3.

22.9K 1.5K 25
                                    

Ala bingung dengan sikap Ezra semenjak memasuki kelas, yang seakan-akan mengacuhkan keberadaannya. Karena penasaran, ia pun terpaksa memutuskan untuk sekedar bertanya. Ingat ya, terpaksa. Ia tidak mau ada perasaan mengganjal yang ada di hatinya.

"Zra."

Di satu sisi, yang dipanggil hanya diam, malah mendengarkan penjelasan Bu Aini. Seakan-akan, tidak ada orang yang memanggil namanya.

"Ezra."

Yang dipanggil masih diam.

"Alla."

Masih diem juga. Ish anjir dia kenapa sih, tanya Ala kepada dirinya sendiri.

"Alla, jangan diem aja dong. Jawab, kek. Orang lagi manggil juga."

Ezra yang tidak kuat jika terlalu lama mendiamkan perempuan yang ia sayang semenjak pertemuan pertamanya di rumah Ala, mencoba meredam rasa cemburunya.

"Apaan, sih?" tanya Ezra dingin.

"Alla, kenapa sih? Gitu banget sama gue?"

Jangan salah, panggilan mereka memang sama. Hanya berbeda di jumlah huruf L-nya. Dan untungnya, panggilan "Alla" untuk Ezra hanya berlaku untuk di rumah. Kurang lebih, sama seperti panggilan "Fasya" untuk Ala.

"Gak kenapa-kenapa. Emangnya gue kenapa?" jawab Ezra jutek.

"Ish elah, Al. Jangan jutekkin gue. Ntar gue kepikiran terus, gak bisa konsentrasi," tutur Ala jujur, bahkan kelewat jujur. Tetapi, Ezra tetap menyayangi perempuan yang ada di sampingnya saat ini.

Ezra suka sama Ala? Bahkan lebih dari suka, sayang. Ya, Ezra telah menaruh hati, sejak saat pertama kali ia dan kakaknya main ke rumah Ala. Sejak Ezra pertama kali bertemu dengan Ala. Didepan pintu rumah Ala yang dulu, sebelum Ala pindah ke rumah yang sekarang.

Bokap dari dulu cita-citanya tinggal di rumah yang gede, jawabnya ketika ditanya mengapa pindah rumah.

Padahal rumah yang dulu gak kalah gede sama yang sekarang, batin Ezra waktu itu.

Tok tok tok

"FASYA, TOLONG BUKAIN PINTUNYA, DONG. ITU TEMEN AKU. AKU LAGI MAIN NIH, GAK BISA DITINGGAL SAMA SEKALI," teriak Dendra yang waktu itu kelas 3 sd, dari ruang keluarga.

Ala yang waktu itu sedang enak-enak makan, segera berlari menuju arah ruang tamu. Saat itu Ala masih kelas 1 sd, masih gampang disuruh-suruh. Mungkin, jika yang disuruh-suruh adalah Ala yang sekarang, Dendra sudah habis digebukkin olehnya.

"Iya, sebentar," kata Ala yang dulu suaranya masih imut, sambil membukakan kunci pintu.

"Hai, Dendra ada?" tanya Valen.

"Ada, ini temennya Kak Dendra ya?"

"Iya."

"Masuk aja, Kak. Dia lagi ada di dalem tuh, lagi main. Samperin aja ke ruang keluarga."

Valen dan Ezra berjalan beriringan menuju ruang keluarga.

"Eh, Valen. Sini lo. Bawa Ezra juga?" tanya Dendra.

"Iya nih, Ndra. Abisan kasian kalau ditinggal sendirian, mending gue ajak sekalian aja main disini. La, kenalan gih sama temen gue." suruh Valen kepada Ezra.

"Hai, Kak. Aku Ezra."

"Gue Dendra, salam kenal. Kelas berapa lo?"

"1 sd, Kak. Kakak pasti seumuran sama Abang, ya?"

Something and NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang