8

341 74 1
                                    

"Gege."

Linghe merengut kesal saat merasa sesuatu menusuk-nusuk pipinya. Ia merasa baru saja tertidur tapi ada saja yang mengganggu.

"Gegeee~"

Kali ini bukan hanya pipi, tapi Linghe harus membuka paksa matanya saat merasa bulu matanya dicabut secara paksa.

"Hya!"

Pemuda yang dari tadi berjongkok di sampingnya langsung terjengkal dengan wajah tidak berdosa.

Linghe mendengus kesal lalu mengusap matanya yang mulai mengeluarkan air. "Apa! Aku baru saja tidur dan kau mengangguku!"

Mendengar bentakan itu, Xiaowen baru saja ingin membuka mulutnya tapi kemudian bungkam. Ia sedikit merasa bersalah karena mengganggu tidur Linghe. Tapi, bukankah seharusnya Linghe bangun karena ini bahkan sudah lewat tengah hari. Pemuda itu merasa baru tertidur padahal faktanya dia telah tidur dari malam hingga tengah hari.

"Tempramenmu kembali memburuk, padahal gege sudah berubah menjadi anak baik beberapa minggu ini. Apa itu pengaruh racun?"

Linghe merotasikan matanya. Tentu saja dia akan kesal jika dibangunkan dengan tidak berperi kemanusiaan seperti tadi. Dan apa tadi? Xiaowen menyebutnya anak? Seseorang yang sudah memiliki istri, apakah masih pantas disebut anak? Yah walaupun umurnya memang masih 21 tahun.

"Ck ... Ada apa?"

"Aku punya sesuatu untuk gege."

Xiaowen mengambil sesuatu yang telah terbungkus di daun lalu berkata dengan riang, "Hari ini, Riying Jie membuat kuaci lagi. Karena terakhir kali gege menghabiskan punyaku, aku pikir gege sangat menyukai ini. Jadi aku membungkusnya untuk gege."

Linghe tercengang. Ternyata Xiaowen membangunkannya hanya karena biji-biji bunga matahari yang telah disangrai itu.

"Tapi gege jangan memakan ini dulu sebelum memakan nasi dan minum obat."

Jika dulu Linghe berpikir Xiaowen adalah seseorang yang pendiam dan tenang tapi semakin lama mereka tinggal bersama, Xiaowen semakin mirip ibunya yang selalu melarang bahkan menyuruhnya ini dan itu.

"Ge, mandilah lalu setelah itu makan."

"Kau terdengar seperti Ibu-ibu."



.


.



.




Ratusan kulit kuaci tergeletak berserakan di jalan yang mereka lewati. Seperti sebuah jejak yang sengaja ditinggalkan agar orang lain dapat menemukan mereka dengan segera. Namun itu bukanlah sesuatu yang seperti itu, melainkan Linghe yang terpaksa diseret Xiaowen untuk menemani pemuda itu mencari kelinci hutan.

Meskipun hatinya dipenuhi rasa dongkol dan tidak terima, tapi orang yang berstatus sebagai Raja Fenghuang itu tetap mengekori Xiaowen dengan sabar.

"Apa kau seorang kanibal? Kenapa kau mau memakan hewan lucu seperti kelinci?"

Linghe menggaruk pipinya yang baru saja dihinggapi nyamuk. Ia menatap dengan malas sebuah anyaman bambu berbentuk tudung saji yang disanggah menggunakan kayu yang telah di ikat dengan tali bening panjang. Saat ini mereka berdua tengah bersembunyi di balik semak-semak untuk memantau kelinci yang ada di depan sana.

"Aku tidak akan memakannya, Ge. Itu untuk dipelihara di puncak."

"Di mana otakmu? Kenapa kau menggunakan cacing-cacing itu sebagai umpan kelinci?"

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang