29.

14K 971 13
                                    

"Makasih, ya," ucap Ala ketika mobil Fazi telah sampai di depan gedung sekolahnya.

"Sama-sama. Nanti gue jemput, ya?" tawar Fazi, yang tentu saja ada maksud dibalik kalimat yang diutarakan olehnya. Apalagi jika bukan modus?

Ala meringis, karena merasakan jantungnya ingin loncat keluar dari tubuhnya. "Eh, gak usah. Gue mau pergi dulu sama temen, soalnya."

Fazi menanggapinya dengan santai. "Oh, yaudah."

---

Ala memasuki kelasnya sambil menggenggam iPhone-nya, yang tentu saja mengartikan bahwa dirinya berjalan sambil membaca suatu cerita di wattpad. Secara tidak sengaja, Ala menabrak seseorang yang sedang berada di depan pintu kelasnya. iPhone yang digenggamnya pun terjatuh, walaupun tidak pecah.

Refleks, Ala langsung menggumamkan kata maaf secara berkali-kali, tanpa melihat siapa yang ia tabrak barusan. Gumamannya terhenti saat dirinya melihat bahwa yang ditabrak tadi adalah Ezra.

"Kalau jalan, matanya dipake," ujar Ezra sarat dengan nada sarkastik miliknya. "Jangan malah baca wattpad."

Ala agaknya shock ketika mendengar untaian kalimat tersebut yang sarat akan nada sarkastik di dalamnya. Apalagi, yang berbicara seperti itu kepadanya adalah cowok yang telah membuatnya terbang setinggi langit, lalu terhempas ke palung terdalam.

Ala hendak membalas dengan kalimat yang tentunya juga mengandung unsur sarkastik, namun ditahannya keinginan itu. Gadis itu malah mengambil ponselnya yang terjatuh, lalu melewati Ezra begitu saja, seakan-akan Ala tidak mengenalnya sama sekali.

---

Semenjak kejadian itu, Ala dan Ezra sama sekali tidak pernah bertegur sapa lagi. Ala yang tidak pernah diperlakukan secara sarkastik oleh Ezra, merasa takut akan sifat cowok itu. Maka dari itu, dirinya memutuskan untuk menjaga jarak, layaknya dua orang yang tidak pernah mengenal satu sama lain, bahkan hanya sekedar tahu nama saja tidak.

Padahal, sudah sebulan semenjak kejadian itu berlalu. Tetapi, keduanya masih sama-sama terlalu gengsi untuk memulai pembicaraan. Yang berarti, sudah sebulan juga Ala dekat dengan Fazi. Fazi yang telah memberikan berjuta-juta kode untuknya, namun hanya dibalas candaan olehnya.

Suatu chat dari LINE membuat ponselnya berbunyi. Segera saja, Ala bangun sejenak dari acara tidur-tidur ayamnya. Sedikit banyak, Ala berharap bahwa orang yang mengirim chat tersebut adalah orang yang ia rindukan akhir-akhir ini.

Alvarez Fazi: Alaa, lg ngapain?

Oh, ternyata bukan orang yang tadi Ala harapkan. Sontak, Ala langsung menonaktifkan ponselnya begitu saja, tanpa membalas chat tersebut.

Ala berjalan menuruni tangga, menuju ruang keluarga yang juga merupakan tempat dimana pianonya terletak. Ala memutuskan untuk memainkan lagu secara asal, setelah dirinya duduk di kursi piano.

A warning sign
I missed the good part, then I realized
I started looking and the bubble burst
I started looking for excuses
Come on in
I've gotta tell you what a state I'm in
I've gotta tell you in my loudest tones
That I started looking for a warning sign

When the truth is
I miss you
Yeah the truth is
That I miss you so

Entah mengapa, Ala memilih lagu ini untuk dinyanyikan, yang tentunya sambil bermain piano. Mungkin, karena lagu ini menggambarkan suasana hati Ala saat ini.

Dendra yang sedang berada di kamarnya, buru-buru keluar dari kamarnya, lalu pergi menuju ruang keluarga. Setelah duduk di sebelah Ala, tiba-tiba saja, cowok itu ikut bernyanyi.

A warning sign
It came back to haunt me, and I realized
That you were an island and I passed you by
When you were an island to discover
Come on in
I've gotta tell you what a state I'm in
I've gotta tell you in my loudest tones
That I started looking for a warning sign

When the truth is
I miss you
Yeah the truth is
I miss you so
And I'm tired
I should not have let you go

Ala yang kaget karena mendengar suara lain selain suara dirinya, seketika menghentikan nyanyiannya, namun tetap bermain piano sampai lagu tersebut berakhir.

Sebenarnya, Dendra sendiri memiliki alasan mengapa dia tiba-tiba duduk di sebelah adiknya--tepatnya, mengapa dia tiba-tiba ikut bernyanyi, padahal tidak ada yang menyuruhnya, yaitu:

1. Ala sedang dilanda kesedihan
2. Ala sedang dilanda kesedihan yang begitu mendalam
3. Ala sedang dilanda kesedihan yang begitu mendalam, karena ulah dari seorang Ezra Athalla

Melihat kondisi Ala akhir-akhir ini, Dendra lebih memilih pemikirannya yang ketiga.

Ala bertekad untuk melanjutkan permainan pianonya dengan memainkan lagu lain, ketika sebuah suara menginterupsinya.

"Sista lagi galau banget, apa?" celetuk Dendra, seketika menghancurkan rencana Ala yang sudah disusun di dalam pikirannya.

"Siapa yang galau," ujar Ala datar, lalu kembali memainkan lagu dari Coldplay, yang kali ini berjudul In My Place.

"Yaelah," cibir Dendra. "Kayak gak tau lo aja. Kalau main piano, pasti lagi sedih."

"Sok tau lo," kata Ala cuek, sembari tetap melanjutkan permainan pianonya, tanpa memperdulikan keadaan kakaknya sekalipun.

Ketika Ala sudah menyelesaikan permainan pianonya, Dendra menatapnya lekat. Membuat Ala salting seketika. Pasalnya, Ala risih saat ditatap seperti itu, walaupun oleh kakaknya sekalipun.

"Apaan, sih? Ngeliatinnya gitu banget?"

"Sekarang jujur sama gue, lo kenapa akhir-akhir ini?" tanya Dendra sambil tetap melihat Ala dengan lekat.

Ala menundukkan kepalanya, menghindari tatapan kakaknya yang seolah-olah berkata jujur-gak-atau-gue-hajar-itu-bocah. Ala sebenarnya ingin menceritakan semuanya kepada Dendra, tetapi saatnya belum tepat. Ala takut jika ia menceritakan semuanya, nanti Dendra malah menghajar anak itu, karena telah membuat Ala sedih.

"Gak usah nunduk, kayak gue bakal marahin lo aja."

Ala refleks memeluk Dendra, lalu menangis. Dirinya terlalu lelah untuk memendam semuanya. Ala butuh tempat untuk bercerita, untuk saat ini.

"Nangis aja. Kalau itu bisa bikin lo tenang," ujar Dendra lembut, sambil mengelus-elus punggung Ala.

Ala pun langsung menceritakan semuanya kepada Dendra, dengan perjanjian, Dendra tidak akan menghajar cowok itu jika Ala jujur kepadanya.

---

a.n.
gue tau gue udah lama ga ngelanjutin cerita ini. entah.. gue terkena virus wb berkepanjangan. semenjak libur jg gue gaada ide sama sekali. jadi, maaf kl chapter ini ga memuaskan, oke?

Something and NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang