap Gia yang begini mengingatnya kepada masa mudanya. Ia akhirnya menyerah melawan sang putri sama saja melawan sifat mudanya yang keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFBC [END]
Ficção CientíficaGianira Asterio seorang gadis mandiri yang sudah cukup lama bergelut dibidang bisnis. Gadis yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Inggris terpaksa meninggalkan dan pindah ke negara asalnya. Alasan utama ayahnya memaksanya pulang dengan ancaman ha...