Linghe menyipitkan mata saat matahari menerpa wajahnya secara langsung. Ia bersandar pada dinding pondok sambil memangku tangan dan hanya melihat si pemilik pondok itu sedang melakukan sesuatu yang entah apa itu.
Xiaowen melambai pada Linghe saat melihat pemuda itu lalu memberi isyarat untuk mendekat.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku sedang menanam sayur-sayuran. Gege, mau mencoba?"
Linghe mengangkat sebelah alisnya mendengar panggilan gege dari Xiaowen. Dia tidak merasa mereka sudah sedekat itu. Padahal beberapa hari yang lalu dia terus memanggil Linghe dengan sebutan Yang Mulia.
"Tidak. Tanganku bisa kotor."
"Baiklah. Kau bisa duduk di situ jika tidak ingin membantu."
Mendengar itu, Linghe sedikit menjauh untuk mendudukkan tubuhnya di bawah pohon bunga persik berguguran dan hanya mengamati saja.
"Apa kau lapar?" tanya Xiaowen
"Um, lapar," jawab Linghe seadanya
"Tunggu sebentar, aku akan memasak setelah ini." Kemudian ia melanjutkan kegiatannya, kembali menanam berbagai benih sayur-sayuran.
"Aku berpikir untuk membuat taman di depan pondok, apa menurut gege itu bagus?"
Linghe berpikir jika Xiaowen yang hari ini cukup cerewet tidak seperti biasanya, atau mungkin karena dia benar-benar suka melakukan pekerjaan seperti bercocok tanam. Jadi sebagai tanggapan, Linghe hanya mengangguk.
Dan benar saja, Xiaowen segera berpindah tempat di depan pondok miliknya dan mulai menggembur-gemburkan tanah lalu setelah itu ia mulai menanam benih bunga matahari.
Xiaowen mencuri pandang pada Linghe ketika melewati pemuda itu untuk mencuci tangan. Ia menggeleng pelan saat melihat Linghe yang sedang menggambar sesuatu di atas tanah dengan penuh kebosanan.
"Gege terlihat kurang kerjaan, kenapa tidak membantuku memasak?"
"Hm? Terdengar tidak menarik. Tapi baiklah."
Kedua pemuda itu mulai membagi tugas, Linghe yang memotong sayur-sayuran sedangkan Xiaowen mempersiapkan bumbu-bumbunya.
"Kenapa semua masakanmu terbuat dari sayur?"
"Aku suka sayur, itu menyehatkan. Gege juga perbanyak makan sayur agar cepat pulih."
"Hm."
Linghe merasa saat ini harga dirinya sebagai seorang Raja hilang begitu saja. Xiaowen terus menyuruhnya melakukan ini dan itu. Sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya maka hari ini telah dia lakukan, seperti membelah kayu bakar, memotong sayur, mencuci beras bahkan membakar ikan. Saat ini Linghe tidak lagi memakai Jubahnya, ia membiarkan bagian atas tubuhnya terekspose begitu saja. Dan saat Xiaowen melihat itu, ia tidak tahan untuk tidak menegur, "Ge, di mana bajumu? Kau bisa masuk angin."
Hanya butuh waktu setengah jam agar semua hidangan itu tersaji.
"Bagaimana rasanya?"
"Terasa seperti sayur."
Ya tentu saja karena itu memang sayur.
"Aku sudah menyiapkan obat. Setelah makan gege bisa meminumnya."
.
.
.
Linghe duduk termenung di depan pintu pondok milik Xiaowen. Pikirannya kembali tertuju pada ketiga saudaranya yang entah bagaimana nasib mereka saat ini. Jika mereka masih hidup maka itu akan menjadi sebuah keajaiban.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...