Sejak dulu, api kebencian antara dua kubu, kerajaan Yinghua yang terletak di utara dengan kerajaan Fenghuang yang terletak di selatan tidak pernah padam. Mulai dari masalah perebutan tanah di perbatasan yang terus berlanjut hingga sebuah masalah besar tentang pembunuhan pangeran dari kerajaan Fenghuang.
Masalah menjadi semakin runyam saat salah satu pangeran dari kerajaan Fenghuang meregang nyawa di perbatasan. Tidak tau pasti apa penyebabnya, namun seluruh penjuru Fenghuang setuju jika yang telah melakukan hal ini adalah musuh mereka sejak dulu, kerajaan Yinghua.
Raja Fenghuang menjadi sangat marah hingga mengibarkan bendera peperangan pada kerajaan Yinghua. Perang terus berlanjut hingga beberapa tahun lamanya. Seluruh anggota kerajaan Yinghua diungsikan di tempat yang aman. Mereka yang terdiri dari Raja, Ratu, Beberapa selir hingga beberapa orang pangeran.
"Ayah."
Panggilan lembut itu berasal dari pangeran kelima hingga membuat lamunan Raja menjadi buyar dan semua mata tertuju padanya.
"Apa semua ini benar? Atau hanya sebuah kesalahpahaman lainnya?"
"Berhenti bertanya!" Bukan respon baik yang ia dapatkan dari raja, tapi sebuah bentakan yang membuat pemuda itu terkejut.
"Kau pikir kau siapa berani bertanya seperti itu!" Permaisuri berjalan dengan penuh keangkuhan. Menatap remeh pemuda itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Seorang pangeran lainnya ikut maju berdiri di samping permaisuri lalu berseru, "Suatu hari nanti, akulah yang akan menjadi pemimpin kerajaan Yinghua, tapi tidak pernah menanyakan hal semacam itu. Tapi kau, kau hanya anak selir biasa sebaiknya tutup mulutmu!"
Seorang wanita lain yang daritadi menyaksikan perseteruan itu dalam keadaan cemas langsung bangkit dan menarik pangeran kelima agar bersembunyi di belakangnya.
"Yang Mulia, tolong maafkan segala kelancangan Xiaowen. Dia hanya anak berusia lima belas tahun yang tidak mengerti apapun, tolong dimaafkan."
Pemuda bernama Xiaowen itu meremas gaun putih yang di pakai Wu Tian dengan rasa bersalah. Setiap dia melakukan kesalahan, ibunya yang merupakan seorang selir harus menanggung segalanya. Tapi kali ini Xiaowen merasa tidak melakukan kesalahan. Dia hanya bertanya karena rasa penasaran. Tapi di luar dugaan, respon mereka justru seperti itu.
Xiaowen tau jika kerajaan Yinghua tidak pernah melakukan hal sekejam itu pada pangeran ketiga Fenghuang. Namun raja tetap diam saja seolah pasrah menyaksikan kobaran api bercampur genangan darah di luar sana.
"Ibu tolong jangan meminta maaf. Aku hanya bertanya, jadi di mana letak kesalahanku?"
Sang Ibu berbalik, menatap putranya dengan tatapan tidak percaya.
Satu tamparan ia layangkan hingga pipi pucat Xiaowen berubah warna menjadi kemerahan.
"Kau ... Sudah berapa kali ibu katakan padamu, kau harusnya sadar akan posisimu di sini, Xiaowen! Kau tidak punya hak berbicara jika tidak diperintah!"
Xiaowen menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia menatap sang Ibu dengan datar. Sudah sejak dulu, posisinya sebagai anak selir membuat ia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh saudara-saudaranya yang lain. Xiaowen tidak akan marah atas perlakuan sang Ibu karena ia tau Ibunya melakukan hal itu karena tidak mau orang lain yang menyentuhnya. Seperti prinsip seorang Ibu pada umumnya, lebih baik mereka yang mendisiplinkan anak mereka daripada orang lain.
"Benar-benar tidak tau diri," desis Permaisuri.
Tepat setelah itu, deruh suara gemuruh tercipta dari luar goa tempat persembunyian, diikuti dengan dentingan pedang yang saling beradu. Semua orang yang ada dalam goa itu saling pandang dengan napas tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...