25

303 56 5
                                    

Semua klan naga berkumpul di lapangan utama untuk sekedar melihat kepergian orang-orang dari Fenghuang yang beberapa hari ini bersama mereka. Terutama para Raja dan Pangeran yang sudah tinggal lumayan lama bersama mereka.

Dengan baju yang dilengkapi armor baja dan pedang yang menggantung di belakang mereka, semua terlihat benar-benar gagah dan siap mati. Ada juga pasukan pemanah khusus yang terdiri dari orang-orang biasa namun telah dilatih. Mereka semua sudah siap di atas kuda masing-masing.

Xiaowen terus menggigit bibir bawahnya. Hanya untuk kali ini, dia merasa benar-benar lemah dan takut. Linghe tersenyum lembut saat tatapannya tidak sengaja menangkap Xiaowen. Ia turun kembali dari kudanya kemudian berjalan dengan gagah menuju Xiaowen yang diam seperti patung.

"Apa kami benar-benar tidak perlu membantu?" tanya Xiaowen memastikan. Saat ini dia benar-benar ingin ikut dan terlibat langsung dalam peperangan.

"Tidak perlu, cukup tunggu aku."

Xiaowen mengangguk. Tangannya bergerak untuk memakaikan sesuatu di baju Linghe yang tidak terkena lapisan armor.

Linghe tertawa pelan, "Pin Kucing?"

Ini terlihat konyol. Dirinya yang telah berpakaian perang lengkap memiliki sebuah pin Kucing di bajunya.

"Setidaknya ada sebagian dari diriku yang ikut bersamamu, Ge. Jangan menghilangkan benda itu dan pulanglah dengan selamat."

Meskipun berada di tempat ramai, Linghe tidak tahan untuk tidak memeluk Xiaowen. Persetan dengan orang-orang yang melihatnya!

"Aku akan pulang. Tapi jika dalam waktu satu minggu aku tidak juga kembali, jangan menungguku."

Xiaowen merasa hatinya diremas saat mendengar itu.

"A-Ning, semalam aku belajar memasak dari A-Wen, jadi tolong bawa bekal ini."

Xuning menatap Huasen yang berdiri di samping kudanya bersama kotak makanan. Beberapa jarinya bahkan diperban.

Xuning mengambil benda itu walaupun tidak niat. Ia berujar dengan dingin, "Jangan belajar memasak lagi jika itu hanya melukaimu."

"Um baiklah. Tapi ... A-Ning, kau akan pulang, kan?"

"Ya, aku akan pulang. Tapi bukan di sini. Aku akan pulang ke istanaku."

Huasen tersenyum walaupun jelas dipaksakan. "Waaah kita pasti tidak akan bertemu lagi. Kau pasti terlihat keren dengan baju pangeranmu. Aku ingin melihatnya suatu hari nanti, jadi jika kau punya waktu, kau harus datang jalan-jalan ke sini, okay?"

Xuning hanya berdehem sebagai jawaban.

"Shuai gege, kau terlihat keren," puji Jialing

"Terimakasih, manis. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu setelah perang," ucap Shuai sambil mengedipkan sebelah matanya.

Pipi Jialing bersemu, ia memukul dada bidang Shuai namun yang terjadi justru tangannya yang berubah menjadi merah karena tubuh Shuai telah dilapisi armor baja. Shuai tertawa keras melihat itu, namun hanya sesaat sebelum akhirnya ia mengusap punggung tangan Jialing dengan lembut.

Yibin tidak akan mau kalah dengan saudara-saudaranya itu! Jadi dengan menarik napas terlebih dahulu dia mulai menatap Fancheng, namun yang ditatap justru sedang melotot ke arahnya. Yibin cemberut. Padahal dia baru saja ingin menggombal Fancheng.

"Dengan armor yang ada di tubuhmu, benar-benar tidak pantas kau memasang wajah cemberut," cibir Fancheng.

"Aku ...."

"Tidak usah mengatakan omong kosong, cukup pulang dengan selamat maka aku akan memberikan hadiah untukmu."

Wajah Yibin langsung berbinar. Fancheng itu tipikal tsundere memang.

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang