21.

14.6K 991 16
                                    

Ala merutuki habis-habisan sikap dirinya yang tidak bisa menolak permintaan orang lain. Ala yang seharusnya sedang marathon movie di depan laptop, malah menjadi uring-uringan, dikarenakan Ezra. Sangat mengganggu hari libur yang kalau menurut Ala sendiri 'harusnya dihabiskan dengan berleha-leha seharian di rumah,' dengan cara mengirimkan beberapa chat LINE yang seketika membuat Ala misuh-misuh sendiri di pagi--sebenarnya siang cerahnya.

Ezra Athalla: nyet temenin gua jalan
Ezra Athalla: ke PIM
Ezra Athalla: gabut gua anjir
Ezra Athalla sent you a sticker.
Ezra Athalla sent you a sticker.

Ala yang memang dasarnya sedang mager untuk kemana-mana hari ini, buru-buru membalas. Seakan cowok itu tahu Ala akan membalas apa, ia pun buru-buru membalas lagi, ketika chatnya sudah di read oleh Ala.

Ezra Athalla: ga nerima penolakan
Ezra Athalla: 30 mnt lg otw gua

Ala merupakan salah satu diantara orang-orang yang tidak bisa untuk berkata tidak--dikarenakan dia merupakan orang yang berkepribadian phlegmatis--, jadi hanya bisa menghela nafasnya sambil mengucapkan beberapa kalimat barokah di dalam hati.

Batu lawan batu, ya mana mau ngalah dia sama gue? Pikir Ala ketika dirinya ingin melakukan pembelaan didepan Ezra, yang sebenarnya tidak mungkin juga untuk dia lakukan.

Mengingat jam telah menunjukkan pukul sebelas siang, dan Ezra bilang akan menjemputnya setengah jam lagi, Ala buru-buru mencari baju yang pas untuk jalan bersama cowok tengil ciptaan setan ganteng itu.

"Ah, jalan sama dia doang, kenapa mesti se susah ini cari bajunya?" gumam Ala sambil menggeser-geser hanger baju-bajunya.

Tiba-tiba, pikirannya melayang ke kejadian seminggu lalu. Suatu kejadian dimana Ezra menyanyikan sebuah lagu ketika dirinya sedang tidak bisa tidur. Tidak biasanya Ezra menyanyikannya sebuah lagu, apalagi lagu yang.. berbau cinta-cintaan.

Ah, mengingatnya saja, sudah membuat pipi tirus Ala memunculkan semburat merah. Walaupun samar-samar, semburat itu akan tetap terlihat.

Idih, ngapain blushing sih? Gituan doang juga, batin Ala bersuara.

Karena lo suka sama dia, pikiran Ala menjawabnya.

Yaelah, dia kan emang gitu anaknya, batinnya kembali membalas.

Tapi, kan, gak biasanya dia berlaku seperti itu, kembali dijawab oleh pikirannya.

Terjadilah perang antara batin dan pikirannya yang sedang memperdebatkan sikap Ezra seminggu yang lalu.

Dan, perang itu pun buyar, kala Dendra yang tiba-tiba memanggilnya--atau mungkin meneriakinya--dari lantai bawah.

"FASYA, ITU PACAR LO UDAH NUNGGUIN!!"

Ala yang mengerti maksud perkataan kakaknya itu, langsung membalas.

"JIDAT LO PACAR! BILANGIN DIA, LIMA MENIT LAGI GUE TURUN!!" serunya keki, sebelum memakai baju yang dipilihnya secara asal.

Ala rasa mungkin sekarang pertanda bakalan kiamat. Oh, bukan dunia yang kiamat. Melainkan pikiran dan batinnya yang secara tiba-tiba malah memikirkan kejadian itu.

