⏳Winnie-28⏳

7.4K 1.4K 175
                                    

Winnie mengarahkan kamera pada perut buncitnya seraya tangan Winnie mengusap-usap perut itu lalu Winnie arahkan kamera pada Dexter yang sedang memotong daging miliknya menjadi beberapa bagian.

"Di depan rakyat, daddy itu raja, tapi di depan mami, daddy itu suami yang harus nurut sama istri." kata Winnie dengan kamera yang masih mengarah pada Dexter.

"Jadi dunia udah kebalik?" tanya Dexter sambil menyerahkan piring Winnie.

Winnie tertawa dan meletak kamera di kursi yang ada di sebelahnya untuk menyantap makan malamnya. "Pemandangannya bagus, kenapa baru sekarang kita makan di balkon?" tanya Winnie sambil mengunyah dan memperhatikan pemandangan yang didominasi oleh lampu-lampu dari bangunan yang ada di sekitar istana.

"Karena aku baru aja kepikiran, kamu mau kita makan malem di sini terus?"

Winnie mengangguk. "Kecuali kalo lagi hujan. Kamu mau tau? Di masa depan, ada banyak gedung-gedung tinggi. Saking tingginya, kita harus naik ke gedung yang jauh lebih tinggi untuk liat pemandangan sekitar."

"Kamu bisa ngelukis, 'kan? Coba kamu lukis tentang kehidupan kamu di masa depan terus tunjukin ke aku."

Winnie mengacungkan jempol.

Winnie duduk sendirian di depan jendela dengan tangan yang terus berada di perutnya. Winnie senang karena tidak lama lagi ia akan melakukan persalinan, sangat tidak sabar untuk melihat wajah sang anak yang belum Winnie juga Dexter ketahui jenis kelaminnya

Sebenarnya, Winnie cenderung merasa sedih daripada senang. Tidak lama anaknya lahir, Winnie akan pergi meninggalkan buah hatinya, meninggalkan Dexter juga.

Winnie menghela napas lalu pergi ke kamar dan Dexter sendiri sedang pergi keluar. Sesampainya di kamar, Winnie mengambil kamera untuk merekam dirinya. Saat kamera sudah menyala, Winnie mulai berbicara.

"Hai, anak mami. Ini video yang ke..." Winnie terdiam sejenak. "... Mami nggak tau yang ke berapa karena saking banyaknya video yang mami buat. Tapi tetep, ini soal ucapan selamat ulang tahun untuk kamu."

Winnie menghela napas lalu kembali berbicara. "Mami beneran lupa ini video yang ke berapa, tapi kamu bisa liat, 'kan? Baju yang mami pake selalu ganti-ganti. Oke, langsung ke intinya."

Winnie memposisikan tubuhnya dengan benar. "Selamat ulang tahun, anak baik, doa mami selalu sama kayak yang sebelum-sebelumnya. Please, jangan pernah bosen liat video mami kasih ucapan selamat ulang tahun untuk kamu, mami lakuin ini karena emang harus."

Tangan Winnie bergerak menyeka air matanya. "Jangan bosen juga liat mami yang selalu nangis setiap bikin video kayak gini, karena... Mami sedih." Nada suara Winnie terdengar bergetar. "Selamat ulang tahun, anak mami, sehat-sehat, ya, inget selalu sama mami, oke? I love you, from me, from the future." Winnie tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca lalu menyudahi kegiatannya.

"Satu, dua, tiga." Seorang fotografer memotret Winnie dan Dexter yang berdiri bersebelahan dengan background berwarna marun.

"Nanti tolong kasih ke pelukis, karena saya juga mau versi lukisan dari foto tadi. Yang di lukisan harus berwarna, ya." ujar Winnie.

"Baik, Yang Mulia." balas sang fotografer.

"Tadi itu namanya apa?" tanya Dexter.

"Foto maternity. Di masa depan emang trend banget foto maternity gitu."

"Khusus untuk hamil anak pertama?" tanya Dexter lagi.

"Nggak juga sih, ya tergantung masing-masing. Kalo aku bakal foto maternity terus biar anak-anak kita, maksud aku, anak aku, nggak ada yang iri." Winnie tersenyum di balik rasa sedihnya ketika menyebutkan kata 'anak-anak kita'.

