17.

13.5K 1K 12
                                    

Ala sedang berjalan menuju ke kelasnya, ketika seseorang menghalangi jalannya.

"La?" tegur seseorang yang menghalangi jalannya.

"Kenapa?" respon Ala datar.

Pertanyaan dari Ala justru membuat Devan menghela nafasnya. "Lo kenapa, sih? Kok sekarang kalau gue LINE gak pernah dibales? Udah gitu, kalau ketemu di sekolah jadi jutek banget?"

Jujur, Ala sangat ilfeel dengan cowok yang notabene merupakan kakak kelasnya ini. Tekadnya untuk menjauhi Devan pun, justru diiyakan oleh Ezra. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba Ezra dan kakaknya sama-sama melarang untuk berdekatan dengan cowok player cap kapak didepannya ini. Untungnya, pernyataan dari kedua orang tersebut tidak terbantahkan, membuat Ala tidak harus berpikir dua kali untuk menjauhi Devan, karena dirinya sendiri pun memang ingin melakukan hal itu.

"Hah? Itu ya? Ehm.." Ala bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan secara halus kepada Devan. "Hp gue rusak, terus gak bisa balesin chat."

Devan mengernyitkan dahinya, ketika mendengar jawaban dari Ala. "Lah, itu yang lo pegang iPhone siapa?"

"Eh, ehm.. ini punya si Ezra. I-iya punya dia. Terus gue betak gitu. Paling ntar gue balikkin. Hehe," jawab Ala asal, sambil berusaha mati-matian menyembunyikan rasa gugupnya.

"Oh, gitu. Yaudah. Nanti LINE gue ya, kalau hp lo udah bener," ujar Devan sambil berjalan. Namun sebelumnya, ia sempat berbalik sejenak. "Gue duluan,"

Ala hanya membalasnya dengan senyuman tipis di bibirnya.

---

"Anjir, Al. Gue berasa abis ke-gap selingkuh, buset. Apa banget gak, sih?!" gerutu Ala ketika Ezra sedang bermain di rumahnya.

"Dih, emang punya pacar?" cibir Ezra. "Oiya, gak punya ya? Jomblo, sih."

Ala yang mendengar cibiran dari Ezra, langsung mengerucutkan bibirnya. "Ish! Serius, anjir! Apa banget tau, sumpah. Gak danta abis. Geli. Ilfeel duluan gue, astaga."

Ezra yang sebentar lagi akan diberi kultum--curcolannya Ala--langsung menghadap ke arah cewek itu. "Ngomong apaan, sih?"

"Astaga. Lo harus tau. Masa iya, si Ezra tiba-tiba ngalangin jalan gue, terus ya nih--" belum sempat Ala menyelesaikan ceritanya, Ezra memotongnya.

"Ezra itu kan gue, somplak. Lo lagi ngomongin gue?" sahut Ezra sambil menoyor jidat Ala.

Ala yang menyadari kesalahannya, langsung menepuk jidatnya. "YaAllah, maksud gue si Devan. Ngapa jadi ke dugong antartika, dah?"

Ezra hanya mendengus, sembari melanjutkan kegiatan nonton film didepannya.

"Iya jadi kan tadi Devan ngalangin jalan, terus nanya-nanya gitu gue kenapa gak bales LINE blablabla. Mana kan gue bilangnya hp gue rusak, eh dia nanya itu hp siapa yang gue pegang. Terus gue asal jawab aja punya lu gue betak. Eh abis itu dia malah minta di LINE kalau hp gue udah balik. Entah gue mesti bersyukur atau nangis gara-gara kebetulan sialan yang satu itu," jelas Ala panjang lebar.

Ezra manggut-manggut mengerti. "Pokoknya jangan deket-deket sama dia, nyet. Gue gak suka."

"Yaelah, lo tau sendiri gue orangnya gimana." Ala menghembuskan nafasnya dengan gusar. "Gue gak enakkan orangnya. Jadi kalau ada yang ngedeketin tapi gak gue respon, agak gimana gitu rasanya. Ah ribet dah kalau tentang perasaan."

"Jomblo, sih," komentar Ezra. "Cari pacar. Apa perlu gue cariin?"

"Gak, makasih." jawab Ala sambil menggeleng. "Emang, sih, gue belum pernah pacaran. Tapi, ya bodo amat, lah. Gue gak peduliin status juga."

"Kalau gue berminat jadi pacar lo, lo mau gak?" tawar Ezra. "Kan gue yang paling mengerti lo selama ini."

Penawaran dari Ezra justru membuat Ala mencibir. "Idih, lo? Sama gue? Maaf-maaf aja ya, gue sukanya sama cowok yang pinter, bukannya yang blangsakkan kerjaannya nyontekkin pr gue mulu kayak lo."

"Blangsakkan gini gue calon anak HI. Emang lo, matematika?"

"Ye, matematika itu kan cuma suka doang. Gue mah calon anak hukum."

Ezra tidak membalas perkataan Ala. Justru, ia malah mengambil snack yang tergeletak di meja.

"2 questions, yuk? Gabut, nih," tawar Ezra yang sedang sambil memakan snacknya.

"Orang mah dimana-mana mainnya 20 questions. Ini 2 doang, apa-apaan?" sahut Ala.

"Yaudah sih mau main apa enggak?"

"Iya elah baper amat, si kunyuk. Gak bisa diajak bercanda."

"Yaudah."

"Yaudah."

"Gue duluan, ya," pinta Ezra. Lalu, ia menghadapkan kepalanya ke arah Ala. "Punya mantan berapa?"

"Anjir lu ngeledek gue ya? Tau sendiri juga jawabannya, masih pake nanya," sergah Ala.

Ezra langsung tersenyum tipis. "Salah ngomong. Maksudnya gebetan."

"Gak punya," jawab Ala frustasi. "Lagian nih, kalaupun gue punya, pasti gue udah cerita-cerita sama lo. Dasar tai ngeledek aja bisanya."

"Bawel lu, kayak ibu RT lagi ngomelin pembantunya." 

"Berisik dah. Gantian gue. Kenapa, sih, lo selalu ngelarang gue buat deket-deket sama Devan?"

Ezra agak kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ala, tetapi sebisa mungkin dia bersikap biasa aja. Dia tidak mungkin akan menjelaskan alasan yang sebenar-benarnya. Mungkin saja, jika dirinya cukup berani untuk mengeluarkan kata-kata sakral yang bisa membuat siapapun baper jika mendengarnya.

Ezra menarik nafas perlahan, sebelum mengeluarkan jawabannya. "Gue sayang sama lo, gue gak mau liat lo cuma dimainin sama dia seperti yang dia lakuin sebelumnya. Makanya gue sama kakak lo ngelarang lo buat deket-deket sama dia."

---

a.n.
semakin gantung dan gaje dan sang author dikelilingi banyak tugas, saking gilanya sampe gaje gini maafin yha.

Something and NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang