Winnie berbaring menyamping dengan perut yang terasa sakit dengan dokter kandungan Winnie sudah dipanggil dan Winnie sudah di bawa ke ruang persalinan yang ada di istana.
Winnie memejamkan mata dengan perasaan yang campur aduk, bukannya rasa bahagia, Winnie lebih merasakan yang namanya kesedihan, seperti sebelum-sebelumnya.
"Aku serius kalo kamu perempuan tercantik di negeri ini." kata Dexter dengan pelan dan bermaksud menghibur Winnie.
"Bukannya seneng, aku malah makin kesel, cari gombalan yang lain." balas Winnie masih memejamkan mata dan menggenggam erat tangan Dexter karena perutnya yang terasa sakit.
"Aku nggak bisa gombal. Jadi, gimana soal nama anak kita? Kamu setuju, 'kan, kalo nama belakang kita di pake untuk anak kita nanti?"
"Iya-iya, terserah." Winnie tidak ingin berbicara panjang lebar karena keadaan perutnya.
Dexter terus berada di dekat Winnie, duduk di tepi ranjang di mana Winnie sedang berbaring sambil meringis. Dexter mulai memberikan kecupan pada tangan juga wajah Winnie saat melihat Winnie semakin kesakitan hingga ingin menangis.
"Apakah masih lama lagi, Dok?" tanya Dexter pada dokter yang sedari tadi berdiri bersama dua orang perawat.
"Untuk persalinan anak pertama memang membutuhkan waktu yang lama, Yang Mulia."
Dexter menatap Winnie yang tidak henti-hentinya meringis. "What a great woman you are." bisik Dexter sambil mengecup pipi Winnie.
⏳
"Satu, dua, dorong!"
"AAAAA!!!" Winnie berteriak kencang dengan tangan kanan yang meremas tangan Dexter dan tangan kiri yang meremas tangan Flora.
"Tarik nafas, tahan sebentar, lalu buang. Mari kita ulang lagi. Satu, dua, dorong!"
"AAAA! DEXTER! INI SAKIT BANGET!" teriak Winnie sambil mengejan.
Dexter menahan napas dan ikut berkeringat melihat perjuangan Winnie. "Apapun itu, aku cinta kamu, aku bener-bener cinta, sayang sama kamu." bisik Dexter lalu mencium tangan Winnie.
Winnie menangis sambil menatap Dexter. "Aku nggak kuat."
"Kamu bisa, kamu kuat, ada aku di sini."
"Mari kita ulang lagi, Yang Mulia. Kepalanya mulai terlihat." ujar sang dokter.
Dexter membulatkan mata lalu tersenyum, "kamu denger? Kepala anak kita mulai keliatan."
Winnie mengangguk dan mulai mengatur napas dan mempersiapkan diri untuk kembali mengejan demi bisa melihat wajah dan mengetahui jenis kelamin bayi mereka.
Winnie menarik napas-napas dalam-dalam lalu ia hembuskan dan kembali berteriak sambil mengejan. "AAAAAA!!!"
Oeek!
Dexter langsung menoleh dan Winnie menangis dengan badannya yang terasa sangat lemas. Mata kedua orang itu sama-sama tertuju pada bayi yang berada di gendongan perawat.
"Calon raja. Selamat, kalian mendapatkan anak laki-laki, Yang Mulia." kata perawat itu membuat pelayan yang ada di ruang persalinan langsung keluar untuk memberitahu orang-orang yang ada di luar.
Tangis Winnie terdengar kian jelas saat bayi itu diberikan kepada Winnie dengan posisi terlungkup di dada. Dexter tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.
⏳
"Mirip kamu." kata Dexter pada Winnie.
"Tapi bibirnya kamu banget." balas Winnie membuat Dexter tertawa.
"Jadi, kalo pake nama belakang aku sama nama belakang kamu, berarti nama anak kita Morgan Wesley Alexander?" tanya Winnie dan Dexter mengangguk.
"Tadinya aku mau pake nama Morgan Louie Alexander, tapi aku putusin Louie diganti sama nama belakang kamu. Louie itu nama kakek."
Winnie menyentuh pipi chubby bayinya. "Hello, Prince Morgan."
Winnie dan Dexter sama-sama memperhatikan wajah bayi mereka yang sedang terlelap di bawah lengan Winnie. Winnie sudah kembali ke kamar.
"Kamu belum ada gendong, 'kan? Gendong dong." ujar Winnie.
"Aku belum pernah gendong bayi, aku takut Morgan kenapa-napa nanti."
"Enggak, aku ajarin." Winnie mengajari Dexter yang di mulai dari cara mengangkat tubuh Morgan dan membawa bayi itu ke gendongan.
"Ini udah bener, 'kan? Nggak ada yang salah, 'kan?" tanya Dexter dan Winnie tertawa karena Dexter tampak khawatir.
"Enggak, Sayang." jawab Winnie di mana Dexter langsung memalingkan wajah dari Morgan pada Winnie. Dexter tersenyum lalu kembali menatap wajah bayinya.
⏳
Dexter menarik selimut sampai ke dada Morgan walaupun tubuh bayi itu sudah dililit oleh kain. Dexter mengusap-usap sejenak pipi Morgan lalu naik ke tempat tidur dengan hati-hati agar tidak membangunkan Winnie yang sudah tidur dan tampak sangat kelelahan.
Dexter duduk di tempat tidur sambil memperhatikan wajah Winnie, Dexter berhenti memperhatikan wajah cantik istrinya ketika mengingat ulang tahun Winnie akan tiba dalam waktu dekat.
"Serius, nggak akan ada keajaiban untuk kita?" gumam Dexter yang kembali memperhatikan wajah Winnie.
Dexter menghela napas dan mengusap wajahnya dengan gusar. Dexter terus saja berpikir untuk melakukan sesuatu tetapi ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. Tapi tunggu, Dexter baru saja mendapatkan sebuah ide.
Dexter turun dari tempat tidur setelah menarik selimut untuk Winnie, Dexter keluar dari kamar dan menemui Lewis. Dexter mengetuk pintu kamar Lewis dan tidak butuh waktu lama, pintu itu langsung terbuka. Lewis sendiri memang tinggal di istana dan Lewis sudah menikah juga memiliki anak, karena tugas dan statusnya, Lewis harus meninggalkan keluarganya dan kembali saat musim panas, karena hanya di saat itulah Lewis memiliki waktu cuti.
"Yang Mulia." Lewis tampak terkejut dengan kedatangan Dexter.
"Saya ingin bertanya sesuatu, biarkan saya masuk."
"Oh, ya, silakan." Lewis membuka lebar pintu kamarnya.
"Apa di negeri ini ada seseorang yang bisa membuat kita pergi ke masa depan?"
Lewis terdiam sejenak. "Maaf, Yang Mulia. Saya tidak salah dengar dengan pertanyaan Anda?"
Dexter menggeleng dengan cepat. "Cari orang paling cerdas atau terpintar, mau di negeri ini atau di negeri lain. Kalau sudah ketemu, panggil mereka ke istana."
"Tapi, untuk apa? Maksud saya, kenapa tiba-tiba saja Anda membahas soal masa depan?"
"Intinya bawa orang paling cerdas ke istana ini, secepatnya." Dexter pergi dari kamar Lewis meninggalkan Lewis yang sedang kebingungan.
✨Winnie and Her Time Travel✨
Qotd: apa kalian berharap ada orang yang bisa bawa Dexter juga anak mereka ke masa depan?
Baby boy!👶🏻👑🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Winnie and Her Time Travel [COMPLETED]
FantasíaDi hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun, Winnie mendapatkan sebuah hadiah dari orang yang tidak ia kenal tetapi orang itu tahu siapa dirinya. Winnie merasa tidak enak hati juga takut menerima pemberian orang asing tersebut tetapi karena merasa tidak...