Sudah satu minggu lebih Xiaowen turun dari Puncak Lotus tanpa Linghe.
Pemuda itu terus menolak jika Xiaowen mengajaknya berkunjung ke Dragon Mountain. Dan ketika Xiaowen kembali, dia selalu mendapati Linghe sedang melakukan hal-hal yang biasa Xiaowen lakukan, seperti memasak, menanam sayur, mengambil buah-buahan, membelah kayu, menyapu kelopak bunga persik yang berguguran, bahkan menangkap ikan di sungai.
Pemuda itu sepertinya sangat menikmati kehidupannya menjadi orang biasa.
"Gege, kau harus ikut bersamaku untuk turun hari ini."
Baru saja Linghe ingin protes, Xiaowen segera memotongnya, "Tidak ada alasan, kau akan menyesal jika tidak ikut."
Linghe mendengus kesal tapi tetap mengikuti Xiaowen untuk turun dari Puncak Lotus.
Mata Linghe berbinar saat mereka tiba di Dragon Mountain. Ada ratusan orang yang sedang berlatih dengan pedang mereka di sana. Selama dia berada di Puncak Lotus, Linghe hampir lupa jika Dragon Mountain itu terkenal karena kehebatan sekte mereka. Dia bahkan tercengang saat melihat mereka bertarung di udara tanpa tali atau apapun sejenisnya.
"Kau tidak masuk?"
Linghe mengalihkan pandangannya pada Xiaowen yang sedang berdiri di depan salah satu camp yang entah milik siapa.
"Untuk apa?"
"Masuk saja, kau akan tau nanti."
Meskipun tidak begitu tertarik karena saat ini Linghe lebih tertarik untuk melihat permainan pedang klan naga yang legendaris tapi dia tetap mengikuti Xiaowen. Dan yang pertama kali menyambut mereka adalah sebuah bantal yang melayang.
"Jangan lari! Kau harus makan masakanku!
"Tidak mau! Masakanmu terasa seperti kaos kaki rebus!"
"Tapi kau masih sakit, kau harus makan!"
"Aku sudah sembuh! Tapi bisa mati jika makan masakanmu!"
Linghe mematung melihat pemandangan di depannya, dua orang pemuda terlihat saling berkejaran. Untuk yang satu itu Linghe beberapa kali melihatnya bersama Riying, sementara yang satu lagi, Linghe bahkan bisa mengenalinya hanya dengan mendengar langkah kaki orang itu.
Tanpa sadar ia berseru, "Xuning!"
Orang yang ternyata adalah kakaknya itu langsung berhenti berlari dan seketika berbalik. Reaksi awal mereka sama, "Linghe?"Xuning langsung berlari memeluk Linghe, "Kau di sini ... Bagaimana bisa?"
Walaupun tidak ada air mata, tapi Linghe bisa melihat bagaimana mata pemuda yang hanya berbeda beberapa bulan dengannya itu berkaca-kaca. Jika saja ini Shuai atau Yibin mereka pasti akan menangis tanpa segan atau memikirkan harga diri.
"Kau yang membuatku berada di sini," cibir Linghe. Xuning memandang Linghe dengan bingung seolah melupakan fakta jika dirinya yang telah menyimpan tubuh Linghe di atas rakit hingga berlabuh tanpa tujuan.
"Kau sejak kapan berada di sini? Kenapa bisa? Di mana yang lain?"
"Kenapa kau menjadi cerewet?" kesal Xuning mendengar rentetan pertanyaan dari mulut Linghe. Tapi pemuda itu kembali melanjutkan, "Aku berlari tanpa tujuan untuk menghindari prajurit Taiyang, kita berpisah di persimpangan jalan, lalu aku berpura-pura mati dan mengolesi seluruh tubuhku dengan darah kelinci hutan." Xuning menunjuk Huasen yang saat ini berdiri dengan semangkuk sup di tangannya. "Dia yang membawaku ke tempat ini, sekitar satu minggu yang lalu."
Linghe menatap Xiaowen meminta penjelasan namun pemuda itu hanya tersenyum. "Setiap aku turun, Aku sudah meminta gege untuk mengikutiku."
"Harusnya kau bilang," protes Linghe.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...