22

353 55 3
                                    

"Baru sebulan lebih kami meninggalkan tempat ini, kenapa sudah berubah?" lirih Shuai. Dia mengernyit bingung saat tidak mendengar sahutan seseorang dari belakangnya. Saat berbalik, ternyata gadis yang ditugaskan bersamanya itu sedang berjongkok di depan kedai penjual makanan. Di kedua tangannya terdapat dua jenis kue yang berbeda.

Yang membuat Shuai tertawa geli adalah gadis itu makan sambil berjongkok di pinggir jalan sana. Dia sama sekali tidak merasa terganggu dengan banyaknya manusia yang berlalu lalang. Izinkan Shuai untuk membawa karung dan mengisi gadis itu di dalamnya agar dijadikan koleksi.

Shuai berjalan menghampiri Jialing yang tidak sadar akan kedatangan Shuai. Ternyata dia benar-benar tukang makan!

"Apa enak?"

Jialing terkejut tentu saja. Ia berbalik perlahan-lahan hanya untuk melihat Shuai yang berdiri di sampingnya.

Gadis itu melihat kue yang ada di tangannya, sedikit ragu ia menyodorkan salah satunya pada Shuai, "Gege, kau mau?"

Shuai tertawa pelan dan ikut berjongkok di samping Jialing. Tangannya terulur untuk mengusap surai lembut milik Jialing.

"Aku tidak suka yang manis-manis, kau saja."

Jialing menghela napas legah. Sebenarnya dia tidak benar-benar akan memberikan kue itu pada Shuai. Tapi hanya sebuah formalitas.

"Pantas saja pipimu besar, apa kau begitu suka makan?"

"Um, makan itu penting, Ge," jawab Jialing seadanya. Saat sedang asik memakan makanannya, matanya diam-diam melirik pada segerombolan orang yang diseret paksa seperti yang waktu itu mereka lihat. Ia dan Shuai saling pandang sejenak.

Saat gerombolan itu mulai menjauh, ia segera menghabiskan minumannya hingga tandas dan menarik Shuai untuk mengikuti prajurit yang membawa orang-orang itu dari belakang. Tentu saja mereka mengikuti dalam diam dan dengan gestur tubuh yang sangat alami.

Mereka berjalan cukup jauh hingga memasuki perkampungan yang terlihat kumuh dan sunyi.

"Kau tau ini daerah mana, Ge?"

Shuai mengangguk. Ini adalah salah satu desa yang terpencil di Fenghuang. Dulunya desa ini sangat ramai tapi dalam sekejap berubah menjadi tidak berpenghuni.

Di tengah-tengah desa itu terdapat sebuah bangunan yang lumayan besar. Orang-orang yang diseret secara paksa tadi kemudian di lemparkan ke dalam.

"Mereka merubah tempat ini menjadi penjara?"

Setelah memasuki orang-orang tadi dalam penjara, para prajurit itu pergi dari sana. Hanya ada beberapa yang tersisa sebagai penjaga.

"Kita bisa memutar di sana," ucap Shuai. Keduanya mulai berputar untuk bisa sampai ke belakang bangunan. Ternyata penjagaannya cukup ketat. Tempat itu dijaga di setiap sisi.

"Kau urus yang ini, biar aku urus yang lain," titah Shuai, Jialing mengangguk. Ia berjalan secara perlahan hingga benar-benar tidak menimbulkan suara.

Sebenarnya ini cukup tabuh bagi Jialing untuk membunuh orang, tapi jika sudah terpaksa maka tidak ada pilihan lain.

"Kau hebat!" puji Shuai. Padahal saat ini dirinya sedang bertarung melawan prajurit yang lain.

"Terimakasih, Ge. Butuh bantuan?"

"Ya, dengan senang hati."

Keduanya bertarung untuk melawan sekitar enam prajurit yang tersisa. Hanya sekejap, semuanya tewas.

Orang-orang yang ada di balik penjara itu berbondong-bondong mendekat hanya untuk melihat apa yang terjadi.

"Woaah ternyata mereka ada banyak, apa kalian sudah lama di sini?"

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang