16

300 63 4
                                    

"Di sini tempatnya?"

Xiaowen mengangguk. Ia berjalan lebih dulu memasuki goa yang dipenuhi bunga-bunga menjalar itu.

Linghe awalnya hanya memperhatikan dari luar, tapi saat melihat Xiaowen sedang memberi penghormatan pada sebuah peti di atas altar, ia tidak tahan untuk tidak mendekat dan melakukan hal yang sama.

Saat melihat wajah yang ada di dalam peti mati itu, Linghe merasa sangat canggung. Jika dia tidak salah ingat, itu adalah selir dari Raja Yinghua atau mungkin Ibu Xiaowen.

"Kenapa kau membawaku ke sini?"

Xiaowen menatap Linghe aneh lalu mencibir, "Gege yang memaksaku tadi agar membawamu."

Linghe hanya bisa meringis. Sebenarnya dia tidak tau Xiaowen akan kemana tadinya, karena merasa bosan, jadi dia memaksa saja untuk ikut.

"Apa kau tidak merasakan sesuatu?" tanya Linghe.

"Merasakan apa?"

"Marah, Mungkin? Jika aku jadi kau, aku pasti akan membunuh orang yang telah membuat  ibuku seperti ini."

Xiaowen tersenyum kecil, entah mengapa Linghe sangat suka membahas sesuatu seperti itu.

"Aku sudah sangat sering menjawab itu, jawaban mana lagi yang gege mau?"

"Aku tidak tau hatimu terbuat dari apa, tapi kenapa kau begitu mudah memaafkan seseorang? Bagaimana jika orang yang telah kau percaya ternyata masih menjadi musuhmu sampai hari ini? Kau mungkin tidak akan tau apa yang ada dalam hati seseorang."

Mendengar perkataan Linghe membuat Xiaowen merenung sejenak. Ia menatap wajah damai wanita yang telah melahirkannya itu dengan seksama. Hubungan mereka sebenarnya sedikit rumit.

"Entah musuh atau tidak, jika aku telah memutuskan untuk membantumu, maka aku akan membantumu sampai akhir apapun resikonya."

Linghe terkekeh pelan, "Aku tidak tau apa alasan sebenarnya, tapi kau begitu naif."

Xiaowen membenarkan dalam hati. Tanpa diperjelas pun tentu saja dia sadar.

"Sudah begitu lama, tapi kenapa tubuh ibumu tidak hancur atau membusuk?"

"Meskipun tanpa nyawa, tubuh ibuku abadi. Aku cukup senang dengan fakta ini, karena aku tetap bisa melihatnya kapan saja."

Linghe sedikit terenyuh saat melihat bagaimana Xiaowen memeluk tubuh kaku ibunya dengan wajah bahagia.

"Aku tidak tau ada yang seperti itu di dunia ini."

"Tentu saja ada. Jauh sebelum aku, ibuku adalah pemimpin klan naga dan merupakan anak dari pemimpin terdahulu. Klan kami memiliki banyak hal yang tidak dimiliki orang lain. Salah satunya benda ini," jelas Xiaowen sambil menyentuh liontin yang menggantung di leher Wu Tian.

Linghe tidak terlalu terkejut dengan fakta itu, karena Xiaowen tidak akan mungkin menjadi pemimpin tanpa adanya darah dari pemimpin terdahulu.

"Aku pernah memberitahu gege bahwa aku tidak bisa mati setelah keluar dari jurang lima tahun yang lalu. Jika itu orang lain, pasti sudah mati."

"Lalu kenapa kau tetap selamat?"

"Sebelum pembantaian terjadi, ibuku memberi liontin ini padaku. Aku pikir ini hanya sesuatu tanpa makna, tapi ternyata ini salah satu benda penting karena bisa membuat tubuh seseorang abadi. Aku tidak mati karena saat itu memakai liontin ini, namun sekarang aku lebih suka jika ibuku yang menggunakannya. Meskipun sudah tidak ada, tapi ibuku tetap di sini."

Tangan Linghe tanpa sadar terulur mengusap kepala Xiaowen yang masih memeluk tubuh Wu Tian.

Xiaowen melirik Linghe sekilas lalu membuang tatapannya ke arah lain, tidak lucu jika Linghe melihatnya merona seperti sekarang.

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang