a.n.
gue tau lagu yang di multimedia gacocok, tp dengerin aja HEHE enak soalnya hem---
"FASYA!"
Teriakkan yang menggema itu terdengar ketika Ala baru saja turun dari mobilnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, terlihat Ezra yang berjalan menuju arahnya.
Oh, pertanda yang buruk di pagi hari, batinnya dalam hati.
Ala buru-buru jalan menuju ke kelasnya, malas berurusan dengan cowok yang telah membuatnya jatuh ke lubang yang dalam, setelah diajak terbang setinggi langit.
Kelasnya terletak di lantai dua. Tangga juga sudah mulai kelihatan. Tetapi, Ala malah membelokkan diri menuju arah kantin, karena tiba-tiba saja merasa lapar.
Setelah membeli beberapa camilan untuk dimakan di kelas, Ala langsung melesat pergi menuju kelasnya. Karena dipikir sudah tidak ada Ezra, dia pun jalan dengan santainya.
Dirinya terkesiap ketika sebuah tangan menempel di bahunya secara tiba-tiba. Ala hendak mengeluarkan seribu umpatan, namun usahanya gagal karena Ezra yang ternyata merangkulnya.
"Kok kemaren gak bales LINE lagi?" tanya Ezra sembari membuka topik pembicaraan.
"Udah dibales, kali?" Ala malah menanyakan hal yang sebaliknya. Padahal, dia sengaja tidak membalas LINE dari cowok itu, karena terlalu asik chat dengan Fazi. Biar bisa cepat melupakan Ezra juga, sebenarnya.
Ezra mengambil iPhone-nya yang berada di kantong celananya, lalu menunjukkan chat LINE miliknya. "Pantat lo. Liat noh. Gue ngechat, gak dibales sampe sekarang."
Ala meringis. "Semalem ketiduran, capek."
Bunyi ponsel Ala yang kebetulan sedang tidak dalam keadaan silent, menginterupsi pembicaraan keduanya. Ala buru-buru mengambil ponselnya, lalu melihat dari lockscreen, siapa yang mengiriminya chat LINE.
Alvarez Fazi: pagiii, sunshine
Hanya seperti itu. Membuat Ala tersenyum-senyum sendiri, karena salah satu life goals-nya tercapai; di chat "good morning" oleh cowok. Pengecualian untuk ayah dan kakaknya. Ezra sendiri belum pernah mengubah that-life-goals-thing itu menjadi kenyataan, ngomong-ngomong
Ezra yang penasaran, langsung berusaha mengintip siapa dalang dari munculnya senyum Ala yang malah terkesan seperti orang gila.
Ala tersadar jika Ezra di sampingnya sedang berusaha mengintip lockscreen ponselnya, buru-buru membuka notifications center, lalu menutupnya, sehingga yang dapat dilihat oleh Ezra hanyalah lockscreen yang terpampang wajah unik dari Cara Delevingne.
Ezra merenggut kesal, ketika usahanya gagal. "Siapa, sih? Seneng banget, kayaknya?" sindirnya.
Ala tersenyum, menanggapi sindiran dari Ezra. "Hehe, life goals gue udah tercapai dong," ucap Ala seraya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Emang life goals lo apa? Dilamar pake lagu Marry Your Daughter didepan bokap lo, gitu?" tanya Ezra dengan alis yang sudah naik sebelah.
"Ih, ya enggaklah."
"Terus apaan?"
"Diucapin 'good morning' sama cowok."
"Najis," umpat Ezra refleks.
Ala segera mencebikkan bibirnya. "Ih, apa, sih? Najis-najis aja."
"Gituan doang mah, gue bisa," ujar Ezra. "Kalau perlu nih, pagi-pagi gue samperin ke rumah lo, dah. Buat ngucapin 'good morning' doang."
"Bodo. Seandainya lo ngelakuin itu juga, lo telat. Karena, lo bukan yang pertama."
Ezra pun terdiam, menyadari dirinya sudah terkalahkan oleh si cowok misterius yang membuat Ala tiba-tiba menjadi seperti orang gila.
---
Ala sedang mencatat materi dari papan tulis, ketika seseorang memanggilnya dari belakang.
"Sya!"
Ala yang sedang asik menulis pun, terpaksa menginterupsi kegiatannya. Lalu, segera menoleh ke belakang.
"Apaan, sih?"
"Ntar pulang sekolah, temenin gue, ya?" pinta Ezra ketika Ala sudah memberikan perhatian penuh kepadanya.
"Kemana?"
"Kemang Village. Gabut gue di rumah, gak ada siapa-siapa."
Ala memutar bola matanya, setelah mendengar penuturan dari Ezra. "Ya terus, salah gue, kalau lo gabut? Salah kakak gue? Salah abang-abang cilor yang disukain sama Arsha?" ujar Ala yang.. agak ngelantur dari pembicaraan.
Arsha yang berada tak jauh dari meja Ala, langsung menoleh, ketika mendengar namanya telah disebut-sebut. "Apaan, sih? Arsha-arsha? Kalian nge-fans sama gue? Arsha Andriana kw supernya Raisa Andriana?" bahkan, perkataan Arsha lebih ngelantur daripada Ala.
"Berisik lo, Sha," ujar keduanya bersamaan.
"Cie, barengan. Jodoh, ntar," celetuk Bian yang diselingi oleh kekehan dari Arsha.
"Jidat lo," ujar keduanya--masih bersamaan.
"Samaan, lagi. Ntar gedenya jodoh beneran, dah." sahut Arsha sambil terkekeh, lalu kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya.
Lalu, keduanya hening sejenak. Sampai-sampai..
"Sya, gimana? Mau gak?" tanya Ezra, yang ternyata masih bersikeras untuk mengajak Ala pergi.
Ala sebenarnya mau, hanya saja, dia takut kejadian yang sama terulang lagi. Kejadian dimana Ezra bertemu Kalila, lalu mereka pelukan, dan Ala pun pulang ditemani air mata yang selalu mengalir dengan indahnya bak Air Terjun Niagara di Canada. Ini kenapa pula pikiran Ala melenceng sampai ke Amerika Utara?
Ala hendak menjawab 'ya', ketika tiba-tiba dia mengingat bahwa semalam telah membuat janji bersama Fazi. Jalan bareng. Kebetulan tempat yang dijanjikan oleh Fazi merupakan tempat yang ditawari oleh Ezra.
Ala segera menggeleng. "Gak bisa. Ada janji, soalnya. Lain kali, ya?"
Ezra hanya bisa pasrah. "Yaudah. Sama siapa, emang?" ternyata, keponya sudah tidak bisa ditahan lebih jauh.
"Sama Fazi," jawab Ala, lalu kembali menulis.
Kemudian, Ezra merasa jika dirinya sedang tenggelam di Palung Mariana yang merupakan palung terdalam yang terletak di dasar barat laut Samudra Pasifik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something and Nothing
Teen FictionBagaimana jika aku menganggapmu lebih dari something, sedangkan kamu bertindak seolah-olah aku itu nothing? cover made by: pizzajunkie Copyright © 2015 by yasmin