Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara adalah sebuah zaman di mana Tiongkok terpecah-belah menjadi lima dinasti yang sambung menyambung, dan sepuluh negara kecil-kecil lainnya. Zaman ini merupakan penghujung Dinasti Tang, dan awal dari Dinasti Song. Lima Dinasti di antaranya, Liang Akhir, Jin Akhir, Han Akhir, Tang Akhir, Zhou Akhir.
Di dalam Koridor Gansu di wilayah barat Gansu, Liang Akhir pecah menjadi Liang Utara dan Liang Selatan pada tahun 397. Pada tahun 405, seorang komandan suku Han di Dunhuang memisahkan diri dari Liang Utara dan mendirikan Liang Barat yang berumur pendek. Liang Barat diserap oleh Liang Utara pada tahun 421.
Huasen menutup buku yang ada di tangannya. Melihat sekeliling dengan penuh rasa malas saat rekan-rekannya yang lain mulai melakukan ekskavasi. Saat ini mereka berada di Nanjing, yang dikenal sebagai Ibu kota Ilmu, Sains, Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata. Telah terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu di Tiongkok selama lebih seribu tahun lamanya dan merupakan salah satu dari empat ibu kota kuno Tiongkok.
"Panas sekali." Bukan Huasen, tapi pemuda yang sedang berjongkok di sampingnya sekarang yang baru saja mengeluh. Melihat temannya itu terlihat asik menggambar sesuatu di atas tanah, ia tanpa sadar ikut berjongkok namun hanya diam sambil memperhatikan apa yang di gambar pemuda itu.
"Aku yakin Xiaowen sedang menikmati perjalanannya di Huangshan," ucap Huasen
Mereka bertiga, Huasen, Fancheng, dan Xiaowen memang berteman sejak hari pertama masuk kuliah dan suatu kebetulan mengambil jurusan yang sama, yaitu Arkeologi. Namun, dalam tugas kali ini mereka bertiga terpisah dengan Xiaowen yang memimpin rombongan lain ke Huangshan yang terletak di Provinsi Anhui, sedangkan mereka berdua berada di kelompok lain untuk meneliti di Nanjing.
"Memangnya kapan dia tidak menikmati perjalanan? Terlebih lagi jika itu pergi ke gunung. Aku yakin di kehidupan sebelumnya dia adalah orang hutan yang tinggal di pedalaman," cibir Fancheng
Huasen membenarkan dalam hati. Temannya yang satu itu, selain terlalu hyper active, dia juga sangat menyukai sesuatu berbau alam. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya dan Fancheng yang lebih suka rebahan.
"Aku mengizinkan kalian ikut untuk belajar, apa yang kalian lakukan dengan bermalas-malasan seperti ini?"
"Shuai gege, di sini panas," rajuk Huasen yang diikuti anggukan dari Fancheng.
Shuai mengacak rambut adik satu-satunya itu sebelum akhirnya menyeret keduanya secara paksa.
"Resiko. Aku akan mengatakan pada Dosen kalian jika kalian berdua hanya datang untuk bermalas-malasan."
Fancheng mendelik, "Shuai gege, kau benar-benar kakak yang buruk."
Mendengar itu, Shuai segera menoleh pada Huasen untuk meminta pembelaan pada adiknya. "Apa aku seburuk itu? Aku yakin kau pasti bersyukur karena memili ...."
"Sangat buruk!" potong Huasen, "Gege, semalam kau menghabiskan susu kotakku, di mana letak kebaikanmu?"
Shuai baru saja akan kembali menyelah, tapi ia urungkan saat rombongan lain dari Universitas yang berbeda kembali berdatangan.
Huasen dan Fancheng saling pandang. "Aku pikir hanya Universitas kita yang diperbolehkan meneliti di sini."
"Pikiran konyol macam apa itu? Bahkan sebelum kalian, Universitas mereka sudah mendaftar lebih dulu. Jadi, silahkan saja bermalas-malasan dan biarkan mereka yang menemukan peninggalan-peninggalan penting di sini, lalu setelah itu Universitas mereka akan mendapatkan perhatian lebih."
Dengan penuh kepuasan, Shuai mencoba memprovokasi kedua pemuda itu. Dia bukannya tidak tau jika Universitas Fudan dan Xiamen memiliki persaingan yang kuat dalam hal apa pun. Kedua Universitas ternama itu seolah perang dingin sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || HEWEN VERSI
FanfictionBetween Love, Betrayal and Redemption "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka ad...