Dexter masuk ke kamar di pukul 22:30 malam setelah menyendiri di ruang pribadinya. Dexter mendekati Winnie untuk menarik selimut lalu memberikan kecupan selamat malam. Dexter berjalan menuju box bayi lantaran ia mendengar Morgan merengek.
Dexter tidak langsung membawa Morgan ke gendongannya, lebih dulu ia tenangkan dengan cara mengusap-usap lengan ataupun kaki Morgan. Karena Morgan tidak kunjung diam, barulah Dexter membawa Morgan ke gendongannya.
Dexter berdiri sambil memperhatikan wajah Winnie, Dexter menunduk menatap Morgan yang sedang membuka mata. "Apa yang harus kita lakuin? Apa yang harus daddy lakuin supaya mami nggak pergi, hm?"
Dexter mendongak sambil menghela napas karena matanya terasa mulai memanas. "God, please, help me." gumam Dexter seraya memejamkan mata di mana laki-laki itu berharap akan adanya keajaiban.
Dexter menatap Morgan. "Apa kita harus ikhlasin mami pergi ninggalin kita? Morgan ikhlas kalo mami pergi?" tanya Dexter dan Dexter tertegun melihat Morgan yang tadinya sudah tenang kembali merengek.
Dexter tersenyum kecil sambil mencium Morgan. "Apa artinya itu? Morgan nggak ikhlas? Sama, daddy juga." Dexter kembali menatap Winnie dengan rasa sesak di dadanya.
⏳
Winnie yang baru saja bangun tertawa melihat anaknya buang air besar setelah membuka celana juga popok kain Morgan. Winnie meletak Morgan di sofa karena menurutnya lebih aman dan nyaman daripada ia letakkan di atas tempat khusus untuk memakaikan pakaian dan mengganti pokok Morgan.
"Wow, pup Morgan banyak banget." Winnie mengambil kain lalu ia celupkan ke wadah berisi air yang sebelumnya sempat ia ambil.
"Mami aja kalo liat tai kucing, tai anjing, udah jijik banget, masih liat lho. Tapi sekarang, ngurusin Morgan yang lagi pup, sampe tangan mami kena pup Morgan, sama sekali nggak ada rasa jijik. Seajaib itu emang pup anak mami." Winnie tertawa seraya membersihkan bagian bawah Morgan.
Winnie menatap Dexter yang masih tidur. "Kayaknya daddy begadang lagi deh bareng Morgan, udah jam tujuh belum bangun-bangun." kata Winnie setelah melihat jam dinding.
"Selesai. Mami cuci tangan dulu, abis itu Morgan minum susu, oke?" Winnie menaruh bantal hingga benar-benar mengelilingi tubuh Morgan dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya.
Winnie yang sudah kembali langsung duduk di sofa lalu membawa Morgan ke gendongannya. Seharusnya Winnie dibantu oleh pengasuh tetapi Winnie menolaknya karena waktu Winnie sudah tidak lama lagi di masa lalu sehingga ia ingin memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
⏳
"Aku penasaran sama keluarga kamu." kata Dexter seraya mereka duduk di ruang santai dan Morgan yang sedang terlelap gendongan Winnie.
"Keluarga aku? Mereka orangnya asyik-asyik. Kalo kamu mau aku jujur, mami, nenek, mereka agak galak sih, kalo ngomong seenaknya aja."
"Kamu berapa bersaudara?"
"Tiga. Aku punya dua kembaran tau."
Dexter membulatkan mata. "Yang bener? Wanita tua itu ada tunjukin ke aku foto kamu bareng keluarga kamu, aku pikir dua orang laki-laki itu aja yang kembar."
"We are twins, Dude. Dan aku yang paling kecil, aku yang terakhir keluar dari perut mami tapi aku duluan yang punya anak." Winnie tertawa sambil memperhatikan wajah Morgan.
"Apa mereka tau soal kamu yang pergi ke sini?"
Winnie menggeleng. "Kalo aku cerita pasti mereka nggak bakal percaya."
"Kamu punya pacar di masa depan?"
Winnie membulatkan mata mendengar ucapan Dexter. "Enggak, aku jomblo tau di masa depan."
"Jadi, kalo kamu udah balik ke masa depan, kamu bakal nikah sama laki-laki lain?"
"Bisa nggak kita nggak usah bahas yang kayak gini?" tanya Winnie.
Dexter mengangguk, "oke. Aku mau ke kamar mandi bentar."
Winnie mengangguk dengan dadanya yang terasa sesak dan tenggorokan yang sakit.
⏳
Winnie duduk bersandar di tempat tidur dengan Morgan yang berada di dada Winnie dengan posisi tubuh Morgan mengarah pada perempuan itu. Di kamar, hanya ada Winnie dan Morgan sementara Dexter lebih banyak berada di luar kamar akhir-akhir ini dan kembali saat Winnie sudah tidur, tidak selalu, tapi cukup sering.
Bibir Winnie terus menempel di kepala Morgan dan tangan yang mengusap-usap punggung bayi itu dengan pikiran yang berkecamuk.
Winnie sedikit menunduk untuk melihat apakah Morgan tidur atau tidak, dan ternyata tidak. Kedua mata Morgan terbuka lebar sambil berusaha memasukkan tangan ke mulutnya. Winnie menjauhkan Morgan dari dadanya dan ia gendong bayi itu dengan posisi terlentang dengan tubuh Morgan yang Winnie arahkan kepadanya.
"Morgan belum ngantuk? Udah jam sembilan lho." kata Winnie dan tertawa saat melihat Morgan tampak seperti memperhatikannya.
Tiba-tiba saja air mata Winnie keluar. "Mami nggak mau tinggalin Morgan sama daddy, apalagi Morgan masih baby gini. Mami pengen kita terus sama-sama, mami pengen rawat Morgan sampe Morgan gede, pengen terus ada di deket Morgan sampe seterusnya. Mami juga masih pengen punya anak lagi dari daddy, hidup sampe tua bareng daddy. Mami nggak mau kita pisah."
Winnie mencium pipi Morgan dengan pipinya yang dialiri oleh air mata. "Mami sayang kalian, banget, sayang banget. Maafin mami kalo mami beneran pergi nanti." bisik Winnie.
Winnie tersenyum sekaligus merasa semakin sedih ketika melihat Morgan menangis tetapi suara tangisan bayi itu tidak terdengar kuat. Winnie membaringkan Morgan di tempat tidur lalu ikut berbaring untuk menyusui Morgan seraya memeluk dan menciumi buah hatinya.
✨Winnie and Her Time Travel✨
Qotd: kalian kasihan sama Dexter atau sama Morgan?🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Winnie and Her Time Travel [COMPLETED]
FantasyDi hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun, Winnie mendapatkan sebuah hadiah dari orang yang tidak ia kenal tetapi orang itu tahu siapa dirinya. Winnie merasa tidak enak hati juga takut menerima pemberian orang asing tersebut tetapi karena merasa tidak...