---

Jadilah Ala berakhir disini, PIM, yang tentunya bersama dengan Ezra. Mereka sedang mengitari beberapa toko-toko. Ala yang merasa setengah jiwanya tertinggal di rumah, memainkan iPhone-nya. Hanya membuka beberapa media sosialnya, lalu menggulirnya dari ujung atas sampai ujung bawah. Hidupnya penuh dengan kegabutan dunia yang fana ini.

Sementara Ezra, cowok itu berjalan disampingnya sambil membawa beberapa paper bag dari toko-toko yang anak jaman sekarang biasa datangi. Perbedaan yang sangat kontras dengan Ala. Ala sendiri malah sama sekali tidak berniat untuk membeli apa-apa. Kalaupun diharuskan untuk membeli, mentok-mentok dirinya juga bakal membeli makanan saja. Atau snack. Atau apapun yang berbau dengan makanan, minuman, dan cozy places to relax and thinking.

Ezra melihat Ala yang sepertinya sedang sibuk sendiri dengan iPhone-nya, lalu segera merangkulnya. "Ngapain, sih? Sibuk amat?" celetuknya.

Ala yang tersadar bahwa tangan Ezra sudah menempel di bahunya, berusaha untuk menyingkirkannya. Bukan apa-apa. Ala hanya agak risih, dan.. takut baper.

Ezra seperti sudah tahu tabiat Ala, dan segera menguatkan rangkulan tersebut, agar tidak bisa dilepas oleh Ala.

"Zra, lepasin," pinta Ala.

"Gak mau. Lo sibuk sendiri, sih. Gue berasa jalan sama setan kalau gitu caranya."

Ala yang sudah selesai membuka-buka media sosialnya, langsung memasukkan benda persegi panjang berwarna hitam itu ke dalam tasnya.

Ezra mengerutkan keningnya, seperti sedang mencoba mengingat-ngingat sesuatu. Setelah berusaha mengingat kembali apa yang telah dilupakan, dia segera berkata, "Ke Pull&Bear, yuk. Gue mau beli sepatu sekolah tapi lupa mulu, nih."

Ajakkan dari Ezra malah membuat Ala mendecak sebal. "Gila lo. Udah capek-capek keliling disini, terus, mesti nyebrang ke tempat lain gitu?"

Pernyataan dari Ala malah membuat Ezra tergelak. "Tinggal kesana doang, yuk, ah," ujar Ezra, sambil menggandeng tangan Ala.

Entah bego atau bagaimana, Ala malah terpaku sambil melihat tangannya yang digandeng oleh cowok itu.

"Ish, bengong lagi. Ntar gue traktir. Yuk, ah."

---

Ala hanya menunggu sambil melihat-lihat baju di sekelilingnya. Kali ini, dia menyesal tidak mengajak Arsha. Padahal, biasanya Arsha akan sangat senang dan langsung gercep kesini jika diajak olehnya.

Milih sepatu udah kayak seabad, pikirnya yang sebenarnya sudah tak habis pikir dengan Ezra. Seperti terlahir tetapi berbeda jenis kelamin dari yang seharusnya. Seharusnya Ala menjadi Ezra, dan begitupun sebaliknya. Jadi, harusnya Ala adalah laki-laki dan Ezra adalah perempuan.

Kenapa juga Ala memikirkan hal yang belibet dan malah membuatnya semakin sebal kala menunggu Ezra?

Ala segera melangkahkan kakinya menuju tempat sepatu bagian laki-laki, dan yang dilihatnya kali ini, malah membuat Ala ingin melenyapkan diri dari dunia. Tersadar akan sesuatu, Ala segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari toko tersebut.

"Abang, jemput aku sekarang. Kalau udah sampe, bilang,"--bahkan, suaranya sekarang menjadi menyedihkan seperti ini.

Ala segera melangkah menuju Starbucks yang berada di Street Gallery--yang tentunya tidak akan di datangi oleh Ezra, karena jaraknya yang terlalu jauh--setelah sebelumnya mengetikkan beberapa kata kepada Ezra.

Shalana Fasya: gue plg duluan ya, ada urusan mendadak

Something and NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang