Minimal 325 votes, minimal 200 komen. (17:30-19:30 WIB) ➡️ UP!
⏳
Winnie menatap Dexter di mana mereka sedang duduk bersebelahan untuk prosesi pemakaman. Dexter tampak begitu kehilangan, bahkan Winnie sempat ikut menangis saat melihat Dexter menangis di kamar Ratu Eloise.
Winnie beralih menatap Violet yang tidak tampak sedih dan di sebelah Violet ada Frederick dengan raut wajah tidak jauh berbeda dari Dexter, diselimuti rasa sedih. Winnie beralih menatap orang-orang yang ada di sekitarnya yang memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan Winnie.
Winnie memakai dress yang panjangnya sampai ke betis, sepatu dengan panjang heels 3 sentimeter, topi miring, tas jinjing yang berada di pergelangan tangan, sarung tangan dan itu semua berwarna hitam, kecuali pin mahkota yang berada di dadanya, berwarna emas.
"Raja Dexter, silakan taburkan bunga ini." kata seorang pria yang memimpin proses pemakaman dan hanya Dexter saja yang diminta yang menaburkan bunga dan itu sudah dianggap sebagai perwakilan semua orang yang hadir.
Setelah menaburkan bunga, Dexter kembali ke posisinya, duduk di sebelah Winnie dengan mata yang terus tertuju pada ibunya. Winnie sendiri entah sudah berapa kali mengangkat tangan untuk mengusap punggung ataupun lengan Dexter, tetapi terus saja ia urungkan padahal Winnie ingin sekali memberikan kekuatan pada Dexter lewat usapannya.
⏳
Winnie sedang berdiri di balik dinding yang terasa dingin untuk mengintip Dexter yang sedang duduk dengan kepala yang jatuh di atas sandaran sofa, ditambah dengan kedua mata laki-laki itu yang terpejam. Winnie sendiri sedang bimbang, apakah ia harus menghampiri Dexter atau tidak?
Terakhir kali Winnie dan Dexter saling berbicara saat Winnie baru bangun tidur, setelah itu, mereka saling diam hingga detik ini.
"Emang dia nggak bahas soal haknya lagi sih, nggak bahas soal keturunan, tapi malah jadi diemin gue gini." gumam Winnie masih memperhatikan Dexter.
"Yang Mulia, Putri Violet ingin bertemu." kata seorang pengawal yang berjaga di depan kamar.
Mendengar itu, Winnie mengerutkan dahi dan mulai diselimuti rasa penasaran, tetapi Winnie lebih memilih untuk tetap berada di kamar. Winnie duduk di tempat tidur, Winnie memang meminta Dexter untuk tidak menyinggung soal hak laki-laki itu, tetapi Winnie sendiri terus memikirkannya.
"Ck, kalo gue lakuin itu sama dia, gue masih perawan nggak ntar kalo udah bangun dari mimpi gue? Kasihan laki gue nanti kalo dapet gue yang udah nggak perawan lagi, eh, gue tinggal di Amerika. Mustahil nggak sih gue dapet yang masih perjaka? Tapi, gue nggak mau sama bule!" Winnie mendengus kesal sambil menopang dagunya.
Winnie menghela napas lalu berjalan menuju jendela untuk melihat keadaan luar yang gelap karena hari sudah malam. Winnie tertegun melihat Dexter dan Violet tengah berada di balkon salah satu istana dengan Dexter yang terlihat sedang mendengarkan Violet berbicara.
"Makin kepo gue. Si Dexter tau nggak sih kalo Violet bukan adeknya?" tanya Winnie sendiri pada dirinya ketika melihat Dexter dan Violet saling berpelukan bahkan Dexter sampai mencium kening Violet.
⏳
"Boleh diganggu?"
Winnie menoleh dan tersenyum melihat Frederick menghampirinya yang sedang melukis. "Boleh, kalo kamu mau acak-acak ini semua juga boleh."
Frederick tertawa lalu berbungkuk dan mengambil tangan Winnie untuk mencium punggung tangan gadis itu, Winnie sendiri sudah mulai terbiasa.
"Gimana rasanya jadi ratu?" tanya Frederick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winnie and Her Time Travel [COMPLETED]
FantasíaDi hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun, Winnie mendapatkan sebuah hadiah dari orang yang tidak ia kenal tetapi orang itu tahu siapa dirinya. Winnie merasa tidak enak hati juga takut menerima pemberian orang asing tersebut tetapi karena merasa tidak...