Di ruang tamu, tersisa orang tua, dua saudara, dan Celine juga Justin. Andrew berserta Evelyn dan Jesslyn sudah pulang karena hari sudah mulai gelap. Mereka yang sedang asyik berbincang menoleh ke arah pintu saat ada yang masuk.
"Yuhuu! Sultan baru sudah pulang!" kata Winnie dengan tangan yang penuh dengan tas belanjaan yang didominasi oleh kebutuhan Dexter dan Morgan.
"Dapet berapa cuan?" tanya Justin.
Winnie menaruh barang belanjaannya di sofa. "Nggak boleh tau, yang jelas, Winnie sama Dexter adalah orang terkaya di keluarga kita sekarang." Winnie menyibakkan rambutnya.
"Yaelah, Win, Win. Inget banget gue mata lo sembab karena kebanyakan nangis." cibir Nickie.
"Uang masih minta sama bonyok diem aja deh. Nih, karena laki gue udah di sini, gue nggak bakal minta uang sama bonyok lagi."
"Kalian harus nikah lagi, secepatnya." kata Celine.
"Nikah lagi? Tapi saya sama Winnie udah nikah." balas Dexter yang tampak bingung.
"Intinya kalian harus nikah lagi, harus." ulang Celine dengan tegas.
"Iya-iya, nikah lagi." Winnie mendekatkan bibirnya ke kuping Dexter. "Iyain aja."
Winnie mengambil Morgan dari gendongan Claire. "Untuk malem ini, Winnie, Dexter, sama Morgan tidur di sini. Besok kita bakal cari apartemen, bye!" Winnie menarik Dexter untuk pergi ke kamarnya.
⏳
"Teknologi yang ada di sini emang jauh lebih canggih." kata Dexter sambil memperhatikan benda-benda yang ada di kamar Winnie.
Winnie mendekati Dexter dan memeluk Dexter dari belakang. "Aku seneng banget kamu bisa ke sini sama Morgan. Gimana ceritanya kalian bisa ke sini?" Winnie menatap Morgan yang sedang tidur di tempat tidurnya.
Dexter duduk di tempat tidur Winnie sambil membawa Winnie untuk ikut duduk di sana. "Di hari pemakaman kamu, tiba-tiba aja Nenek Inessa dateng untuk temuin aku. Awalnya aku nggak mau karena aku sempet benci dia, dikit, tapi karena penasaran, ya udah aku mau ketemu sama dia."
Winnie mengangguk menunggu lanjutan Dexter.
"Dia bilang sama aku kalo dia punya saudara di mana saudaranya itu juga sama kayak dia, ya, punya kekuatan gitu. Mereka baru aja ketemu karena sempet pisah selama belasan tahun, ternyata mereka punya kekuatan dari orang tua mereka. Jadi, aku dateng temuin saudara Nenek Inessa, bareng Nenek Inessa juga. Aku bisa ke sini karena pintu yang ada di rumah saudara Nenek Inessa."
Winnie menaikkan alisnya.
Dexter tertawa. "Aku tau itu nggak masuk akal, ya, aku emang pake pintu itu sampe akhirnya bisa ke sini. Aku awalnya nggak yakin, bener-bener nggak yakin. Tapi ternyata, itu berhasil."
"Kamu pergi diem-diem?"
Dexter menggeleng. "Aku awalnya bilang sama Lewis kalo aku mau pergi nenangin diri sambil bawa Morgan. Aku juga bilang sama dia kalo aku udah nggak sanggup lagi jadi raja."
Winnie memeluk Dexter. "Ternyata ada keajaiban untuk kita. Aku nangis terus di sini, kangen banget sama kalian berdua."
"Kamu percaya kalo aku bilang aku hampir gila karena kamu pergi?"
Winnie mendongak. "Pertanyaan kamu itu pertanyaan yang sering buaya lontarin."
Dexter membulatkan mata. "Buaya di masa depan bisa ngomong?"
Tawa Winnie pecah. "Bukan buaya hewan! Buaya lain."
"Buaya apa?" Dexter tampak sangat bingung.
"Ntar kamu bakal tau, atau mungkin, bakal jadi lebih ngerti soal bercinta." Winnie berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winnie and Her Time Travel [COMPLETED]
FantasyDi hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun, Winnie mendapatkan sebuah hadiah dari orang yang tidak ia kenal tetapi orang itu tahu siapa dirinya. Winnie merasa tidak enak hati juga takut menerima pemberian orang asing tersebut tetapi karena merasa tidak...