Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa orang dari klan naga telah dikerahkan untuk mencari para pangeran lain dari negeri Fenghuang. Setelah yang sebelumnya kembali tanpa hasil, kini kelompok lain akan dikerahkan lagi.
Atas perintah Xiaowen, area pencariannya juga semakin diperluas. Seharusnya mereka memang tidak terlibat terlalu jauh mengingat seluruh klan naga benar-benar menutup diri dari dunia luar. Tapi jika usulan itu berasal dari pemimpin mereka, tidak ada yang bisa dilakukan selain bergegas mengerjakan semua perintah.
Kali ini bahkan Zijian harus rela memimpin mereka untuk turun. Jika itu bersama Zijian maka Riying dengan senang hati akan ikut.
"Benar-benar konyol! Kenapa aku harus terlibat dalam misi bodoh ini?" rutuk Fancheng. Riying yang menunggangi kuda tepat di sebelah Fancheng hanya mengejek. Baginya ini bukan masalah karena bersama Zijian.
"Kita akan berpencar di sini. Kelompok manapun yang menemukan mereka harus memberi sinyal agar kita bisa berkumpul di sana!" seru Zijian
Sekitar dua puluh orang dengan jubah berwarna putih dan tudung yang senada menutup kepala mulai berpencar saat di depan mereka terdapat perempatan yang entah akan menuntun mereka ke mana.
Jika Zijian dan Riying mengambil arah timur, maka Fancheng mengambil arah barat bersama beberapa orang yang mengikutinya di belakang. Jika saja Huasen ada, mungkin dia tidak akan merasa kesepian. Tapi Huasen terpaksa tidak ikut dalam misi ini karena harus menjaga Xuning.
"Kau mau?"
Fancheng menerima biji bunga matahari itu dengan sedikit canggung. Orang yang memberinya tadi adalah Sun Jialing. Mereka tidak pernah dekat, hanya saja Fancheng tau dia siapa. Dan Fancheng baru sadar jika dalam misi kali ini mereka berada dalam kelompok yang sama.
Cukup jauh mereka memacu kuda dan sudah ada beberapa desa yang mereka telusuri namun hasilnya nihil.
.
.
.
"Lepaskan aku! Apa-apaan ini? Apa kalian tidak tau aku siapa?"
"Gegeee ... Apa kita akan dijadikan tumbal oleh orang-orang primitif ini?"
"Siapa yang kalian sebut primitif?!"
"Eh, ehehehe bukan kalian, bukan kalian."
Dengan baju compang-camping dan lusuh siapa yang akan mengira jika ternyata kedua laki-laki itu adalah pangeran dari kerajaan Fenghuang. Setelah beberapa minggu mereka berlari tanpa tujuan, kini keduanya menjadi tahanan di desa yang entah berantah.
Desa yang terlihat kuno itu memang terkenal akan kepercayaan mereka pada hal-hal mistis seperti mengorbankan orang-orang sebagai tumbal agar Dewa Laut yang selama ini mereka sembah tidak murka.
Nasib mereka mungkin tidak sebaik Xuning dan Linghe, terbukti dari tubuh mereka yang digotong mengelilingi kampung hendak dijadikan tumbal.
Yibin terus merengek sepanjang jalan, sedangkan Shuai terus memaki sambil sesekali mencoba untuk melarikan diri. Ini sama sekali tidak lucu jika mereka benar-benar akan dijadikan tumbal.
Parade sebelum melakukan ritual terbilang sangat ramai. Seluruh warga desa berbondong-bondong melakukan tarian-tarian aneh sepanjang jalan sebelum akhirnya mereka akan tiba di laut.
"Tarian macam apa itu? Mereka menggoyang pinggul tapi pantat mereka tepos? Benar-benar buruk! Terlihat seperti tengkorak berjoget," cibir Shuai. Tidak perduli dalam keadaan sepanik apapun, jika dia melihat sesuatu yang aneh maka tidak akan ada yang bisa menahan mulutnya untuk berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...