12

311 63 1
                                    

Xiaowen menggigit jari-jarinya dengan frustasi saat sebuah lambang berbentuk bunga Anyelir muncul di telapak tangannya.

Seharusnya dia tidak memiliki tato atau sejenisnya kecuali di punggung. Namun lambang itu muncul begitu saja hingga membuat Xiaowen tercengang.

Rasa gugup itu semakin menjadi ketika Linghe mendekat ke arahnya dengan beberapa ramuan di tangan. Xiaowen meringis saat melihat di telapak tangan pemuda itu juga ada sebuah lambang yang serupa.

"Riying Jie membuat ramuan lagi hari ini. Tadi dia ingin ikut berkunjung tapi aku mengusirnya. Biar aku bantu ...."

"Tidak! Aku ... Aku bisa sendiri."

Linghe tercengang melihat respon Xiaowen yang begitu tiba-tiba bahkan sampai melompat ke samping saat Linghe hampir menyentuhnya.

"Apa kau tidak bisa bergerak seperti orang normal di luar sana? Lukamu belum sepenuhnya sembuh!"

"Aku tidak apa-apa, jangan khawatir."

"Ck, siapa yang khawatir."

Padahal wajahnya jelas terlihat khawatir.

Karena merasa Xiaowen tidak ingin disentuh, maka Linghe hanya menyimpan ramuan itu di atas meja. Sesaat kemudian kedua alisnya bertaut, ia menatap Xiaowen dan bertanya dengan sungguh-sungguh, "Apa sebelumnya aku memiliki tato di telapak tangan?"

"Ah ... Ahahaha kenapa kau bertanya padaku, itu jelas tanganmu jadi kau yang lebih tau," jawab Xiaowen canggung

"Ini aneh, aku merasa tidak memiliki tato sebelumnya bahkan bentuknya terlihat sangat feminim."

"Mungkin saja kau punya tapi lupa, sudahlah jangan terlalu dipikirkan."

Dia berkata seperti itu di saat dirinya sendiri terus memikirkan hal itu. Jelas saja Linghe tidak akan tau itu apa karena lambang itu adalah bunga suci milik klan Naga.

Tiga hari yang lalu, saat mereka berdua melompat di sungai Mingyun, secara tidak langsung mereka telah menikah. Sungai Mingyun tidaklah sesederhana itu. Sungai itu telah menjadi tempat berlangsungnya ritual pernikahan klan naga selama beratus-ratus tahun lamanya bahkan memiliki kekuatan magic di dalamya.

Bagi mereka yang baru saja melangsungkan ritual pernikahan di sungai itu, maka di telapak tangan mereka akan muncul lambang bunga Anyelir seperti yang ada di tangan Xiaowen. Bunga itu melambangkan kesetiaan, cinta yang tulus dan murni. Seperti benang merah takdir, lambang itu menandakan dua orang yang saling bertaut.

"Konyol," lirih Xiaowen

"Siapa yang konyol?"

"Ah? Tidak!"

Memang konyol karena hanya dirinya yang sadar jika sebenarnya mereka telah menikah.

Apanya yang tulus dan murni? Itu jelas-jelas sebuah kecelakaan.

"Xiaowen ...."

"Hm? Baru kali ini gege memanggil namaku."

"Ck ... Aku memasak sup bunga matahari tadi, cobalah selagi hangat."

Xiaowen mengerjap saat Linghe menyodorkan sendok di depan mulutnya. Agak berlebihan memang karena dia tidak sadang mengalami patah tulang jadi untuk makan sendiri tidak akan sulit. Dengan ragu-ragu Xiaowen menerima suapan yang diberi Linghe.

"Bagaimana?"

"Ini enak, gege memang sangat berbakat."

Linghe tersenyum senang kemudian melanjutkan kegiatannya menyuapi Xiaowen sampai soupnya tandas.

REDEMPTION || HEWEN VERSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang