9

328 69 2
                                    

"Minum dulu."

Linghe menghentikan aktivitasnya membelah kayu bakar saat Xiaowen menyimpan nampan berisi air putih dan makanan yang diletakan di atas meja yang ada di luar.

Kali ini mereka memutuskan sarapan di luar. Duduk berhadapan di depan sebuah meja yang ada di bawah pohon bunga persik. Seperti biasa, makanan Xiaowen hanya akan dipenuhi sayur-sayuran hijau yang memuakkan. Tapi Linghe memilih untuk tetap diam dan memakannya.
Sudah suatu keberuntungan karena Xiaowen mau menampungnya di pondok kecil itu, jadi bukankah lebih baik untuk tau diri?

"Beri mereka wortel," ucap Linghe sinis saat melihat Xiaowen terus berbicara dengan kelinci di pangkuannya tanpa menghiraukan makanan yang tadi dia sajikan.

"Apa mereka harus memakan wortel?"

"Hm."

"Apa harus?"

"Ya."

"Kenapa harus wortel?"

"Karena wortel itu wortel."

"Kenapa bukan nasi?"

Brak

Linghe menyimpan sumpitnya dengan sedikit kasar. Meminum air putih hingga tandas untuk meredahkan emosi.

"Kenapa kau begitu bodoh?!"

"Aku hanya bertanya, Ini karena aku tidak menyukai kelinci dulunya, jadi aku tidak tau apa-apa tentang mereka."

"Lalu kenapa kau memelihara kelinci jika benci?"

"Itu dulu, sekarang aku suka. Tapi aku belum menanam wortel, aku harus memberi mereka apa?"

"Sayuran yang lain atau biji-bijian."

Mata Xiaowen berbinar, ia hendak mengambil sayur-sayuran yang tadi ia masak tapi harus terhenti saat Linghe memukul tangannya.

"Beri yang mentah!"

"Uh, baiklah."

'Ternyata dia bisa bodoh!'

Entah karena Linghe yang terlalu menikmati hidupnya yang sekarang, tapi pemuda itu dengan semangat membantu Xiaowen memanen jagung. Dengan keranjang bambu yang ada di punggungnya, benar-benar terlihat seperti seorang petani.

"Kau benar-benar menikmati hidupmu, ge," ucap Xiaowen
Linghe menoleh, ia menatap Xiaowen bergantian dengan topi bambu yang Xiaowen kenakan. Pantas saja Xiaowen tidak mengeluh panas karena wajah pemuda itu terlindungi dari terik matahari.  Xiaowen yang menyadari tatapan Linghe segera membuka topi bambunya dan meletakan di kepala Linghe.

"Aku cuma punya satu, gege saja yang pakai. Dori, jangan berlarian di sini!"

Dan setelah itu Xiaowen pergi untuk mengejar kelincinya yang ia beri nama Dori di antara pohon jagung.

"Nama yang buruk."

Matahari bergulir dengan cepat, ladang yang tadi dipenuhi jagung itu menjadi tandus saat mereka mencabuti semua pohonnya dan menggantinya dengan yang baru.

"Masukan lebih dari satu," tegur Xiaowen. Kali ini Linghe memasukan lebih banyak biji jagung di dalam lubang yang Xiaowen buat. Dan begitu seterusnya, Xiaowen yang bertugas membuat lubang sedangkan Linghe terus mengekori dengan mengisi setiap lubang.

"Gege, air?"

Xiaowen ikut berjongkok di depan Linghe yang masih mengisi lubang-lubang itu dengan jagung. Di tangannya terdapat dua botol air putih yang satunya telah ia minum hingga setengah.

"Terimakasih." Tanpa melihat terlebih dahulu, Linghe langsung mengambil botol air yang ada di tangan kanan Xiaowen.

"Eh ... Gege, kau minum punyaku!"

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang