26. Kejanggalan 8 tahun🕯️

713 74 0
                                    

"Jadi setelah kejadian 8 tahun yang lalu gue jadi benci wanita itu. Lalu alasan gue pindah ke luar negeri karena selingkuhan wanita itu selalu mengintai dari kejauhan dan semua itu gue punya alasannya tersendiri untuk membencinya," jelas Gia dengan mengangkat bahunya.

Algi dan Dama terdiam setelah mengetahui kebenaran ini, kecuali Vita yang sudah mengetahuinya sejak lama. Algi mendekati Gia hingga meletakkan kepalanya dipangkuan juga memeluk pinggang gadis itu.

Algi sekarang memahami bagaimana perasaan gadis itu. Disaat kalian memiliki kepercayaan terbesar terhadap orang yang disayangi, malah orang itu yang membuatnya kecewa sehingga menghilangkan rasa kepercayaannya kepada orang lain.

Algi merasa Tante Dinda sangatlah berbuat kesalahan yang sangat besar. Dari perselingkuhan kepada ayah bahkan tega mencelakai anak sendiri demi selingkuhan. Mana ada seorang ibu yang tega ingin membunuh putrinya sendiri, jika ada berarti dia tidak pantas disebut seorang ibu.

"Kakak boleh saja membencinya, tapi jangan sampai mengucap bahasa kasar kepada Tante. Jika kakak melakukan itu berarti sama saja jahatnya tidak menghargai hubungan darah kalian," saran Algi dengan tersenyum tipis.

Vita ingin menyahuti, tetapi dicegah oleh Dama karena ia tidak ingin pacarnya mengganggu acara nasehat Algi yang sepenuhnya benar. Gia juga terlihat biasa saja saat Algi berbicara seperti itu.

"Okay, that's very easy. Gue memang nggak terima dilahirkan dari rahim wanita itu. Namun jika bukan karena ayah dan dia maka gue nggak lahir. Ya anggap saja sebagai balas budi," ucap Gia dengan mengangkat bahunya.

∆∆∆

Di pagi yang cerah keluarga Asterio heboh karena perseteruan antara dua beranak. Gia dengan Bagas berdebat karena memperebutkan remote tv.

"Sini balikin remote nya! Seharusnya kamu itu mengalah sama orang tua!" seru Bagas yang menarik benda itu.

"Gia nggak mau! Seharusnya ayah yang mengalah sama anak sendiri!" balas Gia dengan mempertahankan remote.

"Ayah mau nonton Doraemon! Ini kita lagi cuti kerja kok nonton berita!" seru Bagas dengan berdecak kesal.

"Mana ada! Sudah tua kok nonton kartun! Lebih baik nonton berita ada faedahnya!" sahut Gia dengan melotot tajam.

Rini hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap dua beranak yang sama-sama keras kepala. Lalu Algi tertawa kecil melihat tingkah mereka yang seperti anak-anak berebut mainan.

Bunyi bel rumah berbunyi menghentikan perseteruan antara Bagas dengan Gia. Mereka menatap satu sama lain lalu kembali dorong-mendorong memerintah siapa yang membuka pintu.

"Lah? Kok Gia. Seharusnya ayah yang bukain pintu karena sebagai kepala keluarga harus memenuhi tanggung jawabnya termasuk mengurus tamu," ucap Gia seperti menjelaskan tugas ayahnya.

"Udahlah kalian ini sudah dewasa kok masih kayak bocah," tegur Rini dengan terkekeh kecil.

Gia menatap tajam yang langsung ditepuk jidatnya oleh sang ayah. Ia memutar matanya mencibir, "Dasar sudah tua masih aja sok bucin!"

Algi hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan tingkah laku dua beranak yang sangatlah absurd di setiap saat. Dimana pun mereka berada pasti akan ada keributan baik dalam hal kecil sedikitpun.

"Mas, Gia, itu ... ada orang yang cari kalian katanya ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan," ucap Rini dengan tersenyum canggung.

"Biarkan dia masuk. Bi! Mohon bantuannya!" seru Bagas dengan melambaikan tangannya.

Gia hanya bisa tepok jidat melihat tingkah ayahnya. Namun, tanpa disadari sebenarnya sifat mereka sama tetapi yang satu lebih bebas mengungkapkan sifat malu-maluin satunya lagi gengsi untuk bersikap.

SFBC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang