Masih terlalu pagi, tapi Linghe merasa pelipisnya berdenyut. Jika terus seperti ini, mungkin dia akan mengalami penuaan di usia muda.
QianLi yang duduk di sampingnya mengusap bahu Linghe agar pemuda itu bisa lebih sabar.
Hari ini, ribuan demonstran dari salah satu kota besar di negeri Fenghuang datang berbondong-bondong memasuki Ibu kota kerajaan. Kota yang sama dengan kota yang satu minggu lalu diterpa bencana alam berupa banjir bandang.
Banyak korban jiwa dan kerusakan berat yang terjadi akibat bencana itu.Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Penyebab mereka datang adalah karena sudah satu minggu juga Raja dan pejabat istana seolah menutup mata dari apa yang menerpa mereka.
Bukan hanya korban yang diakibatkan oleh banjir bandang, tapi kebanyakan korban yang berupa anak-anak itu adalah mereka yang kelaparan dan kehausan. Setelah bencana berakhir, mereka kekurangan stok air bersih dan makanan. Bahkan hingga detik ini mereka tetap bertahan di tenda pengungsian yang mereka buat dengan inisiatif sendiri.
Tidak ada sepersen pun bantuan yang berasal dari Istana tentu saja membuat mereka geram dan menuntut agar Raja segera lengser dari posisinya.
"Usut tuntas semua kasus ini," desis Linghe
Walaupun dia bukan Raja yang terbaik tapi setidaknya dia juga bukan Raja yang terburuk. Sejak awal munculnya banjir yang menerpa salah satu kota besar di negeri Fenghuang, Linghe telah mengirimkan berbagai bantuan, mulai dari uang, tenda pengungsian, pakaian, makanan, air bersih bahkan obat-obatan. Namun orang-orang itu berkata jika dia tidak memberi bantuan barang sepersen pun.
Sebagai seorang Raja, dia memang tidak pernah turun langsung untuk menangani masalah ini, melainkan melalui pejabat istana yang memiliki tugas khusus. Jadi ke mana perginya semua bantuan itu?
Dia hanya lengah sedikit kali ini, namun negeri hampir kacau. Ribuan demonstran yang berada di luar gerbang istana mulai bertindak anarkis dengan membakar rumah warga yang ada di ibukota.
"Yang Mulia, kami tidak bisa menemukan pejabat itu."
Linghe memukul meja yang ada di depannya hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut lalu setelah itu menundukan kepala mereka dalam-dalam.
"Sayang, tolong kendalikan dirimu," ucap QianLi lembut.
"Aku benar-benar akan memenggal siapa pun yang telah berani-beraninya bermain denganku!"
Shuai, Yibin dan Xuning yang berada di balik pintu untuk mencuri informasi hanya bisa saling pandang. Padahal mereka baru saja bersenang-senang kemarin namun hari ini masalah seolah datang tanpa tau situasi.
"Korupsi?"
"Tentu saja. Di dunia ini, tidak ada pejabat yang murni."
"Lalu kita harus apa?"
"Entah, tunggu perintah dari Linghe saja."
"Inilah alasannya aku tidak mau menjadi Raja, menyakiti otak."
Ketiganya berjalan menjauh dari pintu lalu menunggangi kuda mereka untuk melihat para demonstran dari jarak yang dekat. Tentu saja mereka harus melewati jalan tikus agar terhindar dari orang-orang yang terus berusaha mendobrak gerbang istana Fenghuang.
Ketika mereka berada di luar, huru-hara terlihat dengan jelas. Kali ini bahkan warga ibu kota yang mengungsi untuk menghindari amukan para pendatang itu.
Shuai, Yibin dan Xuning mengikat kuda mereka lumayan jauh, lalu berjalan dengan tubuh yang dibalut pakaian petani. Akan sangat mencolok jika mereka muncul dengan jubah kebanggan kerajaan Fenghuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...