Dexter mengangguk dan ikut tersenyum walaupun ia juga ikut merasa sedih. Winnie yang melingkarkan tangan di lengan Dexter terpaksa ia lepas karena pakaian formal yang ia dan Dexter pakai harus dilepas, kegiatan foto maternity memang sudah selesai dan kali ini mereka membutuhkan bantuan untuk melepas pakaian yang mereka kenakan.

Dexter menatap Winnie yang sedang berdiri di depan cermin seraya merekam kegiatan perempuan itu saat ini. "Kayaknya kamu di masa depan kekinian banget, kamu nggak pernah absen videoin diri kamu sendiri."

"Aku emang kekinian, anak hits juga." balas Winnie seraya memiringkan tubuh ke kanan dan kiri. Winnie menyudahi kegiatannya. "Aku jadi gendut banget nggak sih?"

Dexter memperhatikan tubuh Winnie. "Wajar, kamu lagi hamil."

"Tangan aku bengkak, kaki bengkak. Kamu nggak mau aku keluar dari istana karena malu ya sama badan aku?"

Dexter membulatkan mata. "Ya ampun, sama sekali enggak. Ratu yang udah hamil tua diwajibkan untuk di istana aja. Kalo kamu ikut aku keluar terus tiba-tiba aja kamu kontraksi gimana? Kalo kamu kontraksi di istana bisa langsung pergi ke ruang persalinan, jaraknya nggak jauh."

Winnie duduk di sebelah Dexter, di sofa yang berada di depan tempat tidur. "Aku penasaran, kamu jangan bohong, alasan kamu minta aku jadi pendamping kamu apa sih sebenernya?"

"Serius mau denger alasan yang sebenernya?"

"Iya lah, awas aja kalo bohong."

"Jujur, kamu perempuan tercantik yang ada di negeri ini." kata Dexter di mana ia langsung mendapat pukulan dari Winnie.

"Heh! Aku suruh jujur malah gitu jawabannya!"

"Ya... Aku jujur, emang itu alasannya."

"Yang jujur! Udah aku bilang kamu jangan bohong, ya." Winnie mengarahkan telunjuknya pada Dexter.

"Ya ampun, aku udah jujur. Kamu mau aku bilang jelek?"

Winnie membulatkan mata. "Jadi aku jelek?!"

"Kamu cantik, tadi aku udah bilang kalo kamu itu perempuan tercantik di negeri ini."

"Ih! Jangan bohong!"

Dexter memejamkan mata sejenak lalu tertawa. "Aku udah jujur, Sayang."

Winnie yang hendak memukul Dexter langsung mengurungkan niat. "Ngomong apa tadi?"

"Sayang."

Winnie merasa pipinya panas padahal kata yang baru saja Dexter ucapkan sangat biasa.

"Yang bener dong, kamu harus jujur!" Winnie menarik tangan Dexter.

Dexter merasa sudah jujur, harus sejujur apalagi dia?

Dexter menyentuh pipi Winnie. "Aku udah jujur, udah jujur banget, jujur sejujur-jujurnya."

Winnie menatap lekat Dexter di mana nada suara dan sorot mata Dexter tidak berbohong. "Tapi aku masih nggak percaya."

"Di negeri ini emang banyak yang cantik, tapi kamu kayak punya daya tarik tersendiri buat aku."

"Tau ah, intinya aku nggak percaya!" Winnie menyilangkan kedua tangannya.

Dexter tertawa, "hak kamu mau percaya atau enggak."

Winnie menunduk dan terkejut karena merasa perutnya ditendang. "Babynya tendang-tendang perut aku."

Dexter langsung tampak antusias dan berlutut di hadapan Winnie.

"Biasanya dia kalo nendang gini tengah malem lho, waktu aku sama kamu lagi tidur, tapi tumben banget siang-siang gini mau nendang-nendang."

Dexter membulatkan mata karena ia dapat melihat perut Winnie yang bergerak. "Hei, lagi seneng, ya, di dalem perut mami?" tanya Dexter sambil menyentuh perut Winnie.

"Tapi..."

Dexter mendongak menatap Winnie.

"Kenapa perut aku mulai sakit, ya?"

Raut wajah Dexter pun berubah menjadi panik mendengar ucapan Winnie barusan.

Winnie and Her Time Travel

Qotd: boy or girl ya kira-kira?

Winnie and Her Time Travel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang