Xiaowen baru saja mengingat sesuatu. Dia benar-benar penglupa. Ya, dia melupakan obat Linghe. Bagaimana jika racunnya kembali bereaksi?
Riying menyadari itu, "Ada apa?"
Saat ini dia dan Zijian memang sedang berada di Puncak Lotus seperti perkataan mereka kemarin yang akan datang jika Linghe tidak ada.
"Aku tidak memberi Linghe obat saat pergi, aku harus mengantarnya."
"Jangan bercanda, ini sudah malam. Kau bisa melakukan itu besok," ucap Riying
"Tapi Jiejie, saat ini mereka pasti belum terlalu jauh. Aku sangat bisa menjaga diriku, aku tidak apa-apa."
"Biar aku ikut denganmu, ge"
"Tidak-tidak! Kau tetap di sini saja makan kuaci bersama Riying Jie. Tidak akan lama, aku janji."
Riying menggeleng tidak habis pikir. "Apa kau benar-benar menyukai si muka datar itu?"
Xiaowen tertawa pelan, "Jiejie sudah tau jawabannya. Anggap saja aku memberi jiejie kesempatan untuk berduaan dengan Zijian."
Riying mencibir kesal sedangkan Zijian hanya tersenyum.
"Aku pergi dulu, okay? Tolong jangan nodai puncak suciku ini dengan perbuatan mesum. Terlebih jangan melakukan hal itu di depan ibuku."
"ZHAI XIAOWEN! KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN."
Xiaowen hanya tertawa mendengar teriakan Riying. Saat ini mereka memang sedang berada di dalam goa tempat peti mati ibu Xiaowen berada. Bukan apa-apa, Zijian dan Riying hanya ingin berkunjung dan memberi penghormatan.
Dengan menggunakan kudanya, Xiaowen melaju membelah kegelapan malam. Dia tidak benar-benar tau mereka ada di mana, jadi dia hanya bergerak sesuai insting dengan harapan saat ini Linghe sedang istirahat di suatu tempat dan belum benar-benar tiba di Fenghuang.
Dia sudah berada lumayan jauh dari Dragon Mountain namun ada sesuatu yang membuat hatinya menjadi gelisah. Dia merasa ragu antara harus kembali atau tetap melanjutkan perjalanan.
"Mungkin saja itu karena Zijian dan Riying Jie sedang menodai puncak suciku. Aku akan memarahi mereka setelah ini."
'Atau mungkin bukan itu.'
.
.
.
Jauh di kegelapan, sesuatu bergerak dari belakang Dragon Mountain. Saat orang-orang di sana terlelap, sekelompok orang itu menaiki Puncak Lotus.
"Zijian, apa tidak sebaiknya kita menyusul A-Wen?"
"Tidak apa-apa, dia itu jauh lebih hebat."
"Tapi tadi kau kelihatan sangat khawatir," cibir Riying
"Tentu saja aku khawatir, tapi jika gege berkata tidak apa-apa maka itu berarti tidak apa-apa."
"Kau menyukainya, ya?"
"Hm, tapi sudah cukup bagiku karena dianggap sebagai seorang adik."
Riying tau itu sejak dulu. Zijian memang menyukai Xiaowen, namun Xiaowen hanya menganggapnya adik.
"Apa aku tidak punya kesempatan?"
Zijian tersenyum, ia mengusap kepala Riying dengan lembut.
"Jie, Aku ...."
Belum juga ia sempat mengucapkan sesuatu, beberapa anak panah menancap di jantungnya.
Mata Riying semakin membulat saat darah segar mulai merembes dari mulut Zijian.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...